Awalnya Jokowi Dianggap Tak Pantas Jadi Capres Oleh Sosok Ini, Sempat Ditolak Tapi Dipinang Lagi
Isu mengenai retaknya hubungan antara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan Ketua DPR RI, Puan Maharani masih jadi bahan pergunjingan publik.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA -- Isu mengenai retaknya hubungan antara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan Ketua DPR RI, Puan Maharani masih jadi bahan pergunjingan publik.
Lantaran isu keretakan tersebut, Gubernur Jawa Tengah itu seakan dikucilkan oleh para pejabat di DPP PDIP.
Hingga kini belum diketahui sebab musebab keretakan tersebut. Namun isu berkembang menyebutkan bahwa sumber masalah itu, adalah terlalu populernya Ganjar sebagai Capres 2024.
Faktanya, Ganjar yang kini menjabat Gubernur Jateng dua periode itu, lebih populer dibandingkan Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri yang kini menjadi Ketua DPR RI.
Konflik di tubuh PDIP soal pencapresan itu, ternyata dulu pernah dialami oleh Joko Widodo yang saat ini menjabat sebagai Presiden RI kedua kalinya.
Artinya kasus yang dialami Ganjar tak harus menghentikan karier politiknya?
Seperti diketahui, PDI Perjuangan menggelar acara penguatan soliditas partai menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Sabtu 22 Mei 2021.

Dalam acara yang digelar di Kantor DPD PDI-P Jateng tersebut dihadiri seluruh kader struktural dari tingkat legislatif dan eksekutif.
Selain itu, juga tampak Ketua DPP PDI-P Puan Maharani hadir untuk mengisi pengarahan.
Meski demikian, Gubernur Jawa Tengah yang juga kader dari PDI-P, Ganjar Pranowo justru tidak hadir dalam kegiatan tersebut.
Ganjar sengaja tak diundang dalam acara itu karena dianggap sudah kelewatan lantaran berambisi mencalonkan presiden.
Dulu Jokowi Ditolak Jadi Capres
Kasus hampir serupa pernah dialami Jokowi pada tahun 2013 atau setahun menjelang Pilpres 2014.
Almarhum Taufiq Kiemas suami Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat Ketua MPRI menilai tidak mungkin Jokowi dicalonkan capres.
Alasannya karena saat itu Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI.
"Enggak mungkin," kata Taufiq seperti dikutip Kompas.com pada Selasa 26 Februari 2013.
Taufiq berharap agar Jokowi tidak ditarik dalam wacana capres atau cawapres di 2014. "Jangan, kasihan," ucapnya.
Jokowi kala itu mengakui dirinya ditolak Taufik Kiemas untuk jadi capres.
Padahal saat itu Jokowi dianggap layak untuk diusung menjadi salah satu calon pemimpin Indonesia mendatang.
Dalam sejumlah survei, elektabilitas Jokowi berada di urutan atas, lebih tinggi dari politisi senior seperti Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie alias Ical, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, hingga Jusuf Kalla.
Meskipun pada akhirnya PDIP secara resmi mencalonkan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.
Hingga akhirnya terpilih jadi presiden Indonesia dua periode.
Nasib serupa kini dialami Ganjar Pranowo.
Hasil survei sejumlah lembaga survei menempatkan Ganjar pada posisi tiga besar capres 2024.
Namun nasib berkata lain. Dia tak diundang acara besar PDIP di Semarang Jawa Tengah.
Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu Bambang Wuryanto mengatakan, dalam acara itu seluruh kepala daerah di Jawa Tengah diundang untuk mengikuti acara.
Namun demikian, khusus untuk Ganjar Pranowo dikecualikan. Alasannya, karena langkahnya dianggap berseberangan dalam perihal pencapresan dengan PDI-P.
"Tidak diundang! (Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter," katanya kepada wartawan usai acara pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Panti Marhen, Semarang, Sabtu 22 Mei 2021 malam.
Bambang yang merupakan Ketua DPD PDI-P Jateng tersebut menilai langkah Ganjar yang terlalu berambisi untuk mencalonkan diri sebagai presiden itu tidak baik.
Pasalnya, hingga sekarang belum ada arahan dari partai untuk menentukan sikap dalam Pemilu 2024 mendatang.
Sudah beberapa kali diingatkan
Langkah Ganjar yang dianggap terlalu berambisi untuk mencalonkan diri sebagai presiden itu salah satunya terlihat dari keaktifannya di media sosial.
Bahkan, belakangan Ganjar sampai rela menjadi host di akun YouTube-nya.
Padahal, kader partai lain yang memiliki potensi yang sama tidak melakukannya.
Bukannya karena tidak mampu, tapi karena tidak berani lantaran belum ada perintah dari ketua umum.
"Wis tak kode sik. Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos. (Sudah saya kode. Tapi semakin kelewatan, ya saya agak keras). Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya,'' katanya.
DPD tak dianggap
Bambang menilai, sikap yang diperlihatkan Ganjar selama ini juga merendahkan DPD PDI-P.
Oleh karena itu, ia tidak akan menegurnya, karena sikapnya sudah kelewatan.
"Ini bukan teguran, karena ia merasa lebih tinggi dari kita (DPD PDI Perjuangan Jateng). Ia merasa yang bisa menegur hanya Ibu (Ketua Umum Megawati Soekarnoputri)," katanya.
Bambang juga mengatakan, tingkat elektabilitas saat ini tidak bisa dijadikan patokan dan sangat mudah dikalahkan dalam pertarungan sesungguhnya.
Sebab, elektabilitas yang muncul saat ini akibat dari pemberitaan dan media sosial.
"Kalau dia menjawab, saya kan tidak mengatakan mau nyapres. Ya kalau bicaranya pada tingkat ranting partai, ya silakan. Tapi kalau dengan orang politik, ya pasti sudah paham arahnya ke mana," jelasnya.
Tanggapan Ganjar
Terpisah, saat dikonfirmasi Ganjar membenarkan jika tidak diundang dalam acara tersebut.
Padahal, jika diundang dirinya memastikan akan hadir karena merupakan kader partai.
"Saya tidak diundang (acara PDI-P)," kata Ganjar lewat pesan singkat, Minggu 23 Mei 2021.
Sementara saat disinggung terkait perbedaan langkah dengan PDI-P soal pencapresan di 2024 ia enggan memberikan komentar.
Kecil peluang diusung PDIP
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menilai kecil peluang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo maju menjadi calon presiden (Capres) pada pemilu 2024 melalui PDI Perjuangan (PDIP).
Hal itu dikarenakan renggangnya hubungan Ganjar dan PDIP.
Kerenggangan tersebut terlihat setelah Ganjar Pranowo tidak diundang ke acara PDIP di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 22 Mei 2021.
Menurut Ujang, jalan Ganjar menjadi Capres terganjal putri mahkota PDIP yaitu Puan Maharani, yang notabene merupakan putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Kecil peluang Ganjar bisa dicapreskan oleh PDIP. Karena PDIP punya putri mahkota," kata Ujang saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu 23 Mei 2021.
Ujang melihat, justru Ganjar bisa saja menggandeng kendaraan politik lain untuk mewujudkan ambisi menuju kursi RI-1 pada Pilpres 2024.
Namun, ada syarat yang harus dipenuhi Ganjar.
"Mungkin-mungkin saja Ganjar nyapres dari partai lain. Syaratnya elektabilitasnya harus tinggi dan berpotensi menang," ujarnya.
Lebih lanjut, Ujang menilai niat dan cita-cita Ganjar untuk jadi calon presiden tidak boleh hilang, meski berujung bakal dikucilkan PDIP.
Menurutnya berkinerja baik sebagai gubernur bisa menjadi modal Ganjar menatap 2024.
"Yang harus dilakukan Ganjar, terus jalan saja dengan niatnya. Masa iya punya cita-cita nyapres tak boleh. Maju terus pantang mundur saja. Walaupun ujung-ujungnya akan dikucilkan PDIP. Berkinerja baik sebagai Gubernur, itu akan jadi modal untuk naikkan elektabilitas," katanya.
Dipermalukan partainya sendiri
Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno menyebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sedang dipermalukan partainya sendiri, PDI Perjuangan (PDIP).
Hal itu bermula dari tidak diundangnya Ganjar Pranowo dalam sebuah acara yang dihadiri Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Kantor DPD PDIP Jawa Tengah, di Jalan Brigjen Sudiarto, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 22 Mei 2021.
Menurut Adi, serangan pertama kepada Ganjar Pranowo jelas terlihat dari pernyataan Puan Maharani yang menyindir pemimpin jangan hanya bermain di media sosial.
"Di lapangan, Puan mewakili serangan dari pusat," kata Adi saat dihubungi Tribunnews, Minggu 23 Mei 2021.
Kedua, lanjut Adi, serangan dari daerah yang direpresentasikan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, yang terang menderang menyebut Ganjar keterlaluan.
Menurutnya, jelas-jelas Ganjar sedang dipermalukan dan sebagai tuan rumah, selain tak diundang, Ganjar Pranowo 'ditelanjangi' kesalahannya.
"Serangan Puan dan Bambang Pacul sangat vulgar. Sepertinya kesalahan Ganjar dinilai sudah fatal. Kalau begini ceritanya, mimpi Ganjar jadi capres bisa tamat," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.
Berita Terkait Lainnya Ada Di Sini
(*)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Benarkah Karier Politik Ganjar Pranowo Bakal Tamat? Ternyata Jokowi Dulu Pernah Ditolak Jadi Capres