Festival Golo Koe Labuan Bajo Jadi Agenda Tahunan Keuskupan Ruteng

Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat Pr mengatakan, Festival Golo Koe Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat

Penulis: Gecio Viana | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/HO-HUMAS KOMINFO MABAR.
PROSESI - Suasana prosesi Patung Maria Assumpta Nusantara di Waterfront City Marina Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Minggu 14 Agustus 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat Pr mengatakan, Festival Golo Koe Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), akan menjadi festival tahunan, Senin 15 Agustus 2022.

Hal tersebut ditegaskan saat menutup Festival Golo Koe di Waterfront City Marina Labuan Bajo

"Setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan BPOLBF serta stakeholder lainnya, saya ingin memaklumkan secara resmi bahwa 
Festival Golo Koe Labuan Bajo ini akan menjadi festival rutin tahunan Gereja Keuskupan Ruteng," katanya. 

Mgr Siprianus Hormat menjelaskan, pariwisata adalah pesta rakyat. Pariwisata bukan hanya pesta turis, tetapi juga pesta bersama. Pariwisata bukan hanya “gawean” orang berduit, tetapi juga “lonto leok”. 

Menurutnya, pariwisata haruslah berpartisipasi. Tetapi bukan hanya dalam hal kesejahteraan, bukan sekedar penerima pasif (obyek) keuntungan ekonomi.

"Berpartisipasi berarti  masyarakat lokal menjadi pelaku, menjadi subyek pariwisata:

Yang mendesain pariwisata sesuai kearifan lokal dan roh spiritualitas setempat. Yang melaksanakan pariwisata dalam semangat persaudaraan dan kebhinekaan. Yang bersama sujud takjub di hadapan Sang Khalik atas maha agung karya cinta ciptaan-Nya. Oleh sebab itu saya ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada segenap panitia yang telah bekerja siang dan malam,  dalam terik mentari dan basah kuyup keringat dan hujan untuk mensukseskan festival Golo Koe ini," jelasnya. 

Menurutnya, semua pihak yang menyukseskan kegiatan tersebut adalah pahlawan, keringat dan kerja keras telah membuat kota Labuan Bajo menjadi harum menawan.

"Limpah terima kasih juga kepada bapak bupati/wakil bupati Mabar beserta seluruh jajaran Pemda Mabar, kepada Forkompinda, kepada BPOLBF, kepada Syahbandar dan pihak pelabuhan, kepada Sarkes PUPR, kepada pihak keamanan, kepada para donatur atau sponsor dan segenap stakeholder pariwisata. Dalam festival Golo Koe ini telah kita tunjukkan kepada semua pihak tentang kerja sama jejaring dan persaudaraan kita. Manakala ada pikiran dan hati untuk kepentingan dan kebaikan bersama, semuanya akan berjalan indah pada waktunya," katanya. 

Secara istimewa, lanjut Mgr Siprianus Hormat, terima kasih tak terhingga kepada semua umat utusan paroki dan lembaga, anak-anak sekolah, mahasiswa, kelompok etnis dan komunitas lintas agama, para pelaku UMKM pameran dan kuliner. 

Baca juga: Ikut Pameran UMKM Festival Golo Koe Labuan Bajo, Mensi Sarung Art Shop Raup Omset Rp 5 Juta

"Festival Golo Koe ini menjadi sukses karena anda semua. Festival Golo Koe ini menjadi indah karena anda semua. Festival Golo Koe ini menjadi buah bibir karena anda semua. Festival yang meriah dan megah ini tidak diawali dengan anggaran yang hebat. 
Kita bahkan memulainya dengan dana nol rupiah.  Tetapi ada harta berlimpah yang kita punya, yakni anda semua," katanya. 

"Harta itu bukan uang tetapi manusia.  Ketika setiap orang berpartisipasi.  Manakala setiap pihak turut menyumbang dari kemampuannya. Saat yang kecil dan sederhana disatukan dan digerakkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan dasyat yang mengubah Labuan Bajo, dan membarui dunia.  Di sinilah hemat saya keberhasilan hebat dalam festival Golo Koe ini. Event atau perayaan besar apa pun yang ingin kita selenggarakan butuh pertama-tama bukan dana, bukan uang. Tetapi ia hanya butuh satu hal penting, yakni: manusia yang punya hati. Hati untuk bekerja. Hati untuk melayani. Hati untuk berkorban tanpa pamrih. Hati untuk berbagi dengan sesama. Hati untuk Tuhan," jelasnya. 

Menurut Mgr Siprianus Hormat, Festival Golo Koe Labuan Bajo telah menunjukkan ke seantero nusantara dan penjuru dunia bahwa pariwisata sejatinya bukan menyingkirkan tetapi merangkul. Pariwisata mestinya bukan memelaratkan, melainkan mensejahterakan masyarakat setempat. Pariwisata seyogyanya bukan membuat orang terasing dan tercabik dari budayanya, melainkan dibangun dan bertumbuh dalam keunikan kultur dan kekayaan spiritual lokal. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved