Tetap Teguh dalam kasih Tuhan
Mengawali khotbah ini saya ingin mengutip pengarang buku "Membangun sikap pemenang“, John Maxwel
Bencana dalam berbagai bentuk yang melanda dunia, dapat juga akan melanda jemaat Filadelfia. Namun bagi sipenulis hanya dengan kesetiaan kepada Tuhan, menaati Firmannya, jemaat di Filadelfia akan melewati masa-masa yang sulit tersebut.
Jemaat2 yang lain sudah mengalaminya cepat atau lambat mungkin juga akan dialami mereka di Filadelfia, untuk itu si penulis menasehati mereka untuk tetap setia kepada Kristus, demikian menurut pakar Perjanjian Baru tamatan Universitas Heidelberg Jerman ini mengatakan.
Menurut Mesakh Dethan walaupun situasi kita masa kini berbeda dengan jemaat di Filadelfia, namun situasi pandemi, badai seroja, bencana banjir dan longsor, berkembangnya aliran-aliran sesat yang merongrong ajaran gereja, nasehat si penulis kepada jemaat di Filadelfia ini juga cukup relevan bagi kita.
Apalagi si penulis kitab Wahyu dalam (Wahyu 3:13) mengatakan bahwa siapa yang bertelinga hendaknya ia mendengar. Artinya nasehat ini juga berlaku bagi kita sekarang ini juga, karena kita juga punya dua telinga.
“Coba cek jangan sampai ada yang telinganya sudah hilang satu, hahahaha”,tanyaakademisi UKAW dan mantan wartawan Pos Kupang pencetus rubrik berbahasa Kupang “Tapaleuk” ini yang mengundang tawa jemaat.
Menurut Mesakh Dethan hanya dengan setia kepada Firman Tuhan, setia kepada Alkitab, maka kita mampu melewati itu semua. Salah satu semboyan Luther yang terkenal adalah “Sola Scriptura”, hanya oleh alkitab.
Hanya dengan alkitab kita mendapatkan kekuatan, ketika berada dalam masa-masa yang sulit, dan sebagai pegangan bagi kita ketika menghadapi ajaran-ajaran sesat.
Mungkin ini bisa kita angkat ketika kita kembali merayakan Hut Reformasi ke 504 dan HUT GMIT ke 74. Untuk Penutupan Bulan Keluarga, mari kita jadikan keluarga kita masing2 sebagai rumah doa, orang tua dan anak-anak selalu menyempatkan diri untuk berdoa bersama dan membaca Firman Tuhan dalam ibadah-ibadah malam menjelang tidur.
Karena itulah kekuatan kita sebagai orang Kristen. Kalau kita terbiasa melatih pikiran kita untuk setia pada Tuhan, maka kita akan terbiasa. Karena pikiran yang mengarah Allah kepada adalah kunci bagi kita dalam menghadapi badai cobaan dan tantangan dunia ini.
Saya ingin menutup khotbah ini dengan mengutip cerita tentang seorang Petani di Amerika yang keledai yang disanyanginya jatuh ke dalam sumur tua. Cerita ini saya kutip dari John Maxwel.
“Suatu hari keledai tua sang petani terjatuh ke dalam sumur tua yang kering. Sang petani sangat sedih karena sangat sayang kepada keledai itu. Ia telah mencoba dengan berbagai cara untuk mengeluarkan sang keledai dari sumur, tetapi sia-sia.
Akhirnya setelah memutuskan bahwa usaha penyelematan itu mustahil, maka ia berniat untuk mengubur hidup-hidup keledai itu dalam sumur tua itu saja dengan menimbunnya dengan pasir.
Begitu ia menjatuhkan pasir dari truk ke dalam sumur itu, debu pasir berterbangan dan keledai itu bergerak dan menghentak-hentakan kaki dan melompat lompat dalam sumur.
Petani terus menjatuhkan pasir kedalam sumur, tetapi semakin banyak keledai justru makin melompat-lompat, akhirnya sumur penuh dengan pasir dan keledai itu berdiri tegak diatas sumur, walau badan berdebu tetapi ia selamat.
Kadang badai dan cobaan hidup datang silih berganti menerpa hidup kita, kita jangan pasrah, tetapi kita harus berjuang (bergerak-gerak dan melompat) seperti keledai sang petani, dengan berjuang kita tidak mati terkubur, tetapi tetap berdiri tegak menjadi pemenang.