Liputan Khusus

Lipsus : 77 Tahun Daerah Ini Gelap Gulita Tanpa Listrik

Selama 77 Tahun lebih atau sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1045 hingga saat ini, masyarakat Kampung ini gelap gulita tanpa listrik.

pos kupang/nofry laka
Andreas Mau Lotu, warga Dusun Rakfau A, mengaku untuk belajar setiap hari dia menggunakan lampu pelita. Selama 77 tahun listrik belum masuk ke wilayah Dusun Rakfau A, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. 

POSKUPANG.COM BETUN - Kami Puluhan tahun menderita karena tidak ada listrik. Kalau malam hari harus hidupkan genset bagi mereka yang mampu, kalau masyarakat lain hanya bisa menyalakan lilin atau lampu pelita.

Selama 77 Tahun lebih atau sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1045 hingga saat ini, masyarakat Kampung Rakfau A dan B di Desa Babulu, dan Dusun Uarau C di Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT masih gelap gulitan. Sebanyak ratusan jiwa di wilayah itu belum menikmati penerangan listrik.

Hal senada dialami masyarakat Dusun Tualaran dan Dusun Raimetan yang ada di Desa Babulu Selatan.

Andre Loti, salah satu warga Dusun Rakfau A, ditemui di kampungnya, pekan lalu, mengatakan, selama puluhan tahun merdeka, pemerintah telah membangun berbagai infrastruktur jalan, jembatan, dan listrik ke pelosok negeri.

Namun warga Rakfau A dan B belum bisa menikmati buah dari kemerdekaan tersebut, terutama infrastruktur jalan dan listrik.

Hingga saat ini, mereka masih terisolasi karena infrastruktur jalan rusak berat dan kondisi kampung masih gelap gulita alias belum ada listrik.

"Setiap ada musyawarah dusun bahkan sampai tingkat kecamatan kami sudah usulkan agar listrik bisa masuk ke kampung kami namun sampai sekarang belum terealisasi," kata Andre Lotu, Rabu (10/8).

Menurut Andre, Kampung Rakfau memiliki lebih banyak penduduk, sekitar 100 KK dibandingkan jumlah warga di kampung lain. Bahkan saking rindu akan penerangan listrik, warga Rakfau siap membeli kabel listrik untuk bisa ditarik masuk ke kampungnya dari kampung lain yang sudah dialiri listrik.

"Kami masyarakat siap membeli kabel listrik untuk tarik masuk ke Dusun Rakfau ini. Namun jaraknya lumayan jauh sekitar dua sampai empat kilometer. Hal ini tentu harus koordinasi dengan orang PLN sehingga tidak bermasalah. Kalau PLN bersedia untuk kasih masuk arus ke kampung kami maka kami siap untuk membayar," tandasnya.

Andre mengatakan, untuk menjalankan kegiatan sehari-hari pada malam hari, maka warga menggunakan lampu pelita. Selain ketiadaan listrik, demikian Andre, akses infrastruktur jalan raya juga rusak berat sehingga kampung itu semakin terisolir.

Belum lagi akses internet yang sulit. "Kalau mau akses internet, kami harus naik gunung atau di tempat ketinggian, baru bisa dapat signal telkomsel," jelasnya.

Andreas Mau Lotu, warga Dusun Rakfau A, mengaku untuk belajar setiap hari dia menggunakan lampu pelita.

"Kalau pulang ke kampung, saya belajar malam hari pakai lampu pelita karena tidak ada listrik di kampung kami," kata Andreas, pelajar SMA Swasta Sinar Pancasila Betun.

Tokoh Adat Dusun Rakfau A, Maria Aek berharap agar pemerintah bisa memperhatikan kebutuhan warga terkait akses listrik dan jalan raya.

Halaman
1234
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved