Cacar Monyet
Pria di Jateng Suspek Cacar Monyet, Pasien Langsung Diisolasi, Ganjar Minta Warga Tetap Tenang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan adanya seorang warga Jawa Tengah berusia 55 tahun menjadi suspek monkeypox atau cacar monyet.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan adanya seorang warga Jawa Tengah berusia 55 tahun menjadi suspek monkeypox atau cacar monyet.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyatakan, saat ini warga tersebut sedang menjalani isolasi di fasilitas kesehatan setempat guna pemeriksaan apakah benar kasus cacar monyet atau bukan.
"Saat ini dirawat isolasi di rumah sakit swasta untuk perawatan dan pemeriksaan lanjut. Memastikan cacar monyet atau bukan," kata Mohammad Syahril saat dikonfirmasi wartawan, Rabu 3 Agustus 2022.
Syahril menegaskan, seorang warga itu bukanlah Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). "Seorang laki-laki, 55 tahun suspek monkeypox serta bukan PPLN," ujar Dirut RSPI Sulianti Suroso ini.
Syahril mengatakan, pendeteksian akan dilakukan melalui pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction ( PCR ). "Akan dilakukan pemeriksaan lab PCR untuk memastikannya. Bisa saja hanya cacar biasa atau penyakit lain bukan monkeypox," tutur Syahril.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap pemerintah pusat menjaga ketat pintu masuk ke Indonesia. Upaya tersebut diperlukan untuk mengantisipasi wabah cacar monyet yang muncul di sejumlah negara asing.
Baca juga: Ganjar Pranowo Akui Ada Warganya Berciri Seperti Cacar Monyet, Pintu Masuk Harus Diperketat
“Kita masih pantau terus sampai hari ini. Kemarin ada yang bercirikan seperti itu, tapi masih didalami,” kata Ganjar dikutip dari portal resmi Pemprov Jawa Tengah.
Menurutnya, pasien suspek cacar monyet tersebut dalam pantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Ganjar menegaskan, pasien tersebut statusnya bergejala namun belum dapat dipastikan positif cacar monyet. “Kita belum berani menentukan apakah itu monkeypox atau bukan, tapi kita lagi pantau,” ujarnya.
Mantan anggota DPR itu mengatakan, sebelumnya juga ditemukan kasus serupa. Pasien dengan gejala mirip Monkeypox. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya negatif.
“Dulu pernah ada yang masuk ke kami, saya udah cek, tapi hasil lab pemeriksaan terakhirnya bukan, alhamdulillah,” tuturnya.
Namun demikian, Ganjar meminta agar seluruh komponen masyarakat tetap waspada. Dia juga berharap pemerintah pusat memperketat pintu masuk ke Indonesia, mengingat asal wabah ini dari luar negara.
“Kami meminta, karena ini pasti ada pengaruh dari luar, maka pintu masuk Indonesia masih butuh pengetatan-pengetatan dan checking menggunakan banyak peralatan agar kita bisa aman,” tegasnya.
Baca juga: WASPADA! Virus Cacar Monyet Bisa Menular Lewat Pakaian hingga Seprei, Berikut Gejalanya
Ganjar mengimbau masyarakat Indonesia khususnya di Jawa Tengah untuk tidak panik. Menjaga pola hidup sehat dan protokol kesehatan, kata Ganjar, wajib dilakukan atas kesadaran masing-masing.
“Masyarakat Jawa Tengah nggak perlu panik, kalau merasa tidak sehat segera periksa itu yang paling gampang. Dalam konteks Covid juga sama, segera lakukan booster, pakai maskermu sehingga inshaallah aman,” ujarnya.
Potensi penyakit Monkeypox menjadi pandemi masih terhitung kecil. Tapi, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah epidemi di setiap negara.
Meski dalam kondisi yang tidak semasif Covid-19. Epidemi atau wabah sendiri adalah penyebaran penyakit secara cepat ke sejumlah besar orang dalam populasi tertentu dalam waktu singkat.
"Paling berisiko kelompok gay dan dan PSK. Dan di semua negara ini ada, begitu pun di Indonesia ada. Oleh karenanya, kewaspadaan harus dibangun dengan respon maksimal," kata Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
Menurut Dicky, jika sudah terjadi penularan pada komunitas umum maka akan sulit untuk melakukan 'pengereman.' Dalam arti, sulit untuk mengendalikannya sehingga butuh waktu.
Di sisi lain, Dicky menyebutkan jika semua orang berpotensi untuk terkena Monkeypox. Penularan Monkeypox bukan hanya pada kalangan berisiko tinggi.
Penularan bisa terjadi melalui empat mekanisme. Pertama, terjadinya kontak dengan cairan tubuh seperti darah atau semen misalnya sperma.
Kedua kontak dengan lesi atau kelainan pada kulit pasien. Lesi merupakan luka yang ada pada kulit penderita Monkeypox. Termasuk luka kelainan di kulit hidung, rongga mulut dan kelamin.
Ketiga, penularan melalui droplet, respilator. Penularan droplet tidak hanya pada udara, namun bisa pula pada cairan yang terhirup. Keempat benda-benda atau sesuatu yang dipakai penderita.
Kemudian digunakan oleh orang lain. Benda itu bis saja sudah terpapar dengan cairan tubuh pasien. "Misalnya pakaian, seprai, sapu tangan,handuk dan sebagainya. Empat hal itu yang bisa menjadi sumber penularan," pungkas Dicky.
Baca juga: Gejala dan Cara Penularan Cacar Monyet, Awas Terkecoh Karena Mirip Cacar Biasa
Diketahui, Monkeypox atau cacar monyet saat ini telah ditetapkan sebagai darurat global oleh lembaga kesehatan dunia (WHO). Menyusul penyakit yang saat ini telah ditemukan di 75 negara, dengan total kasus yang dilaporkan sebanyak 16 ribu lebih.
Berbagai mitigasi telah dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya Monkeypox di Indonesia. Pertama, memperkuat pemeriksaan surveilans di pintu masuk ke negara baik darat, laut dan udara.
Kedua, meminta seluruh dinkes provinsi dan Kabupaten/Kota, KKP, laboratorium, rumah sakit, puskesmas dan fasyankes lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terutama pasca penetapan Monkeypox sebagai PHEIC oleh WHO pada 23 Juli lalu.
Lebih lanjut, Kemenkes juga telah menyiapkan dua laboratorium rujukan pemeriksa Monkeypox di Indonesia yaitu Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati BKPK.
Untuk pencegahan ditingkat masyarakat, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun/alkohol, menggunakan masker serta membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). (tribun network/rin/ais/wly)