Corruptio Optima Pessima

Pemberantasan korupsi bersifat komprehensif dan karenanya dibutuhkan sinergitas di antara semua komponen tersebut.

Editor: Agustinus Sape
Foto pribadi
Yosef Sudarso, S. Fil, penyuluh Agama Katolik Kemenag Kota Kupang. 

Kisah ini sejatinya sudah sekitar tujuh tahun lalu, tepatnya pada hari Sabtu, 14 September 2014 di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas IIA Kupang.

Penulis mengingatnya dengan baik karena selain tercatat dalam agenda harian penulis, kisah ini memang sedemikian membekas dan turut memperteguh kecintaan pada profesi sebagai penyuluh agama.

Saat itu, Rutan Klas IIA Kupang sudah menjadi salah satu wilayah sasaran bimbingan dan penyuluhan agama dari semua penyuluh agama yang bekerja di Kantor Kementerian Agama Kota Kupang.

Di Rutan itu ada ratusan warga binaan dari pelbagai agama dan lebih dari setengahnya adalah para terdakwa kasus korupsi. Semuanya pria karena warga binaan yang wanita ditampung di Lapas Wanita.

Jadwal bimbingan dan penyuluhan agama bagi warga yang beragama Katolik adalah pada hari Sabtu antara pukul 09.00 sampai pukul 12.00. Tentu saja ada juga Perayaan Ekaristi oleh imam pada hari Minggu atau pada hari raya gereja.

Pada hari itu, Sabtu, 14 September 2014, penulis memimpin katekese Bulan Kitab Suci Minggu Kedua.

Pemilihan materi ini memang sudah disepakati sebelumnya. Pada tahun itu Gereja Katolik Indonesia mendalami tema Keluarga Beribadah Seturut Sabda Allah. Subtema Minggu kedua adalah Ibadah dalam Keluarga Sebagai Sekolah Iman.

Kami berkatekese dengan menggunakan pola lectio divina, sebuah metode yang sangat dianjurkan dalam Gereja Katolik agar peserta katekese dapat menemukan kehendak Tuhan dan kemudian meneropong pengalaman hidupnya: apakah sesuai atau bertentangan dengan warta Kitab Suci.

Bacaan Kitab Suci yang digunakan pada hari itu diambil dari Kitab Ulangan 6:20-25. Sebagai fasilitator, penulis menjelaskan secara singkat latar belakang dan isi perikope tersebut.

Selanjutnya untuk memudahkan peserta menemukan pesan teks untuk dirinya dan untuk membangkitkan partisipasi peserta, penulis mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Mestinya ada beberapa pertanyaan. Tetapi waktu itu, kami akhirnya hanya bergumul dengan satu pertanyaan saja.

Pertanyaan itu penulis susun berdasarkan teks pada ayat 20: “Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan Allah kita?”

Bunyi pertanyaannya ialah: “Apakah ada pertanyaan anak-anak kita yang sulit kita jawab sebagai seorang ayah? Mengapa kita merasa sulit menjawabnya?”

Setelah tiga peserta membagikan pesan sabda Tuhan bagi dirinya, tibalah peserta keempat. Seorang bapak berdiri dan mulai berbicara. Mulanya ia memperkenalkan diri sebagai ASN pada salah satu Pemda Kabupaten di Pulau Flores dan bahwa dirinya ditahan karena kasus tipikor.

Setelah perkenalan, bapak itu berdiam sejenak. Suasana hening. Dengan suara gemetar ia bertutur, ada banyak sekali pertanyaan anak-anak di rumah. Ada yang dia ingat tetapi banyak juga yang sudah ia lupa.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved