Breaking News:

Unwira

Nagekeo Titik Tengah Flores

pembicaraan tentang Provinsi Flores sudah berlangsung bertahun-tahun namun belum jadi juga. Sandungannya, diduga soal lokasi atau tempat ibu kota

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO-UNWIRA
AMAN CALISTUNG - Mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Tematik-Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKNT-PPM) Unwira Kupang menggelar kegiatan gebyar Aman Calistung (Gebyar Adikku Mantap Baca, Tulis, Hitung) pada Minggu 14 Agustus 2022 di Aula Serba Guna SDK Nodede Desa Udiworowatu Kecamatan Keo Tengah 

Nagekeo Titik Tengah Flores

Oleh: Gerardus Diri Tukan *)

BUPATI Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do, melontarkan satu pernyataan menarik saat memberikan sambutan dalam rangka membuka kegiatan Gebyar Aman Calistung (Gebyar Adikku Mantap Baca, Tulis, Hitung) yang digelar oleh mahasiswa mahasiswi peserta Kuliah Kerja Nyata Tematik-Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKNT-PPM), Minggu 14 Agustus 2022 di Aula Serba Guna SDK Nodede Desa Udiworowatu Kecamatan Keo Tengah.

Pernyataan itu dilontarkan oleh Bupati Nagekeo Don Bosco di forum kegiatan anak-anak, yakni kegiatan baca, tulis, hitung yang melibatkan murid Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan 3.

Memang, aula tempat kegiatan itu dipadati juga oleh orangtua anak, para guru pendamping, para kepala Desa dan berbagai komponen masyarakat lainnya.

Dan, pada saat makan siang, ada komponen masyarakat yang berseloroh bahwa ‘Nagekeo saja yang pas jadi Ibu Kota Provinsi Flores’.

 Judul tulisan ini merupakan lontaran pernyataan Bupati Don Bosco itu. ‘ Nagekeo titik tengah Flores ’. Mendengar atau membaca pernyataan ini, tentu oleh para pembaca berdenyut politik, langsung tergiring ke urusan tentang Provinsi Flores.

Itu wajar, sebab pembicaraan tentang Provinsi Flores sudah berlangsung bertahun-tahun namun belum jadi juga. Sandungannya, diduga soal lokasi atau tempat ibu kota provinsi yang diidam-idamkan ini.

Di era tahun 2003, nama Mbay sering disebut-sebut sebagai lokasi calon ibu kota  provinsi Flores, oleh karena dataran yang  rata dan luas, yang merupakan salah satu area persawahan di bumi Flores. Kemudian, muncul nama Kota Maumere, lalu kota Ende.

 Provinsi Flores, menurut berbagai sumber, telah digagas pembentukannya oleh Partai Katolik pada pemilu tahun 1955. Pada pertengahan Mei tahun 1956, bertempat di Nele, Sikka, partai Katolik lagi-lagi mengusulkan pembentukan provinsi Flores. Wacana itu dihembuskan lagi di Ende pada tahun 1957.

Namun pada tahun 1958, lahirlah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pecahan dari Sunda kecil, dan pulau Flores menjadi bagian dari wilayah provinsi NTT ini. Maka, pembicaraan tentang Provinsi Flores pun redup bahkan menghilang.

 Letupan wacana provinsi Flores, muncil lagi tahun 1992 di Ende. Lalu, di tahun 1999, wacana ini mencuat lagi di Maumere. Sejak itu maka secara beruntun, pembicaraan tentang provinsi Flores mewarnai gelora perpolitikan di bumi Nusa Tenggara Timur. Orang-orang Flores yang sedang hidup di luar NTT pun turut membangun motivsi ke arah ini.

Tahun 2003, digelarlah Musyawarah Besar (MUBES) Orang Flores yang digelar di Ruteng untuk pertajam wacana itu. Di MUBES Ruteng itu, terjadi pembahasan alot soal lokasi calon ibu kota provinsi Flores. Ada 3 lokasi calon yakni kota Ende, kota Maumere dan dataran rendah Mbay.

Dan, tarik ulur tentang lokasi ibu kota calon Provinsi Flores pun ramai.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved