Perang Rusia Ukraina

Zelensky Sebut Setiap Hari 100 Tentara Ukraina Tewas Di Medan Perang

Pasukan Rusia dilaporkan hampir menguasai kota Severodonetsk, setelah pengepungan panjang yang melibatkan artileri intens dan pemboman udara.

Editor: Alfons Nedabang
SERGEI SUPINSKY/AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky 

Zelensky Sebut Setiap Hari 100 Tentara Ukraina Tewas Di Medan Perang

POS-KUPANG.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan, sebanyak 60-100 tentara Ukraina tewas di medan perang setiap hari.

"Sedangkan rata-rata 500 lainnya terluka," kata Zelensky kepada kantor berita AS Newsmax dalam wawancara yang dirilis pada Rabu (1/6/2022).

"Situasi di timur sangat sulit," kata Zelensky kepada Newsmax dikutip dari AFP.

"Kami kehilangan 60 hingga 100 tentara per hari, gugur di medan perang, dan sekitar 500 orang terluka saat bertugas," ujar presiden berusia 44 tahun itu melalui penerjemah.

Tingkat kematian yang tinggi terjadi ketika pasukan Ukraina mencoba mencegah tentara Rusia mengambil kendali penuh dari Wilayah Luhansk.

Pasukan Rusia dilaporkan hampir menguasai kota Severodonetsk, setelah pengepungan panjang yang melibatkan artileri intens dan pemboman udara.

Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Data Terbaru, 3.043 Pasukan Militer Rusia Tewas di Medan Perang Ukraina

"Kami terus mempertahankan batas pertahanan kami" di timur, lanjut Zelensky.

Indikasi dari medan perang menunjukkan Rusia juga mengalami kerugian yang signifikan.

Pemerintah Ukraina pekan lalu memperkirakan, Rusia kehilangan lebih dari 30.000 tentara sejak memulai invasi mereka pada 24 Februari.

Gelar Referendum Gabung Rusia

Wilayah-wilayah yang dikuasai Moskwa di Ukraina selatan dapat menggelar referendum untuk menjadi bagian dari Rusia pada awal Juli, kata seorang anggota parlemen senior Rusia pada Rabu (1/6).

Ukraina sebelumnya menuduh Moskwa merencanakan untuk menggelar referendum kemerdekaan palsu di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia.

"Saya tidak mengesampingkan bahwa ini mungkin terjadi pada awal Juli," kata Leonid Slutsky, kepala komite urusan luar negeri parlemen dan anggota senior tim perunding Moskwa dengan Ukraina.

"Saya tidak akan memprediksi di mana itu akan terjadi, tetapi saya berasumsi bahwa wilayah-wilayah yang dibebaskan akan mengadakan referendum kurang lebih secara bersamaan," kata Slutsky dalam komentar yang dikutip oleh kantor berita Rusia.

Kantor berita AFP melaporkan, ia menyebut langkah untuk menggelar pemungutan suara di Ukraina itu adalah hal yang logis.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, tetapi Moskwa berulang kali menekankan pihaknya tidak berusaha menduduki wilayah Ukraina.

Baca juga: Kota Severodonetsk Jatuh ke Tangan Rusia, Tinggal 20 Persen Kota di Bawah Kendali Ukraina

Namun, suara-suara dari pejabat Rusia dan pro-Moskwa mengindikasikan bahwa pasukan Rusia bermaksud tetap berada di wilayah yang dikontrolnya di Ukraina selatan, seperti Kherson dan sebagian besar Zaporizhzhia.

Otoritas separatis di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur bekata, mereka juga ingin menjadi bagian dari Rusia.

Komentar Slutsky menyusul komentar dari anggota parlemen senior lainnya, Andrei Turchak, yang mengatakan bahwa tidak diragukan keempat wilayah itu akan bergabung dengan Rusia.

Kremlin pada Rabu (1/6) berujar, orang-orang di Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, dan Luhansk bebas untuk memilih masa depan mereka.

"Kami tidak ragu bahwa mereka akan membuat keputusan terbaik," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Rusia mengerahkan tentara ke Ukraina dengan dalih melindungi penduduk berbahasa Rusia di timur negara tetangganya itu.

Sebelum perang 2022, Rusia mencaplok semenanjung Crimea dari Ukraina pada 2014 dab menggelar referendum yang dikecam sebagai ilegal oleh Barat. (*)

Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved