Idul Adha 2022
Sambut Hari Raya Idul Adha 2022, Simak Contoh Naskah Khutbah Jumat : Mengupas Hikmah Manasik Haji
Satu hari istimewa bagi Umat Islam yaitu hari Jumat. Di hari itu umat Islam khususnya kaum adam diwajibkan menunaikan shalat Jumat di masjid.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Yeni Rahmawati
POS-KUPANG.COM - Berikut Naskah Khutbah Jumat Terbaru : Mengupas Hikmah Manasik Haji jelang Hari Raya Idul Adha 2022.
Satu minggu terdiri dari tujuh hari, dalam hari-hari tersebut merupakan hari yang baik, namun dalam Islam ada satu hari yang paling istimewa yaitu Hari Jumat.
Karena Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri untuk kaum adam.
Dimana shalat zuhur digantikan dengan shalat Jumat berjamaah di masjid.
Berbeda dengan pelaksanaan salat zuhur, salat Jumat terdiri dari dua rakaat saja.
Baca juga: Tata Cara Sholat Jumat Lengkap dengan Bacaan Niat Sholat Jumat, Contoh Khutbah Jumat Singkat Padat
Perbedaan lainnya dengan shalat zuhur, dalam shalat Jumat juga terdapat khutbah Jumat yang disampaikan oleh khatib.
Simak Contoh Naskah Jumat Terbaru : Mengupas Hikmah Manasik Haji yang dikutip dari khutbahsingkat.com :
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْاٰنِ: وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ (الحج: ٢٧)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
Baca juga: BACAAN Niat Sholat Jumat Tulisan Latin dan Artinya Lengkap dengan Tata Cara Shalat Jumat
Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa.
Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah subhanahu wata’ala telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan menjadikan Ka’bah sebagai tujuan dan dambaan hati jutaan umat Islam.
Kaum muslimin, tua-muda, fakir-kaya, pejabat-rakyat jelata, Arab-China dan apa pun suku dan negaranya berbondong-bondong dari berbagai penjuru dunia pergi menuju ke Baitullah tiap tahun untuk melaksanakan ibadah haji.
Baca juga: Sholat Jumat, Sholat Dzuhur Pengganti Sholat Jumat untuk Imam, Makmum dan Munfarid
Perbedaan bangsa, ras, suku, bahasa dan warna kulit tidak menghalangi mereka untuk bersatu melaksanakan ibadah yang sama, di tempat yang sama dan dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama memenuhi panggilan Allah dengan niat mendapatkan ridha-Nya semata. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات: ١٣)
Maknanya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia menurut Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi dari perbuatanmu” (QS al-Hujurat: 13).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Baca juga: Sholat Jumat, Tata Cara, Doa, Bacaan, Niat dan Kotbah Jumat Hari Ini
Jika direnungkan dengan seksama dan mendalam, berbagai rangkaian manasik haji memiliki makna dan pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya.
Haji adalah momen pertemuan tahunan yang begitu besar, yang jutaan kaum muslimin berkumpul di sana.
Haji adalah latihan sekaligus praktik dari kesabaran, menanggung berbagai kesulitan dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan untuk memperoleh derajat yang tinggi dan meraih surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Saudara-saudaraku seiman, Ketika jutaan jamaah haji menyerukan kalimat talbiyah dengan mengucapkan (لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ), maka momen dan seruan ini mengingatkan kita akan dahsyatnya peristiwa hari kiamat pada saat manusia dikumpulkan di padang mahsyar.
Ketika malaikat Israfil ‘alaihis salam meniup sangkakala maka terbelahlah kuburan-kuburan dan orang-orang keluar darinya secara berbondong-bondong.
Baca juga: Waktu Sholat Jumat, Doa, Bacaan, Niat dan Tata Cara Sholat Jumat Hari Ini
Kemudian dikumpulkan di Mahsyar dalam tiga keadaan.
Sebagian dalam keadaan makan, minum, berpakaian dan menaiki kendaraan.
Mereka adalah kaum muslimin yang bertakwa yang menjalankan semua kewajiban dan menjauhi perkara-perkara yang diharamkan.
Sebagian dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang bulat.
Mereka adalah para pelaku dosa besar di antara kaum muslimin.
Baca juga: Doa, Niat dan Tata Cara Sholat Jumat yang Benar serta Kotbah Jumat
Dan sebagian lagi dikumpulkan dalam keadaan terbalik, kaki di atas dan kepala di bawah lalu diseret oleh para malaikat sebagai penghinaan terhadap mereka.
Mereka adalah orang-orang kafir.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan sa’i antara Shafa dan Marwah mengingatkan kita akan kedatangan Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam ke Makkah al-Mukarramah, tempat turunnya wahyu, yang Allah jadikan aman dan tenteram.
Sa’i antara Shafa dan Marwah merupakan perjalanan menapak tilas kembali apa yang dilakukan Sayyidah Hajar.
Di Makkah, tempat yang tidak ada air dan tanamannya, Sayyidah Hajar bersama Isma’il yang masih bayi ditinggal oleh Nabiyyullah Ibrahim ’alaihis salam.
Sayyidah Hajar pun bertawakkal secara penuh kepada Allah sembari beriktiar dengan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah mencari air saat Ismail menangis dan butuh air.
Hingga pada akhirnya Allah hilangkan kesulitannya dan Allah berikan jalan keluar dari masalahnya.
Allah keluarkan untuknya air Zamzam yang nikmat dan penuh berkah. Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (سورة الطلاق: ٢-٣)
Maknanya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.” (QS ath-Thalaq: 2-3)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan Wuquf di Padang ‘Arafah, maka di dalamnya terdapat hikmah yang besar dan kenangan yang agung. Di sana kita melihat lautan manusia. Kita mendengar lantunan suara mereka yang keras, berdoa kepada Allah yang Mahakuasa, dalam keadaan merendahkan diri, tunduk, berharap rahmat-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
Mereka berdoa kepada Allah, Sang Pencipta dan Pemilik mereka, dengan bahasa yang bermacam-macam dan logat yang beragam.
Ini semua mengingatkan jamaah haji akan hari kiamat dan tahapan-tahapannya yang menakutkan dan luar biasa, saat semua hamba berdiri merendahkan diri dan sangat berhajat kepada pencipta mereka, pemilik semua kekuasaan, yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
Kaum muslimi rahimakumullah,
Adapun melempar jamrah, maka ibadah ini juga mengandung hikmah yang agung bagi kita.
Ketika melempar jamrah, jamaah haji akan mengingat dan mengenang bagaimana Iblis menampakkan diri kepada Nabi Ibrahim ’alaihis salam untuk menggodanya setiap kali berada di masing-masing jamrah.
Sayyidina Ibrahim ‘alaihis salam pun menghinakan Iblis dengan melemparnya dengan batu kerikil sebagaimana diperintahkan oleh Allah ta’ala.
Maka kita, segenap umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diperintah untuk melempar jamrah dalam rangka menghidupkan sunnah Ibrahim ‘alaihis salam.
Ini semua adalah simbol perlawanan kepada Iblis dan penghinaan terhadapnya. Seakan orang yang melempar berkata dalam dirinya kepada setan: “Seandainya engkau menampakkan diri kepada kami sebagaimana engkau menampakkan diri kepada Ibrahim, niscaya kami akan melemparmu sebagai penghinaan terhadapmu.” Namun demikian, tempat-tempat ini bukanlah tempat tinggal setan seperti dugaan sebagian orang.
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Sedangkan thawaf adalah bentuk konsistensi dalam ketaatan kepada Allah.
Seakan orang yang berthawaf mengatakan: “Wahai Tuhanku, ke manapun kami berkeliling dan di manapun kami berada, kami tetap istiqamah taat kepada-Mu.”
Baitullah adalah simbol yang menyatukan hati kaum muslimin dalam beribadah kepada Allah.
Oleh karenanya, kaum muslimin berthawaf mengelilingi Ka’bah bukan untuk beribadah kepada Ka’bah, melainkan karena melaksanakan perintah Allah.
Sebagaimana kita tahu bahwa Allah tidaklah bertempat tinggal di Ka’bah.
Kita wajib meyakini bahwa Allah ta’ala ada, tanpa bersifat dengan sifat-sifat makhluk, tidak membutuhkan tempat dan tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya.
Allah tidak tinggal di Ka’bah, tidak bertempat di langit dan tidak menempati seluruh tempat.
Allah bukanlah benda (jism), Allah bukan cahaya. Allah tidak memiliki gambar, rupa dan bentuk serta sifat makhluk, apa pun itu.
Apapun yang terlintas di benak kita, maka Allah tidak menyerupainya.
Inilah akidah yang diyakini dan diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat dan umat Islam dari masa ke masa di berbagai belahan dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan dapat kita amalkan bersama.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Berita Idul Adha 2022 lainnya
Baca Artikel lain klik di POS-KUPANG.COM
Artikel ini telah tayang di Khutbahsingkat.com dengan judul Materi Khutbah Jumat Tentang Haji Terbaru: Mengupas Hikmah Manasik Haji