Liga 1
Robert Alberts Ulang Tahun ke-67, Begini Karier Pelatih Persib Sejak Jadi Pemain Tahun 1966 di Ajax
Robert lahir di Amsterdam, Belanda pada 14 November 1954. Dia mengawali kariernya sebagai pemain pada 1966 di klub Ajax Amsterdam. Robert Alberts yang
POS KUPANG.COM - Hari ini, Minggu (14/11/2021), pelatih Persib Bandung berulang tahun yang ke-67. Sudah puluhan tahun dan ratusan pertandingan yang dilalui Robert sebagai pemain dan pelatih.
Tribun Jabar menjabarkan secara singkat karier Robert Alberts dari mulai pemain hingga saat ini menjadi pelatih. Dimulai dari akademi Ajax Amsterdam hingga kini menahkodai Persib.
Robert lahir di Amsterdam, Belanda pada 14 November 1954. Dia mengawali kariernya sebagai pemain pada 1966 di klub Ajax Amsterdam. Robert Alberts yang kala itu berusia 12 tahun mencoba mengikuti seleksi terbuka pada tahun 1966.
Robert lolos seleksi setelah mendapat penilaian dari pemandu bakat tim berjuluk de Godenzonen itu Ia menyingkirkan sekitar 5 ribu pemain dan masuk tim junior Ajax untuk kelompok usia 12 hingga 14.
Baca juga: Keamanan Laga Persib vs Persija Diperketat, Jangan Sampai Ada Suporter Nekat ke Stadion
"Dari sana saya memulai karier. Jadi, bisa dibilang ini bukan merupakan akademi yang sesungguhnya dan lebih mirip modul latihan biasa. Meski tiap pelatih yang bekerja di tim junior Ajax mempunyai kualifikasi tinggi dalam bidangnya. Jadi itu yang membedakan Ajax dengan klub-klub lain, disana ada pelatih berkelas dunia," kata Robert Alberts.
Setelah mendapatkan kesempatan berlatih bersama klub yang melahirkan legenda sepak bola dunia, Johan Cruyff, Robert Alberts harus berjuang keras agar bisa naik ke tim senior. Dia berlatih empat kali seminggu setelah pulang sekolah sekitar pukul 3 sore.
Menurut Robert Alberts, sudah berkompetisi sejak usia 12 tahun merupakan keunggulan Belanda dalam membangun sepak bola. Pemain-pemain muda sudah merasakan atmosfer kompetisi sebelum memasuki level profesional.
"Saya langsung terpilih menjadi anggota tim C1, Ajax punya tiga tim di setiap kelompok umur. Jadi ada tim kesatu, kedua dan ketiga di usia 12-14, lalu tim B junior (U-14 hingga U-16) dan tim A Junior (U-16 hingga U18)," ujarnya.
Baca juga: Begini Gaya Presiden Jokowi Saat Menjajal Sirkuit Superbike Mandalika, Erick Thohir Start-Finish
"Kontrak pertama saya didapat saat usia 18. Yang menarik, dari daftar pemain yang mengikuti seleksi sejak usia 12, hanya dua pemain yang mampu mendapat kontrak profesional."
"Satu pemain lagi adalah Henk van Santen yang bermain cukup rutin bersama tim utama. Saya tidak, lebih banyak duduk di bench atau tim reserves, lebih sering bermain untuk tim kedua."
"Hanya dua pemain yang benar-benar mampu menembus karier profesional dari tim C (usia 12 tahun) di angkatan saya," ucapnya.
Bermain di Luar Belanda
Ketika berusia sekitar 23 tahun, Robert Alberts mendapatkan kesempatan untuk bermain di Liga Swedia. "Ketika saya masih muda, saya datang ke Swedia. Bill Baxter dia mencari pemain dan melalui anaknya, Mike Baxter yang akhirnya menjadi tim nasional U-21 Inggris dan tim nasional Afrika Selatan," ujar Robert Alberts.
Pada saat itu, Robert Alberts bergabung dengan Raa IF yang masih berstatus sebagai tim semi profesional. Siapa pun bisa bebas untuk datang berlatih dan bermain tanpa keterikatan dengan aturan.
"Dari klub itu lalu saya pindah ke klub lain karena mengalami cedera di punggung bagian bawah dan dokter menyuruh saya untuk melakukan operasi di usia yang sangat muda, sekitar usia 24. Saya menolaknya karena tidak ada garansi saya bisa bermain sepakbola lagi setelah itu," katanya.
"Jadi ketimbang operasi, saya melakukan program ketat untuk meningkatkan otot punggung," ucapnya.
Cedera itu memang membawa berkah tersendiri bagi Robert Alberts yang kembali ke titik nol untuk membangun karier sepak bolanya.
Hittarps IK yang kala itu berbeda kasta dengan klub sebelumnya membuat Robert kembali menemukan momentum kariernya.
"Bersama klub itu saya mulai membangun karier lagi di Swedia, kami menjadi tim yang fantastis karena menjadi sebuah unit yang kompak, kami seperti keluarga besar," katanya.
Di klub barunya itu jugalah, Robert mulai membangun karier kepelatihan hingga sekarang. Secara mengejutkan, Robert yang ketika itu berusia 30-31 tahun diminta manajemen Hittarps untuk menjadi pelatih dan pemain.
"Ketika pelatih pergi, manajemen meminta saya untuk menjadi pelatih. Jadi saya menjadi pemain merangkap pelatih di tim tersebut.
"Dan itu tentu peran yang berbeda, karena sebelumnya saya menikmati peran sebagai pemain dan setelah itu saya menjadi pelatih bagi teman-teman satu tim. Saya membangun program latihan dan taktik yang akan dimainkan," katanya.
Sejak itu, Robert Alberts mulai tertarik pada dunia kepelatihan karena menemukan sensasi yang berbeda daripada pemain.
"Di satu kesempatan kami merupakan teman satu sama lain tapi di kesempatan berbeda saya menjadi pelatih mereka. Pemain tetap percaya dengan apa yang saya sampaikan dan kami mencapai sukses bersama," ujarnya.
Peran pemain-pelatih yang dulu pernah dijalankan Robert membuatnya belajar banyak hal. Satu di antaranya adalah bagaimana mempertahankan pendirian dan ide tanpa harus mencari alasan.
"Karena di satu sisi saya bermain sebagai pemain yang menghuni starting eleven dan saya juga menjadi pelatih," ucapnya.
"Itu awalan yang bagus bagi saya dan saya juga sempat mendapatkan tawaran yang menarik dari klub Swedia lainya. Tapi saya masih tetap dengan loyalitas untuk tetap bersama klub ini," katanya.
Di samping itu, Robert mengungkapkan bahwa dirinya belum benar-benar pensiun sebagai pesepak bola pada usia 31 tahun. Baru diusianya yang menginjak 34 tahun, dirinya meninggalkan status sebagai seorang pemain sepak bola.
Robert mengatakan bahwa tim pertamanya di Asia Tenggara adalah Kedah FA yang berlaga di Liga Malaysia.
"Ketika saya datang ke Malaysia dan memulai karier pelatih bersama Kedah pada 1992, ini adalah awal dari sepakbola profesional di Asia Tenggara. Saya senang bisa menjadi bagian dari masa itu, antusiasmenya dan klub juga punya rencana bagus untuk masa depan," ujar Robert belum lama ini.
Meski baru merasakan atmosfer Liga Malaysia belum lama, Robert ternyata sudah memiliki banyak prestasi.
Satu di antaranya adalah ketika Robert membawa Kedah menjadi juara tanpa terkalahan.
Setelah menghabiskan waktu empat tahun di Kedah FA, Robert pindah ke Singapura untuk menukangi Tanjong Pagar FC pada tahun 1996-1998. Lalu Robert pun kembali pindah ke Home United yang masih bermain di Liga Singapura. Di sana, dia mendapat gelar juara Liga Singapura pada musim 1999.
Pada musim 2004, Rober menukangi Timnas Korea Selatan U-17. Di Negeri Gingseng, Robert tak bertahan lama. Dia mendapat tawaran menjadi Direktur Teknik Football Association of Malaysia (FAM) (2005-2008).
Di periode tersebut juga, Robert menjabat sebagai pelatih Timnas Malaysia U-17. Hingga pada akhirnya, dia kembali menukangi Sarawak FA pada tahun 2009.
Robert memiliki reputasi yang sangat baik di persepakbolaan Indonesia. Dia menangani tiga tim besar dalam karier 10 tahun di Indonesia. Arema Indonesia menjadi tim pertama yang dia pegang.
Bahkan, bersama tim Singo Edan, dia merasakan gelar di LSI 2009/2010. Setelah itu, dia menangani PSM Makassar. Bersama PSM, dia hanya sampai level "hampir juara".
Robert Alberts mengatakan, awal ketertarikannya kepada sepak bola Indonesia adalah pada saat menjalani tur pramusim bersama Kedah FA, tim Malaysia.
"Kami bertolak dari Penang ke Medan yang letaknya tidak jauh dan kami dari Medan pergi lagi menuju Surabaya dan Bali. Kami juga melakukan beberapa agenda latih tanding dan kehadiran suporter di Indonesia yang memberi saya dorongan untuk mencoba kesempatan melatih di Indonesia saat itu," ujar Robert kepada awak media belum lama ini.
"Karena meski hanya sekadar latih tanding, tapi para suporter tetap memberikan semangat di belakang tim dan itu kesan bagus dari saya untuk sepakbola Indonesia," katanya.
Keinginan Robert untuk melatih di Indonesia ternyata tak harus menunggu waktu yang lama.
"Pemain itu juga mempunyai teman asal Kamerun yang tahu saya pernah melatih di Malaysia dan ingin mencoba karier di Indonesia. Komunikasi pun terus berlanjut antara mantan pemain saya dan Onana Jules yang baru saja mengakhiri karier sebagai pemain," katanya.
Mulai dari komunikasinya dengan dua rekannya itu yang akhirnya Robert mendapatkan tawaran dari Arema Indonesia pada musim 2009/2010.
"Lalu saya berhasil meraih gelar juara bersama Arema. Itu adalah awal yang bagus dan saya cukup beruntung bisa mendapat hasil yang bagus pula. Meraih gelar juara bersama Arema bisa dikatakan tidak saya duga dan itu jadi ingatan yang tidak bisa dilupakan," katanya.
Setahun setelah melatih Arema, Robert direkrut PSM Makassar. Namun kebersamaan itu tidak berlangsung lama.
Di PSM Robert bertahan cukup lama. Pelatih berusia 65 tahun itu melatih PSM selama 3,5 tahun.
"Sayang pada dua musim berikutnya (setelah kembali ke PSM) tepatnya di musim 2018, semua tahu PSM yang pada prinsipnya menjadi juara tapi karena sesuatu hal kami gagal juara," ucapnya.
Selama berkarier di Indonesia, banyak kenangan manis maupun pahit yang telah dirasakan oleh Robert. Namun baginya, ingatan paling indah yang pernah ia alami adalah saat membawa timnya menjadi juara.
"Meraih gelar juara adalah hal yang paling luar biasa dari setiap pelatih di dalam klub. Dan ini yang ingin saya dapat bersama Persib," katanya.
Pada musim 2019, Robert Alberts yang kala itu tak memiliki tim memutuskan menerima tawaran Persib. Kebetulan, Persib kala itu baru memecat Miljan Radovic yang dianggap gagal mengangkat performa tim di Piala Presiden.
Selama membesut Persib, Robert belum mampu memberikan gelar juara. Di musim 2019, Persib hanya bertengger di posisi keenam. Pada musim 2020, Persib yang sedang on fire karena menang di tiga laga awal terpaksa gagal juara. Penyebabnya kompetisi dihentikan akibat pandemi Covid-19.
Di musim ini, peluang untuk menjadi juara terbuka lebar. Persib saat ini berada di posisi kedua hingga pekan ke-11. Bahkan Maung Bandung belum sekalipun tersentuh kekalahan.