Salam Pos Kupang

Menakar Integritas dan Kualitas Rektor Undana

UNIVERSITAS Nusa Cendana ( Undana) Kupang dengan visi 'Perguruan Tinggi Berorientasi Global' kembali melakukan suksesi Rektor periode 2021-2025

Editor: Kanis Jehola
Dok Pos-Kupang.Com
Logo Pos Kupang 

POS-KUPANG.COM - UNIVERSITAS Nusa Cendana ( Undana) Kupang dengan visi 'Perguruan Tinggi Berorientasi Global' kembali melakukan suksesi Rektor periode 2021-2025.

Sesuai dengan Permen Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Pemerintah, maka masa jabatan Rektor/Ketua/Direktur adalah empat tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.

Sebagai masyarakat NTT, tentu kita bangga karena pemilihan rektor menjadi agenda tetap di perguruan tinggi tersebut. Terjadi transformasi kepemimpinan di sana. Sejak berdiri sampai sekarang sudah ada sembilan rektor, yakni Mohamad Salim,SH (1962-1967),Letkol Elias Tari lebih tenar dengan panggilan El Tari (1967-1968), Prof. Mr.Soetan Mohamad Sjah (1968-1976), Drs. Urias Bait (1976-1977), Prof. Frans E Likadja, SH (1978-1987), Prof. Dr. Mozes R Toelihere, M.Sc (1988-1996), Prof. Dr. August Benu, MS (1996-2005), Prof. Ir. Frans Umbu Datta, M.App.Sc., Ph.D (2005-2013) dan Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, M.Si, Ph.D (2013-2017, dan 2017-2021).

Menjadi manarik karena Undana adalah universitas negeri tertua di NTT. Proses pergantian rektor hal yang biasa, tetapi yang menarik perhatian selama ini, walaupun proses pemilihan rektor secara kasat mata dilakukan demokratis melalui mekanisme pemilihan, namun terkadang muncul riak-riak. Itu tidak terlepas dari posisi Undana ada di NTT yang menjadi salah satu provinsi dengan keanekaragaman kultur, budaya, agama, tradisi dan sebagainya dan boleh dikatakan NTT adalah Indonesia mini yang mempengaruhi dinamika pemilihan rektor.

Baca juga: Tenaga Kontrak dan Pegawai RSU Undana Kupang Diminta Melayani dengan Kasih

Terlepas dari calon rektor yang maju dan bertarung memenuhi persyaratan yang ada dan memiliki kompetensi sesuai undang-undang. Yang terpenting adalah kualitas kepemimpinan, integritas dan kompetensi akademik.

Tentu ketika seorang calon rektor maju dan bertarung sudah memiliki kompetensi akademik dengan menyandang sejumlah gelar, pengalaman, berbagai macam riset, tulisan dan publikasi ilmiah di berbagai media lokal dan interneasional. Tetapi, lebih dari itu calon rektor juga memiliki integritas.

Baru-baru ini, Undana meraih peringkat satu di NTT versi Webometrics. Memaknai peringkat satu adalah dicirikan oleh beberapa faktor penting, pertama secara akademik, Undana bisa bersaing yang dibuktikan dengan kualitas lulusan atau ouput yang makin bagus.

Bisa memberikan kontribusi atau perubahan besar di tengah masyarakat. Tidak sekedar menambah jumlah lulusan, tetapi ouput yang memberi warna perubahan di NTT.

Baca juga: Undana Kupang Target Masuk 100 Besar Versi Webometrics Desember 2021, Begini Penjelasan Rektor

Di sini, demokrasi penting karena praktek demokrasi justru berada di corong perguruan tinggi. Merekalah yang menyuarakan. Dalam teori-teori dan ilmu politik yang mempelejari demokrasi dan sebagainya harus dipraktekkan langsung dalam pemilihan rektor. Dengan menghindari intrik-intrik, kepentingan golongan, suku, agama dan ras.

Undana sebagai perguruan negeri tertua harus bisa melampaui sekat-sekat tersebut sebagai aplikasi dari ilmu demokrasi yang dipelajari di kampus. Sehingga, rektor yang terpilih adalah pemimpin yang berkualitas dan berintegritas dari hasil demokratisasi di kampus.

Selama ini, banyak orang melihat Undana sebagai unversitas terbesar di NTT, tidak terhindarkan dan menjadi sorotan masyarakat. Bukan tidak mungkin kasak-kusuk suksesi rektor, sekterianisme di Undana sangat kuat.

Dan, hal tersebut mesti dirawat dengan melakukan pemilihan yang demokratis, yang mengedepankan kualitas. Selain itu, rektor harus secara nyata memberikan perubahan bagi NTT.

Rektor baru yang akan terpilih harus bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah terutama melalui riset-riset. Lembaga riset dan sebagainya bentengnya ada di perguruan tinggi.

Kalau tidak riset, apalagi tidak ada produk apapun yang dihasilkan, tidak ada guna dan tidak ada nilai tambah. Di sini peran rektor sebagai pemimpin atau leader menjadi sangat penting.

Dengan status sebagai BLUD, harus memastikan masyarakat NTT yang miskin bisa medapat akses untuk anak-anaknya melanjutkan pendidikan tinggi ke Undana. Undana harus bisa menyediakan program beasiswa dan jangan berharap pada beasiswa dari pemerintah pusat. Secara mandiri Undana harus menyiapkan beasiswa dan memperhatikan anak-anak sungguh tidak mampu.

Terkait jejaring, rektor baru harus memiliki jejaring yang luas dengan apa saja sehingga civitas akademika undana bisa memiliki akses untuk saling bertukar ilmu dan sebagainya. (*)

Baca Salam Pos Kupang Lainnya

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved