Berita Nasional
Kisah Pengangkatan Jenazah 7 Jenderal Korban G30S/PKI dari Lubang Buaya, Paling Memprihatinkan
Kamis 30 September 2021 genap 56 tahun peristiwa G30S/PKI ketika PKI membunuh secara keji anggota Dewan Jenderal lalu jenazahnya dibuang di sumur tua
G 30 S PKI, Kisah Pengangkatan Jenazah 7 Jenderal dari Lubang Buaya, Jenderal Ahmad Yani Paling Memprihatinkan
POS KUPANG, COM - Kamis 30 September 2021 genap 56 tahun peristiwa G30S/PKI ketika PKI membunuh secara keji anggota Dewan Jenderal lalu jenazahnya dibuang di sumur tua bernama Lubang Buaya.
Berikut ini kisahnya, sekadar menyegarkan kembali ingatan kita akan sejarah kelam bangsa Indonesia, sekaligus berdoa agar peristiwa serupa tidak terulang di masa depan.
Sebaliknya, kita harus banyak belajar dari peristiwa masa lalu tersebut. Tidak ada tempat untuk PKI di Indonesia.
Malam 30 September 1965 menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia.
Nyawa para Dewan Jenderal ABRI menjadi sasaran pemberontakan pembelot PKI.
Jenderal Ahmad Yani hingga Jenderal AH Nasution serta sejumlah prajurit ABRI kala itu menjadi korban pembunuhan antek PKI.
Para Dewan Jenderal disiksa hingga dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur tua ( Lubang Buaya ).
Jasad para perwira tinggi ABRI itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan di dalam Lubang Buaya.
Salah satunya, kondisi mayat Jenderal Ahmad Yani saat dievakuasi dari Lubang Buaya.
Sebagaimana diketahui, Jenderal Ahmad Yani merupakan salah satu korban kebiadaban para pembelot Gerakan 30 September 1965, bersama 6 perwira lainnya.
Gerakan para pembelot yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunis ini menargetkan 7 orang perwira tinggi Angkatan Darat lantaran dianggap vokal menghalangi niatan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tepat tahun ini, sejarah kelam dan kejam 56 tahun lalu dilakukan oleh PKI dalam aksi G30S/PKI.
Melalui sebuah kesaksian Personel KKO AL saat mengangkat jenazah korban G30S/PKI di Lubang Buaya.
Pengangkatan jenazah dari Lubang Buaya dilaksanakan oleh Personel KKO AL di bawah komando Mayjen Hartono.
Dengan menumbalkan Resimen Tjakrabirawa, G30S/PKI menculik dan membunuh para Jenderal TNI AD hingga satu Perwira hebatnya.
Dalam proses evakuasi para perwira tinggi TNI AD tersebut, yakni Jenderal Ahmad Yani hingga Letnan Pierre Tendean di Lubang Buaya berlangsung selama berjam-jam.
Kesaksian personel KKO AL dalam proses evakuasi tersebut menyisakan kisah sedih.
Personel KKO AL adalah pasukan yang ditugaskan dalam proses evakuasi jenazah di Lubang Buaya.
Kisah yang menyayat hati ketika mengevakuasi Panglima TNI saat itu, Jenderal Ahmad Yani.
Kondisi Jenderal Ahmad Yani diungkap personel KKO AL itu, ia menyebutkan jasad Jenderal Ahmad Yani kondisinya sungguh tragis di antara jenazah lainnya.
Dan dalam proses evakuasi jenazahnya, satu kejadian menegangkan terjadi.
Dikutip dalam artikel Sosok.id yang mengutip dari Akun Youtube MTA TV, Senin 30 September 2019 dalam tayangan video tersebut mewawancarai Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou.
Keduanya adalah tentara yang diberikan tugas oleh Komandan KKO AL saat itu Mayjen Hartono untuk mengangkat jenazah korban G30S/PKI di Lubang Buaya, Kompleks Halim.
Sugimin dan Ven Kandou termasuk dari 12 orang yang jadi saksi hidup melihat kekejaman yang dilakukan PKI terhadap tujuh perwira TNI AD.
Awal keduanya ditugasi saat itu 3 Oktober 1965 sore hari, seorang personel Kostrad bernama Kapten Sukendar mendatangi Pusat Kormar untuk menemui perwira dinas di sana.
Tujuan Kapten Sukendar ialah meminta bantuan personel KKO AL untuk mengangkat jenazah para perwira TNI AD atas mandat dari Pangkostrad Mayjen Soeharto.
Lantas Sugimin dan Kandou bersama rekan-rekan naik truk menuju Lubang Buaya.
Sesampainya di Lubang Buaya, Sugimin dan Ven Kandou mengetahui secara jelas tugas apa yang bakal mereka lakukan.
Cepat saja Ven Kandou dan Sugimin langsung diperintahkan untuk masuk ke sumur tua tempat di mana tujuh jenazah perwira tinggi TNI AD dibunuh.
Dari 100 meter bau busuk mayat sudah tercium oleh Sugimin dan Ven Kandou saat masuk ke sumur tua itu.
"Masker anti huru-hara tembus baunya, dari 100 meter kita masuk sudah terasa bau (busuknya) jenazah," ujar Ven Kandou.
"Dua hari setelahnya kami tak bisa makan (gara-gara bau itu)," tambahnya.
Untuk mengangkat jenazah pun secara wajar tidak mungkin.
Hal ini lantaran posisi jenazah dari ketujuh perwira TNI AD di sumur itu terbalik, yakni kaki berada di atas dan kepala di bawah.
Mau tak mau kaki jenazah harus diikat dan ditarik ke atas dalam keadaan terbalik.
"Yang ngenes sekali itu (jenazah) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah dimulut sumur talinya putus," kata Ven Kandou.
Putusnya tali itu membuat jenazah keduanya jatuh lagi ke dalam sumur tua.
Ven Kandou melanjutkan jika dirinya semakin sedih tatkala melihat kondisi para jenazah, terutama Jenderal Ahmad Yani.
"Sedih, saya melihat pak Yani lehernya disayat hampir putus," kata Ven Kandou.
Sugimin juga mengatakan kondisi jenazah Ahmad Yani yang paling memprihatinkan.
"Mungkin Pak Yani diberondong tembakan berkali-kali."
"Pada waktu (jenazah Ahmad Yani) diangkat kotoran dari perutnya keluar (sobek akibat berondongan peluru sebelumnya), jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu," ujar Sugimin.
Perlu 2-3 jam bagi tim untuk mengangkat semua jenazah keluar dari sumur tua di Lubang Buaya itu.
Berikut Para Jenderal dan satu Perwira TNI AD yang ditemukan dalam sumur tua (Lubang Buaya).
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
7. Lettu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H Nasution)
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com