Unwira Kupang
Prodi Musik Unwira, Kupang Sambangi SDI Lasiana dengan Perkusi Ember
Para dosen dan mahasiswa Program Studi (Prodi) Musik Universitas Widya Mandira Kupang ( Unwira Kupang)
Penulis: Paul Burin | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Para dosen dan mahasiswa Program Studi (Prodi) Musik Universitas Widya Mandira Kupang ( Unwira Kupang), pada Kamis, 9 Desember 2021 menyambangi SD Inpres Lasiana, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT) dalam paket kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat.
Kunjungan enan orang dosen dan tiga mahasiswa Prodi Musik Unwira ke wilayah kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, ini menyasar khusus pada 212 murid kelas 2 SD Inpres Lasiana.
Para murid sasaran kegiatan diajak untuk semangat belajar membaca, menulis dan berhitung dasar.
Ketua Tim Pelaksana Kegiatan, Stanislaus Sanga Tolan,S.Sn, l.M.Sn, mengemukakan bahwa timnya berkunjung ke sekolah ini dan memilih kelas 2 sebagai sasaran kegiatan karena anak-anak kelas 2 mengalami hambatan belajar yang cukup besar akibat pandemi Covid-19.
"Anak-anak kelas 2 SD seluruh Indonesia ini boleh dikatakan paling terdampak oleh pandemi Covid-19 dalam proses belajarnya di jenjang paling dasar. Sekarang mereka duduk di bangku kelas 2," katanya.
Pada tahun ajaran 2019/2020, semester genap, kata Stanis, Corona melanda dunia. Saat itu mereka masih duduk di TK. Mereka mengikuti sekolah tatap muka di kelas hanya satu semester.
Setelah itu, di tahun ajaran 2020/2021, mereka kelas 1 SD, dan satu tahun penuh mengikuti proses sekolah secara BDR (Belajar Dari Rumah-red). Jadi, kurang lebih satu setengah tahun mereka tidak belajar di kelas.
Mereka kata Stanis, berhadapan dengan orang tua yang harus menjadi guru di rumah. Tentu banyak hal yang anak-anak alami, terutama aspek psikologisnya. Sekarang, mereka baru beberapa bulan kumpul di sekolah, di kelas dan mengenal banyak hal baru.
Di sisi lain, para guru tentu harus kejar target kurikulum, target program pelajaran. Anak-anak ini pasti terlibat dalam urusan kejar-kejaran target itu. Pasti lebih banyak ketegangan yang mereka alami.
"Karena itu, kami hadir di sekolah ini, mengajak mereka belajar sambil nyanyi dan main musik perkusi. Alat musik berupa ember yang kami bawa dan juga meja belajar mereka. Jangan pikir harus beli alat musik yang mahal dan istimewa. Ember dan meja saja sudah jadi perkusi untuk anak-anak. Tergantung guru meramu dan memanfaatkannya. Mereka harus alami situasi belajar yang meyenangkan, yang menggembirakan," ujar Stanis membentangkan alasan bersama tim melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat di sekolah ini.
Kegiatan yang dilakukan yakni sebanyak 112 murid kelas 2 di sekolah ini ditempatkan di dua ruangan kelas. Tim pelaksana kegiatan membawa peralatan kegiatan berupa 10 ember cat yang dilengkapi dengan 10 stik dan 212 paket buku bantuan belajar dasar dan disebarkan di dua ruang kelas.
Dari dalam dua ruang kelas terdengar riuh anak-anak bernyanyi sambil memukul ember dan meja, dengan ritme yang telah dilatih sebelumnya oleh tim pelaksana kegiatan sehingga terdengar apik. Setelah menyanyikan satu lagu, anak-anak diajak membaca dan menulis serta berhitung sederhana dari paket buku yang dibagikan.
Lusia Liban, guru kelas 2C, saat dimintai pendapatnya terkait kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh tim Prodi Musik Unwira, mengemukakan bahwa dirinya sangat senang dengan suasana belajar yang membuatnya turut memperoleh pengalaman baru.
"Saya sangat senang karena bukan hanya anak yang disegarkan tetapi kami guru juga dapat penyegaran. Anak-anak diajak belajar sambil bernyanyi dan main musik, ini sangat membangkitkan semangat anak-anak," ungkapnya dengan raut wajah gembira.
Guru Lusia pun menuturkan bahwa anak-anak di kelasnya (kelas 2-red) saat awal masuk, tampak sangat bermasalah dalam hal penguasaan huruf dan membaca. Pihaknya harus mengajak anak kembali ke kelas 1 dan memulai dengan mengenal huruf.
"Anak-anak memang sudah hafal huruf, namun ketika disuruh tulis huruf yang disebut atau diperlihatkan jenis huruf dan diminta menyebut, anak-anak tidak bisa. Itu mungkin karena selama belajar dari rumah, anak-anak diajar bernyanyi menghafal huruf, tanpa mengenal bentuk hurufnya," kata Lusia sembari mengemukakan bahwa dirinya terus berjuang mengupayakan agar anak muridnya yang telah kelas 2 itu dapat tahu huruf sehingga bisa maju ke tahap membaca kata dan kalimat.
Pendapat senada dikemukakan oleh Maria Doni, salah satu guru kelas 2 yang menangani kelas parelel yang lain.
Menurutnya, suasana belajar yang dilakukan oleh tim dari Unwira telah membantu mengaktifkan anak-anak dan membuat anak-anak tampak sangat senang.
"Anak-anak terlihat sangat aktif, tidak takut dengan tim kegiatan dan bersemangat mengerjakan tugas yang dibagikan oleh tim kegiatan. Isi bukunya juga sudah saya lihat dan sangat bagus menuntun dan membantu anak untuk pelajaran paling dasar, mengenal dan menguasai huruf, angka dan kata," kata Maria.
Ia mengatakan, memang itu masalah yang ada dalam diri anak-anak. Masih banyak anak yang belum kuasai huruf secara baik. Jadi, dengan sarana buku ini, guru terbantu untuk terapkan strategi berikutnya, yaitu mengelompokkan anak yang telah bisa, yang sedang, dan yang belum bisa baca agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi yang sudah lancar membaca. Mungkin ke depan akan terapkan tutor sebaya dengan menggunakan sarana ini, jika PPKM telah dicabut dan anak-anak kembali ke sekolah semester depan.
Maria mengatakan bahwa buku sarana belajar yang dibagikan ini juga bisa atasi keluhan orang tua, sebab hampir semua orang tua mengeluh bahwa anak tidak mau lagi dengar mereka jika dibimbing belajar di rumah. Anak maunya ke sekolah dan dibimbing oleh guru saja. (*/pol)
Baca Berita Kota Kupang Lainnya