Militer Indonesia
Indonesia Akan Beli 36 Jet Tempur Canggih F-15 Dari AS Rp 200 Triliun, Media Viietnam yang Heboh
Setelah menandatangi kontrak pemberian jet tempur canggih Rafale dari perancis sebanyak 36 unit, militer Indonesia juga akan mendatangan 36 jet tempur
POS KUPANG.COM - Setelah menandatangi kontrak pemberian jet tempur canggih Rafale dari perancis sebanyak 36 unit, militer Indonesia juga akan mendatangan 36 jet tempur canggih dari Amerika F-15
Perkuatan militer Indonesai di matra udara ini menjadi perhatian media Vietnam
Sepak terjang militer Indonesia memang diam-diam bikin banyak negara keheranan.
Bahkan belakangan ini Indonesia kembali disorot oleh media Vietnam 24h.com.vn, perihal pembelian senjata militer.
Indonesia memang saat ini menjadi militer terkuat di Asia Tenggara
Baca juga: 6 Jet Tempur Canggih Rafale Perkuat TNI AU , Pengamat Sebut Keuntungan Beli Jet Tempur Perancis
Selain itu, kekuatan tempur militer Indonesia juga makin kuat, media Vietnam itu bahkan membocorkan transaksi senjata militer dengan Amerika Serikat.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada 10 Februari menyetujui kontrak pembelian senjata senilai 14 miliar dolar AS untuk Indonesia.
Keputusan itu dikatakan sebagai langkah menanggapi tindakan China di Asia-Pasifik.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan kesepakatan senjata senilai 14 miliar dollar AS (Rp200 T) saat Menteri Luar Negeri Antony Blinken sedang melakukan kunjungan ke Australia.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk menegaskan tekad AS untuk tidak membiarkan China mendominasi secara bebas di Pasifik.
Baca juga: Menhan Prabowo Borong Jet Tempur Rafale dari Prancis
Kontrak senilai Rp200 triliun yang disetujui AS mencakup 36 jet tempur F-15, mesin dan peralatan terkait, termasuk sistem komunikasi dan amunisi rudal.
Kontrak tersebut disetujui sekitar dua bulan setelah kunjungan Menlu AS ke Indonesia.
Pada Desember 2021, Antony Blinken mengunjungi Jakarta, memuji hubungan erat antara AS dan Indonesia.
"Penjualan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra utama di kawasan, berkontribusi pada stabilitas progresif di kawasan," kata, Departemen Luar Negeri AS kata dalam sebuah pernyataan.