Ganjar Pranowo
HUT Ke-72 Jawa Tengah, Ganjar Pranowo Kaget Etnis dari Sabang Sampai Merauke Ikut Merayakan
Ganjar Pranowo menyebut ulang tahun Jawa Tengah kali ini merupakan ulang tahun yang sangat berwarna.
POS-KUPANG.COM - Provinsi Jawa Tengah merayakan HUT ke-72, Senin 15 Agustus 2022, hari ini. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkapkan kekagetannya karena ternyata hari puncak perayaan tidak hanya dihadiri Pemerintah Daerah dan masyarakat Jawa Tengah sendiri, melainkan masyarakat berbagai etnis dari Sabang sampai Merauke.
"Bahkan ada juga yg dari Timor Leste. Bener-bener gayeng. Apalagi bisa nyicipi makanan khas daerah yang dibawa. Maturnuwun sedulur2. I love you... Sehat dan sukses selalu," tulis Ganjar Pranowo di akun Instagramnya yang sudah terverifikasi, Senin 15 Agustus 2022.
Karena itu, dia menyebut ulang tahun Jawa Tengah kali ini merupakan ulang tahun yang sangat berwarna.
"Dengan baju adat masing-masing membawa serta makanan khas untuk ikut merayakan hari jadi ke-72 Pemprov Jateng. Inilah wujud pembauran dan persatuan yang nyata. Dari Jawa Tengah untuk Indonesia," tulis Ganjar Pranowo di postingan lainnya.
Ganjar Pranowo mengatakan, 72 tahun Jawa Tengah berdiri, di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Satu persatu pekerjaan rumah dikerjakan. Infrastruktur, perekonomian, pembangunan SDM sampai sosial budaya jadi pondasi yang disiapkan untuk menggapai kemakmuran.
"Tapi kerja belum tuntas, masih banyak yang mesti diselesaikan. Ayo Sedulur2ku kabeh, Gumregah Bareng Gayeng agar siapapun yang menginjak tanah dan diguyur air Jawa Tengah jadi seneng," tulis Ganjar Pranowo.
Perayaan HUT ke-72 Jawa Tengah tampak beda. Beragam acara hiburan untuk menyemarakkannya pun disajikan, salah satunya seperti pertunjukkan seni tradisional jaranan dan gending Jawa bertema "Gamelan Kolosan" yang digelar Minggu 14 Agustus 2022, di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Kota Semarang.
Sejarah Jawa Tengah
Pada hari puncak pun terlihat masyarakat melaksanakan upacara dengan mengenakan kostum dari berbagai etnis di seluruh Indonesia.
Mereka melakukan karnaval untuk menunjukkan kekhasan masing-masing yang sangat beranekaragam.
Bertepatan dengan HUT ke-72 Provinsi Jateng, sepatutnya masyarakat melihat kembali sejarah berdirinya provinsi ini.
Baca juga: Simpatisan Ganjar Pranowo di NTT Tetap Optimis Ganjar Presiden 2024
Dikutip dari situs resmi Provinsi Jawa Tengah, dikisahkan pada abad ke-7, terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa bagian tengah, yaitu Kerajaan Budha Kalingga, Jepara, yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674.
Menurut naskah atau prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang Kamulan, Jawa Tengah dengan nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram.
Di bawah pemerintahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan.
Sementara Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan Dinasti Syailendra, membangun candi-candi seperti Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan, dan lainnya.
Selanjutnya, pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah agama Islam disebarkan di Jawa bagian tengah.
Setelah kerajaan Demak runtuh, Djoko Tingkir, anak menantu Raja Demak (Sultan Trenggono) memindahkan kerajaan Demak ke Pajang (dekat Solo) dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya.
Baca juga: Ganjar Pranowo Tampil di Unsoed Purwokerto, Kepincut Sama Mahasiswa Asal Papua
Namun, selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang.
Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang.
Karena jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya.
Setelah Pajang runtuh, ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa bagian tengah dan bergelar Panembahan Senopati.
Pada pertengahan abad 16, bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dengan tujuan mencari rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa.
Pada saat yang sama, Inggris dan Belanda datang juga ke Indonesia. Dengan VOC-nya bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik di bidang politik maupun ekonomi.
Di awal abad 18 Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat muncul pertikaian antara keluarga raja yang ingin memilih/menunjuk raja baru.
Perselisihan bertambah keruh ketika pemerintah kolonial Belanda ikut campur. Pertikaian ini akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755.
Akibatnya, Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton Kasunanan di Surakarta, dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di Yogyakarta.
Ditetapkannya Hari Jadi Provinsi Jateng
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, diterbitkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 yang menetapkan Pembentukan Provinsi Jawa Tengah.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950, pembentukan Provinsi Jawa Tengah dinyatakan berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2004, bahwa tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah.
Letak geografis dan astronomis Jawa Tengah
Berdasarkan lolasi geografisnya, Jawa Tengah diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Sedangkan untuk letak astronomis, Jawa Tengah berada di 5º40′ dan 8º30′ Lintang Selatan dan antara 108º30′ dan 111º30′ Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa).
Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km (tidak termasuk pulau Karimunjawa).
Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia).
Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.*
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS