Hadapi Pemilu dan Pilkada 2024 Partai Gerindra Perkuat Organisasi di NTT
Pembenahan ini, kata Esthon Foenay, dilakukan baik secara administrasi maupun personil atau sumber daya manusia.
Penulis: Sipri Seko | Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM, KUPANG - DPD Partai Gerindra NTT mengadakan konsolidasi dan revitalisasi organisasi mulai dari tingkat DPD, DPC, PAC hingga ranting. Tujuannya adalah untuk memperkuat struktur dan membenahi organisasi menghadapi Pemilu dan Pilkada 2024.
Ketua DPD Partai Gerindra NTT kepada wartawan seusai rapat di Sekretariat DPD Partai Gerindra NTT, Senin (28/6), mengatakan, saat ini perlu dilakukan terobosan dan pembenahan internal partai. Pembenahan ini, ujarnya, dilakukan baik secara administrasi maupun personil atau sumber daya manusia.
"Ada pengurus yang sudah tidak aktif lagi. Ada juga yang meninggal dunia atau halangan tetap lainnya. Untuk itu, kita perlu membenahinya. Dilakukan konsolidasi dan revitalitas dari DPD, DPC, PAC hingga ranting, termasuk organisasi sayap. Sehingga nanti saat pemilu, secara administrasi dan organisasi, partai sudah siap," tegas Esthon.
Hadir dalam rapat tersebut beberapa pengurus seperti Gabriel Beri Binna, Mario Vieras, Eurico Gutteres, Nus Turwewu, Minggus Umbu Zaza, Theresia Krowin, Tori Ata, Tenci Adoe, Richard Jounathan, Jan Windy, Agus Bria Seran dan lainnya.
Rapat tersebut menyepakati terbentuknya tim yang dibagi berdasarkan daerah pemilihan (dapil). Masing-masing dapil ditentukan koordinator yang membawahi personil untuk pembenahan di tingkat DPC.
"DPDPartai Gerindra NTT merasa perlu pemantapan struktur organisasi. Untuk itu ada pembagian wilayah yang langsung dikoordinir oleh pengurus DPD. Secara administrasi organisasi, Gerindra di NTT sudah cukup baik. Tapi secara virtual perlu dibenahi. Rivalisasi organisasi di NTT pada semua level dari DPD, DPC, PAC dan ranting serta organisasi sayap," tegas Esthon.
Ethon mengatakan, dalam pembenahan organisasi terutama dalam perekrutan SDM pengurus, harus diperhatikan dengan benar pengarusutamaan gender. Gender, kata Esthon, sangat penting untuk diakomodir karena mereka juga merupakan potensi politik yang sangat kuat.
"Jangan abaikan gender. Perhatikan SDM dalam perekrutan kader. Jangan asal rekrut, sehingga nanti sudah jadi pengurus malah membebani organisasi. Saya minta ini harus diperhatikan dengan baik," kata Esthon. **