Laut China Selatan
Hujamkan Ribuan Amunisi ke Sasaran, China Gelar Latihan Tembak di Laut China Selatan, AS Was-was?
Hujamkan Ribuan Amunisi ke Sasaran, China Gelar Latihan Tembak di Laut China Selatan, AS Was-was?
POS-KUPANG.COM - Hujamkan Ribuan Amunisi ke Sasaran, China Gelar Latihan Tembak di Laut China Selatan, AS Was-was?
Angkatan Laut Tentara Pembebasa n Rakyat China (PLA) menyatakan pada Senin (24/5), baru-baru ini menggelar latihan tembakan langsung di Laut China Selatan.
Dalam latihan tersebut, pesawat-pesawat tempur China menghujani ribuan amunisi ke sasaran maritim, ketika para pilot meningkatkan kemampuan serangan laut dan presisi mereka.
Baca juga: Perang Siap Dimulai, Jet Tempur China Lepaskan Tembakan Ribuan Amunisi di Laut China Selatan
Baca juga: Perang Besar di Laut China Selatan Tunggu Waktu , Banyak Kapal Induk Sudah Masuk Kawasan Sengketa
Mengutip Global Times, pengumuman itu datang hanya beberapa hari setelah sebuah kapal perang AS masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di Laut China Selatan.
Pembom tempur JH-7 bergabung dalam latihan tembakan langsung dengan target maritim di Laut China Selatan, dengan fokus pada serangan presisi dan saturasi, China Central Televisi (CCTV) melaporkan.
Puluhan pesawat tempur berpartisipasi dalam latihan tersebut, saat mereka menembus garis pertahanan dengan meluncur di laut pada ketinggian rendah, menembakkan roket dan peluru meriam juga menjatuhkan bom udara ke target.
CCTV menyebutkan, ribuan amunisi menghujani sasaran di Laut China Selatan. "Latihan tersebut meningkatkan keterampilan pilot dalam serangan laut dan presisi," sebut CCTV, seperti dilansir Global Times.
Pada Kamis pekan lalu, kapal perusak berpeluru kendali AS USS Curtis Wilbur secara ilegal masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di Kepulauan Xisha atau Paracel di Laut China Selatan.
Komando Teater Selatan PLA ketika itu mengirim kapal perang dan pesawat tempur untuk memantau dan memperingatkan USS Curtis Wilbur untuk menjauh.
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
Amerika Serikat dan China kini sama-sama memamerkan kekuatan militer mereka di Laut China Selatan
Keduanya pasukan hanya tinggal menunggu perintah untuk memulai serangan maka perang pun pecah
Bukan itu saja, satu kesalahan kecil dari salah satu pihak pun bisa memicu perang yang brutar di kawasan sengketa itu
Kekuatan militer China kin sudah sangat luar biasa sehingga para ahli pun berpendapat bahwa China akan memenangkan perang melawan pasukan Amerika
Namun, pendapat para ahli itu tak menyinggung telak geogragis China yang sangat dekat denganmedan perang.
Baca juga: Resmi, Duterte Larang Pejabat Filipina Lakukan Ini di Laut China Selatan: Ini Perintah Saya
Baca juga: Perang Siap Dimulai, China Kerakan 2 Kapal Induk ke Laut China Selatan, Siap Adang AS dan Sekutu
Sehingga kerusakan akibat paling besar juga akan dirasakan China. Sebab, Amerika tentu akan menyerang bukan saja di Laut China Selatan tetapi juga akan masuk ke daratan China
Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China bisa berujung pada perang.
Kedua negara memang tak ada yang mau mengalah dimana memandang perang adalah satu-satunya jalan keluar.
Maka bisa dipastikan apa yang terjadi selanjutnya ialah amuk api pertempuran.
Seorang profesor maritim memprediksi, China dipediksi memiliki keunggulan lebih atas militer AS dalam potensi konflik di Asia-Pasifik.
Lyle Goldstein, profesor riset di Institut Studi Maritim China Naval War College, mengatakan AS kemungkinan akan kalah dalam pertarungan pertama dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Melansir Express.co.uk, ketegangan antara Washington dan Beijing telah berulang kali terjadi seiring dilakukannya latihan angkatan laut di perairan Asia yang disengketakan selama setahun terakhir.
China marah atas dukungan AS terhadap Taiwan dan kehadirannya di Laut China Selatan.
Goldstein memperingatkan, kemenangan China itu sangat masuk akal dan tidak ada jaminan kemenangan bagi AS di fase pertama.
Meskipun banyak ahli yang mengajukan variasi skenario konflik China dan AS, Goldstein menambahkan semuanya sangat menantang bagi Washington.
"Saya pikir China sekarang memiliki kekuatan yang memadai, termasuk udara, rudal, peperangan elektronik, operasi spek, angkatan laut, bawah laut dan nuklir untuk kemungkinan menang di fase pertama dan mungkin di fase berikutnya juga," papar Goldstein seperti yang dikutip Express.co.uk.
Baca juga: Mengejutkan, Xi Jinping Siapakan Arena Perang vs Amerika, Bukan Laut China Selatan Tapi Negara Ini
Berbicara kepada Newsweek, Goldstein mengatakan persenjataan China cukup penting sehingga membuat negara itu unggul atas AS.
Namun dia mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan Beijing lebih unggul atas AS. Pertama, geografi yang menguntungkan. Kedua, kemauan yang lebih besar atau kepentingan inti. Ketiga, kemauan untuk menyerang lebih dulu.
Goldstein kemudian merujuk pada titik api ketegangan AS/China, termasuk Taiwan dan Laut China Selatan.
James E. Fanell, pensiunan kapten Angkatan Laut AS yang menjabat sebagai direktur Intelijen dan Operasi Informasi untuk Armada Pasifik AS, juga mengatakan kepada Newsweek bahwa China telah mengejar kekuatan militer AS.
“Selama dua dekade terakhir, RRT telah mengubah keseimbangan kekuatan militer di seluruh Indo-Pasifik. Di luar produksi Angkatan Laut AS dalam jumlah kapal perang dengan kecepatan empat banding satu, Pasukan Roket Strategis PLA telah menempatkan kapal induk AS dalam risiko dengan menerjunkan rudal balistik anti-kapal induk DF-21D dan DF-26," jelas Fanell.
Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan dan menantang agresi China di Laut China Selatan.
Pada bulan Februari, kapal perusak berpeluru kendali USS Russell berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, yang hampir semuanya diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatannya.
Baca juga: China Kirim Kapal Induk Kedua ke Laut China Selatan, Buktikan Agresi Xi Jinping Bukan Gertak Sambal
"Operasi kebebasan navigasi ini menjunjung tinggi hak, kebebasan dan penggunaan yang sah atas laut yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada bagian tidak bersalah yang diberlakukan oleh China, Vietnam, dan Taiwan," jelas Letnan Joe Keiley, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS.
Seorang juru bicara PLA memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa operasi tersebut secara serius melanggar kedaulatan dan keamanan China, sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dengan sengaja mengganggu suasana damai, persahabatan, dan kerja sama di Laut China Selatan.(*)