Berita NTT Hari Ini

Andre Koreh Soal Kunjungan Presiden Jokowi : Beliau Punya Komitmen yang Kuat untuk NTT

adalah sesuatu yang sangat menunjang berbagai sektor satu dengan yang lain. Ekonomi, kesehatan, sosial, termasuk politik.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ANY TODA
Staf khusus Gubernur NTT Bidang Percepatan Pembangunan Infrasutruktur, Andre Koreh bersama Host Manager Produksi Pos Kupang, Fery Jahang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Staf khusus Gubernur NTT Bidang Percepatan Pembangunan Infrasutruktur, Dr. Ir. Andre Koreh, M.T mengungkapkan, melihat kunjungan Jokowi ke Nusa Tenggara Timur saat ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap NTT. 

"Yang pertama sekali saya harus melihat bahwa kedatangan seorang kepala negara dalam satu wilayah tentu ada hal yang mendasarinya, melatarbelakanginya," kata Andre dalam bincang - bincang bersama Host Manager Produksi Pos Kupang, Fery Jahang, Rabu, 23/03/2022. 

Menurut dia, seorang kepala negara harus bertindak adil di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

"Kalau dalam catatan presiden jokwi sudah mengunjungi NTT tercatat kurang lebih 12 kali dalam masa pemerintahan beliau sejak pertama dan sekarang kedua. Saya lihat memang rasanya selama republik ini berdiri kunjungan kepala negara yang paling banyak di wilayah Nusa Tenggara Timur adalah bapak presiden Jokowi," ujar Andre. 

Baca juga: Tanoto Foundation Bantu Pemprov di Provinsi NTT Dukung Percepatan Penanganan Stunting

"Itu menunjukkan bahwa beliau punya komitmen yang kuat untuk Nusa Tenggara Timur tentunya dengan alasan - alasan yang juga tentu kuat. Kita tahu pembangunan di segala aspek baik itu di aspek pembangunan sumber daya manusia, inftastruktur, sumber daya alam kita selalu masuk dalam kategori daerah tertinggal sehingga beliau dengan pendekatan treatment ke daerah - daerah yang memang masih kurang dibuktikan dengan kehadiran beliau mendatangi daerah - daerah ini," jelasnya. 

Dia melanjutkan, jika dilihat hari ini bagaimana Presiden Jokowi mengunjungi Timor Tengah Selatan, itu karena persoalan stunting di TTS bahkan dinyatakan sebagai kabupaten yang angka prevelensi stunting yang tinggi, 48 koma sekian bahkan dua kali dari persyaratan yang ditetapkan oleh WHO yang hanya 20. 

"Artinya Presiden ingin menyelesaikan persoalan itu langsung di sumbernya. Inilah kenapa saya mengatakan bahwa presiden ingin menyelesaikan persoalan pembangunan itu justru mendatangi persoalan jadi tentu sebagai anak NTT, orang NTT, saya merasa satu keberkahan bahwa presiden mempunyai perhatian lebih terhadap daerah ini terindikasi dengan 12 kali," ungkapnya. 

Baca juga: Pemprov NTT Apresiasi Bank Indonesia dan TNI AL

Berbicara infrastruktur, kata dia, adalah sesuatu yang sangat menunjang berbagai sektor satu dengan yang lain. Ekonomi, kesehatan, sosial, termasuk politik. 

Infrastruktur adalah suatu gurunya sehingga kalau kali ini kunjungan Presiden difokuskan untuk melihat TTS dimana di NTT ada 15 kabupaten yang masuk zona merah dan hanya 7 yang zona kuning artinya ada persoalan di daerah ini sehingga kedatangan presiden untuk menyelesaikan persoalan ini. 

"Nah pertanyaannya adalah sejauh mana kedatangan presiden ini memberi dampak terhadap perubahan perilaku. Kita sebagai birokrat, masyarakat sebagai yang dilayani ini tentu tidak bisa menjadi kerja pemerintah semata," kata Andre. 

"Kita tahu persoalan stunting itu bukan sesuatu yang muncul begitu saja tetapi melalui sebuah sebab akibat karena pola hidup, perilaku kemudian intervensi - intervensi program pemerintah yang diharapkan nanti melahirkan anak - anak NTT yang bebas stunting tentu ini bukan kerja sesaat. Ini kerja sistematis terstruktur dan harus masif," lanjutnya. 

Baca juga: Pemprov NTT Bersama Ombudsman RI Teken Renja 

Untuk itu Andre mengapresiasi kedatangan Presiden walaupun momentumnya adalah untuk melihat kondisi stunting di Timor Tengah Selatan tetapi dalam konteks pembangunan secara utuh, stunting cuma salah satu tetapi ada hal - hal lain yang tentunya bisa ditangkap oleh pemerintah daerah baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten kota yang tidak ada tujuan lain selain membuat pergerakan pertumbuhan daerah ini dari waktu ke waktu semakin baik. 

"Kita tahu betul kalau bicara infrastruktur kita bicara kesehatan tidak lepas dari infrastruktur air. Tidak mungkin orang bisa hidup sehat kalau tidak ada air sementara kita tahu air di NTT ini menjadi salah satu persoalan. Nah makanya pemerintah membangun bendungan. Kemudian ada juga program - program membangun bendung. Beda ya bendungan dengan bendung. Ada lagi embung. Sudah jadi ini infrastruktur semua masih ada lagi. Bagaimana menggunakan air ini. Kita tampung airnya kita tahan airnya di permukaan, tapi kan bukan hanya sekedar ditahan. Kita harus alirkan dia ke daerah irigasi atau kita gunakan sebagai air baku. Untuk tujuannya apa masyarakat menikmati air bersih," terangnya. 

Lanjut dia, kalau air bersih menjadi bagian integral dari sebuah proses untuk melahirkan anak - anak NTT yang bebas stunting artinya pembangunan infrastruktur secara tidak langsung berkontribusi signifikan terhadap penurunan angka stunting sehingga tidak bisa satu pihak bekerja sendiri. Harus kerja kolaboratif dan tentu harus terkoordinasi dengan baik. 

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Pemprov NTT Percepat Vaksinasi

"Saya yakin program mengatasi kemiskinan dengan kearifan lokal kita sudah punya," kata Andre. 

"Bagaimana mengatasi stunting juga dengan pola penanganan stunting yang benar mengacu kepada daerah - daerah yang mirip seperti NTT tapi kenapa masih saja ada? Berarti bukan dikonsep menyelesaikan masalahnya tapi di implementasi," tambahnya.(*)

Berita NTT Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved