Berita Belu
Masyarakat Diminta Stop Berikan Stigma Bagi ODHA
Stigma terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) masih kental di tengah masyarakat. Untuk itu, para ODHA di Kabupaten Belu meminta masyarakat stop berikan
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS KUPANG. COM,Teni Jenahas
POS KUPANG.COM| ATAMBUA----Stigma terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) masih kental di tengah masyarakat. Untuk itu, para ODHA di Kabupaten Belu meminta masyarakat stop berikan stigma.
Hal ini diungkapkan ODHA di Kabupaten Belu diantaranya, Budi, Deni dan Hermina saat ditemui Pos Kupang. Com, di sela-sela persiapan kegiatan drama, Kamis 2 Desember 2021. Kegiatan drama yang dipentaskan hari ini merupakan rangkaian kegiatan memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS).
Mereka mengungkapkan, sejak divonis mengidap penyakit HIV-AIDS, mereka merasa kurang nyaman karena mendapat stigma dari masyarakat. Menghadapi kondisi ini, hal yang mereka lakukan adalah menerima diri dengan status ODHA. Kemudian, membangun komunikasi dengan keluarga terdekat dan yang dipercaya agar membantu memberikan jalan.
Hal ini dilakukan Budi. Pria asal Kakuluk Mesak ini menuturkan, awal mulai divonis sebagai ODHA tahun 2012, ia merasa tidak nyaman.
Baca juga: PSS Sleman Menang Skor 2-1 vs PSIS Semarang, Kubur Poin Mahesa, Ini Cuplikan Gol Aaron Evans
"Awal mula saya berstatus ODHA tahun 2012 memang rasanya tidak nyaman. Saya kepingin saya sendiri yang tahu. Tapi kalau saya sendiri yang tahu, saya bisa apa. Otomatis saya cari keluarga dekat saya yang paling saya percaya, saya ungkapkan kalau saya sudah bgini. Iya puji Tuhan mereka terima", ungkap Budy.
Pria yang bekerja sebagai teknisi ini mengaku, keluarga yang menguatkan dirinya untuk menghadapi penyakit yang dideritanya serta mengurangi stigma dari masyarakat.
"Keluarga yang menguatkan saya untuk membantu berpikir. Terus saya didampingi Bethesda sejak awal sehingga sampai saat ini kondisi saya sehat sehat saja", ujarnya.
Menurut Budi, tingginya stigma sosial karena mungkin ODHA kurang terbuka. Pengalaman dirinya, ketika ia membuka diri maka stigma yang ia rasakan semakin menurun. Bagi yang paham tentang HIV-AIDS dan cara penularannya tidak lagi memberikan stigma kepada ODHA.
Sebagai seorang teknisi, ia masih mendapat orderan dari pelanggan, kemudian, ia biasa diundang untuk ke pesta dan berinteraksi sosial tanpa diskriminasi.
"Puji Tuhan orang sudah tahu kalau saya dari 2012 sampai sekarang masih sehat sehat saja. Mungkin orang penasaran sehingga sekarang ada orang yang masih panggil saya untuk kerja. Kalau pesta diundang", ungkapnya.
Terpisah, Hermina mengungkapkan, dirinya sudah terbuka statusnya dengan keluarga sehingga membantu mengurangi stigma dari masyarakat.
"Kalau untuk keluarga tidak lagi. Tapi dari orang lain. Sebagai seorang ODHA ketika mendapat stigma seperti itu pasti sakit hati Tapi kita sudah dengan penyakit jadi kalau kita stress pasti kita drop dan kesehatan terganggu. Saya jalani saja yang penting saya sehat seperti mereka", ujarnya.
Hermina meminta masyarakat agar stop memberikan stigma kepada ODHA.
"Harapan saya tidak boleh mendiskriminasi dan memberikan stigma bagi OHDA. Kalau sudah memahami cara penularan penyakit HIV-AIDS pasti masyarakat bisa membuka diri dengan ODHA", pungkasnya. (jen).