Berita NTT
Buku Cinta Sang Puan, Wujud Kecintaan Santi Leda Gama Terhadap Kain Tenun Ikat NTT
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, Kepala BBWS Sungai Mesuji Sekampung Alexander Leda i
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi
POS-KUPANG.COM, ENDE - Santi Leda Gama baru saja melaunching buku kelimanya yang berjudul Cinta Sang Puan di Tabgha Meeting Room I, Hotel Aston, Jln Gatot Subroto, Bandar Lampung, Sabtu 20 Agustus 2022. Buku yang berisikan tentang perjalanan spiritualnya dimana dulu sempat bergelut di dunia kampus menjadi seorang dosen dan sekarang memilih membuka usaha butik kecil untuk menjual hasil tenun ikat masyarakat NTT.
Kepada media ini, istri dari Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, Kepala BBWS Sungai Mesuji Sekampung Alexander Leda ini mengatakan bahwa, buku Cinta Sang Puan ini merupakan sebuah perjalanan spiritualnya saat berubah profesi dari sebelumnya berada di dunia kampus menjadi seorang dosen, namun setelah menikah ia memilih resign dan membuka usaha sebuah butik kecil yang menjual tenun ikat dari masyarakat NTT.
"Karena saya mencintai fashion budaya dari bahan tenunan. Saya sangat bersyukur usaha ini didukung penuh oleh suami tercinta. Pilihan judul buku Cinta Sang Puan adalah wujud dedikasi saya mencintai pilihan saya terhadap tenun ikat NTT," ujarnya.
Wanita kelahiran 11 Juni 1982 itu mengaku, isi buku tersebut 75 persen mengulas tentang koleksi tenun ikat NTT yang ada di Butik AleSandra miliknya. Sisanya sebagai ungkapan hati buat suaminya yang ada di balik layar mendukung penuh kesuksesan merintis usaha butik ini.
"Saya merasa beruntung sekali Tuhan berikan pendamping hidup yang juga mencintai budayanya. Buku ini sebuah katalog bergaya narasi, bukan katalog biasanya berdasarkan makna verbal," ungkapnya.
Alumni Pascasarjana Sanata Dharma Yogyakarta ini mengatakan bahwa, ia menulis buku tersebut untuk dapat memperkenalkan hasil karya tenun ikat NTT kepada masyarakat yang lebih luas melalui karya buku ini.
"Saya dedikasikan untuk masa depan generasi muda NTT agar tidak hilang jejak karakter budayanya dan tidak mudah terbawa arus budaya barat. Buku kecil ini bisa menjadi Sejarah untuk anak dan cucu nantinya," ungkapnya.
Dalam buku itu, jelas Santi, ia mengajak kaum perempuan dan juga masyarakat NTT untuk melestarikan dan mengembangkan budaya tenun ikat. Menurutnya, buku ini merupakan gambaran dari sebuah mahakarya bagaimana perjuangan tangan-tangan terampil dari kaum perempuan di NTT dalam menghasilkan sebuah nilai budaya dengan rasa cinta pada setiap helai kain tenun.
"Kita patut menghargai karena ada pengorbanan besar dari ibu-ibu di desa-desa yang mencukupi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak dengan menenun," jelasnya.
Dalam kegiatan launching buku tersebut, tampil sebagai pembicara diantaranya Ketua Dekranasda NTT Periode 2008-2013 dan 2013-2018 Dr. Lusia Adinda Leburaya, S.Pd, MM, Dosen Pendidikan Bahasa dan Seni Unila Dr. Fitri Daryanti, S.Sn, M.Sn, dan Koordinator Forum Wartawan NTT Dunia Agustinus Tetiro, S Fil.
Ibu tujuh anak itu mengaku, memilih tiga orang narasumber tersebut karena sesuai dengan bidangnya. Pertama, Ibu Lusia Adinda Leburaya sebagai pioner tenun ikat NTT semasa menjadi Istri Gubernur NTT 2 Periode Fransiskus Leburaya dan 10 tahun menjadi Ketua Dekranasda NTT bekerja dalam hening mempromosikan Tenun Ikat NTT.
Sementara itu, Ibu Fitri Daryanti sebagai Dosen Pendidikan Bahasa dan Seni Unila karena punya sudut pandang berbeda sehingga dapat membedah buku ini dari aspek seni dan gaya bahasa dalam buku ini.
"Saya membutuhkan saran dan kritiknya untuk memperkaya buku katalog ini. Ketiga, Bro Gusti Tetiro sebagai moderator yang sangat paham dunia buku karena juga seorang yang aktif menulis buku dan bekerja di berbagai media cetak dan daring memiliki jam terbang juga. Bro Gusti berpengalaman sebagai moderator acara buku," jelasnya.
Pemilik Butik AleSandra Tenun ini menyampaikan bahwa, buku Cinta Sang Puan adalah buku ke-5 yang ia luncurkan dan menjadi buku pertama setelah ia menikah. Memang ada jarak atau jedah waktu yang cukup lama antara buku keempat sebelumnya dan buku kelima ini karena kesibukan dan aktivitas yang cukup padat sehingga sempat tertunda menulis buku ini.
"Saya bisa luangkan waktu menulis buku ini pada malam hari ketika sunyi suami dan anak-anak sudah tertidur. Tidak mudah menuangkan semua ide serta buah pikiran di atas kertas jika tidak mendapatkan waktu yang aktif di Siang hari. Karena seorang Penulis butuh mood yang baik untuk bisa menulis sebuah karya yang berkualitas," jelasnya.
Ia menegaskan, pilihan menjadi seorang penulis adalah sebuah pilihan yang berani, karena dari segi financial masyarakat umumnya tidak tertarik menjadi profesi penulis sebagai sebuah pekerjaan yang bisa menjanjikan kesejahteraan secara ekonomis. Sebab menjadi penulis adalah sebuah dedikasi untuk jejak-jejak keabadian dalam karya tulisan sehingga seorang dapat menjadi sejarah dimasa dan waktu yang panjang.
"Okeh karena itu, jadilah penulis yang berkarakter agar tulisan-tulisan kita bernilai dan memberi inspirasi bagi banyak orang," ungkap ibu dari Jeremy, Juan, Josraf, Jesica, Jeselin, Joshua dan Jonanthan ini. (tom)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS
