Berita TTS Hari Ini
Dinkes TTS Melalui Kabid Kesmas Sosialisasikan Penekanan Stunting dan AKI/AKBdi GMIT Tebes Kobelete
Dinas kesehatan kabupaten TTS Melalui Kabid kesehatan masyarakat, Nahad S.E Baunsele, SKM, MPH melakuan sosialisasi Penurunan Stunting serta AKI
Laporan Reporter Pos-Kupang.com, Adrianus Dini (cr12)
POS-KUPANG.COM, SOE - Dinas kesehatan kabupaten TTS Melalui Kabid kesehatan masyarakat, Nahad S.E Baunsele, SKM, MPH melakuan sosialisasi Penurunan Stunting serta AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di gereja GMIT jemaat Tebes Kobelete, Soe, TTS, Kamis 12 Mei 2022
Dalam presentasinya Nahad mengatakan di tahun 2022 hingga bulan April ada 2 ibu yang meninggal. Selanjutnya Jumlah kematian neonatal kabupaten TTS, per Desember 2021 berjumlah 78 bayi.
Dirinya menjelaskan Tempat meninggal ibu dan bayi berbeda-beda. Ada yang meninggal di rumah, di puskesmas, di rumah sakit dan bahkan meninggal dalam perjalanan.
Dia menjelaskan sebagian besar penyebab kematian ibu berdasarkan data tahun 2021 dikarenakan pendarahan. Selanjutnya penyebab lain di antaranya: hipertensi, infeksi, Cardiac Arest, tali pusat membumbung, cairan keluar lewat mulut dan hidung, emboli air ketuban dan merasa mules.
Terkait hal tersebut Nahad menyarankan empat percepatan penurunan stunting serta AKI dan AKB di TTS. Pertama, pemeriksaan kehamilan berstandar. Artinya minimal 6 kali dilakukan pemeriksaan selama masa kehamilan. Kedua, menggerakan persalinan ke fasilitas kesehatan yang memadai. Misalnya di puskesmas atau rumah sakit. Ketiga, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan emergensi (PONED dan PONEK). Kempat, pelayanan KB pasca salin. KB jangka panjang lebih dianjurkan, misalnya implan dan susuk.
Baca juga: Persib Bandung Kirim Tiga Wakilnya ke SEA Games 2022 Vietnam, Ini Harapan Pelatih
Selanjutnya Nahad menjelaskan stunting turut mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. 25 % otak anak terbentuk sejak dalam kandungan. 70 % terbentuk sebelum ulang tahun kedua. Dan ulang tahun ke 3-5 tahun hanya penambahan sekitar 20 % bagi perkembangan otak anak. Karena itu, diupayakan agar 5 tahun awal kelahirannya, perkembangan bayi betul-betul diperhatikan dengan baik.
Nahad mengatakan, Di TTS setiap tahun lahir 10.000 bayi dan pada tahun 2022, 3 dari 10 anak dilahirkan stunting.
Sosialisasi yang berlangsung di gereja GMIT jemaat Tebes Kobelete, TTS ini mengusung tema, Gereja siaga kesehatan ibu dan anak dan stunting.
"Gereja siaga artinya gereja juga turut mendorong setiap keluarga atau jemaat (masyarakat) untuk memberi perhatian dan dukungan kepada ibu hamil dalam hal ini memberikan pesan menuju persalinan selamat (MPS) guna menekan angka kematian ibu (AKI) dan anak (AKB) serta stunting," jelas Nahad.
Dia melanjutkan Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat atau jemaat yang sehat, mandiri, serta tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan menuju kesehatan prima dan produktif yang berdampak pada penurunan AKI dan AKB dan juga stunting.
"Stunting tidak hanya dikarenakan kurangnya perhatian pada nilai gizi makanan. kondisi lingkungan yang tidak sehat juga turut mengakibatkan seorang bayi dilahirkan stunting," katanya.
Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Ini Alasan Bantuan AS Kepada Ukraina Untuk Melawan Rusia
Dirinya melanjutkan, Ibu yang tidak sehat akan melahirkan bayi stunting. Karena itu lingkar lengan ibu yang hendak melahirkan minimal 23,5 cm.
Kepada pos Kupang Nahad menjelaskan, kegiatan yang sama sudah pernah dilaksanankan di puskesmas Fatumnutu, wilayah klasis Mollo Timur. Ia melihat kegiatan tersebut berhasil.
Tinjau Jembatan Boking, Begini Pernyataan Kabid Bina Marga Dinas PUPR Provinsi NTT |
![]() |
---|
Cegah Stunting, Ini Langkah Strategis yang Dilakukan Kades Oebobo TTS |
![]() |
---|
Wilayah Kabupaten TTS Menjadi Daerah Alokasi Dana Desa Terbesar di NTT |
![]() |
---|
Binda NTT Gelar Vaksinasi Massal Sasar Masyarakat Umum, Pelajar dan Lansia |
![]() |
---|
Peringati Hut ke-76 Bhayangkara, Polres TTS Gelar Olah Raga Jalan Santai dan Senam Bersama |
![]() |
---|