Opini Pos Kupang

Covid-19 dan Kesadaran Ekologi

Apa yang diupayakan dan diseruhkan aktivis-aktivis pencinta lingkungan hidup dan gerakan, Fridays-forfuture, seakan-akan tanpa kata

Editor: Kanis Jehola
Dok Pos-Kupang.Com
Logo Pos Kupang 

Oleh Gabriel Adur, Penulis tinggal dan bekerja di KeuskupanAgung Freising-Muenchen-Jerman.

POS-KUPANG.COM- Apa yang diupayakan dan diseruhkan oleh aktivis-aktivis pencinta lingkungan hidup dan juga gerakan, Fridays-forfuture , seakan-akan tanpa kata disahkan oleh kehadiran COVID-19. Namun, apa yang tidak dicapai oleh gerakan Fridays-forfuture, dimungkinkan oleh virus ini. Bukan dengan demonstrasi dan berbagai orasi seperti Gretha Thunberg and co.

Ia hadir dalam diam. Datang untuk mengugat kemapanan. Ia mengeriktik gaya hidup kapitalistis. Ia menyapa kita yang kurang bersahabat dengan alam. Seakan-akan kehadirannya menguggah keserakahan hidup. Ia mencibir sikap pongah setiap orang pada flora dan fauna.

Kita yang tidak membiarkan kelelawar -kelelawar berdiam dalam gua-gua ular-ular dalam lubangnya dan binatang-binatang bersisik dan beracun lainnya pada habitatnya.

Kita membunuh dan menjadikan mereka sebagai delikates (makanan eksostis ) seperti di Wuhan. Hutan-hutan sebagai rumah atau habitat dari berbagi jenis hewan dibabat. Kemudian digantikan dengan tumbuhan perdagangan. Tak heran terjadi kerusakan hutan dan alam. Padahal pencemaran alam berbanding lurus dengan ancaman eksistensial kehidupan kita sendiri.

Baca juga: Kadis Lingkungan Hidup Sumba Barat Ajak Masyarakat Berperan Aktif Jaga Kebersihan Kota Waikabubak

Kepada kapitalisme dan neokapitalisme yang menyisihkan suara hati orang-orang kecil demi keuntungan finansial dan profit, C-19 melemparkan sebuah pertanyaan tanpa kata. Namum speechles methodnya meski dijawab dengan perubahan pola pikir. Sebuah arahan untuk kembali untuk merefleksi diri.

Pandemi global belum berakhir

Jutaan manusia di seluruh dunia hingga saat ini terpaksa membatalkan semua perjalanan. Baik untuk tujuan berwisata dan bisnis. Meeting yang sebenarnya diselenggarakan pada balai atau ruang dan di negara tertentu diganti dengan konferensi-video.

Di Eropa perusahan dan jawatan KeretaApi menawarkan tiket-tiket murah. Tujuannya agar masyarakat mengurangi perjalanan dengan mobil-mobil pribadi. Rencana-rencana liburan lintas negara dan benua lain dibatalkan.

Pesta-pesta rakyat, konser-konser musik dan teater bahkan piala Eropa sudah dibatalkan. Jalan-jalan tol mulai sepih.

Baca juga: Lingkungan Hidup, Laudato Si dan Kepekaan Merawat Bumi

Di sini, konsumsi bahan bakar direduksi total. Bahkan lock down menjadi kebijakan yang terpaksa diterima melampaui kebebasan personal. memicu pergolakan dalam perekonomian, bisnis, entertaiment dan olahraga (economy crash).

Dan Kita? Kita dipaksa menepi ke pojok kehidupan. Kita terpaksa mengurung nafsu dan kehendak, mendendam rasa dalam hayalan. Menepi sejenak dari keramain dan hingar bingar pesta-pesta dan event-event.

Bahkan dipaksakan untuk kembali bersemedi atau berpasrah diripada situasi. Ingin bertemu dan bercengkeramapun serasa tak punya gairah. The next is the enemy.

Kebanyakan orang super sibuk kembali mengambil waktu untuk keluarga. Masak dan makan bersama dalam keluarga ketimbang ke restoran-restoran dilazimkan. Shoping di mal-mal dibatasi. Bukan dikehendaki tetapi terpaksa.

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved