Ajak Beralih ke Korporasi, Petani Milenial Asal NTT Ini Ubah Mindset Petani Berbisnis Pertanian

Ajak beralih ke Korporasi, petani milenial asal NTT ini ubah mindset petani berbisnis pertanian

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Gestianus Sino, Duta Petani Milenial NTT 

Ajak beralih ke Korporasi, petani milenial asal NTT ini ubah mindset petani berbisnis pertanian

POS-KUPANG.COM - Korporasi adalah wadah yang memayungi aktivitas petani. Lembaga ini berbadan hukum. Kelembagaan yang dulunya sebagai poktan ataupun gapoktan naik kelas jadi korporasi, namun begitu lembaga petani tetap ada tapi dipayungi sebagai korporasi.

Gestianus Sino, Duta Petani Milenial NTT mengajak petani dan penyuluh di Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Belu dalam acaranya menjadi narasumber di bimbingan teknis peningkatan kapasitas petani dan penyuluhyang diadakan oleh Kementan dan komisi IV DPR RI, untuk mengubah mindset mereka yang awalnya petani hanya menanam lalu menjual menjadi inovasi dan mekanisasi, agar menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis bukan sekadar bertani.

Hal tersebut yang disebut manfaat korporasi petani.  "Setiap korporasi harus mampu menghitung berapa efisiensi biaya dan hasil yang diperoleh, harus mampu membuat jaringan bermitra dengan industri pupuk, produsen benih, alsin, serta harus melayani kredit KUR," tandas Gesti.

Baca juga: Kejari Belu Bentuk Tim Telaah 12 Kepala Desa yang Dilaporkan Pemkab Malaka

Baca juga: Promo KFC Hari Ini 24 Mei 2021, Gratis 3 Mocha Float Jika Beli Winger Bucket Deal Rp 86 Ribuan

Gesti berharap korporasi dapat membenahi manajemen pertanian yang baru. Menciptakan efiensi dengan mekanisasi, benih harus unggul, pupuk pestisida kembali ke organik, integrated farming serta tidak ada monokultur lagi.

Gestianus Sino yang juga pemilik salah satu korporasi petani CV GS Organik ini memotivasi para petani agar Petani abad 21 di era digital 4.0, seharusnya tidak lagi berfikir tanam, petik lalu jual maka bentuklah korporasi. Dukung dengan inovasi dan mekanisasi, agar menguasai pertanian dari hulu ke hilir sebagai bisnis bukan sekadar bertani.

Gesti mengungkapkan bahwa kelembagaan yang ia bangun memiliki misi yaitu jangka menengah: Menambah luasan lahan agar memberi dampak dan produksi yang lebih besar, Terlibat dalam kegiatan pendampingan dan pemberdayaan pertanian organik terpadu, Memperluas akses pasar melalui penjualan online, dan Mengakses kredit dari perbankan untuk memperbesar skala usaha.

Baca juga: Pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia, Ini Harapan Ketua Kadin Kabupaten Manggarai Barat

Baca juga: Bupati dan Wabup Sumba Barat Janji Terus Berjuang Perbaiki Ruas Jalan Waikabubak-Waibangga

"Bukan lagi jamannya petani bekerja dan berusaha tani sendiri-sendiri. Harus berjamaah. Awali dari kelompok-kelompok tani untuk membentuk korporasi petani. Saham korporasi dari petani," imbuh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi

Menurutnya, masalah utama petani kita adalah sekadar bertani dan bekerja. Tanpa orientasi laba. Akibatnya, anak petani enggan turun ke sawah, karena melihat bapaknya sudah bekerja keras di sawah berbulan-bulan, tapi hanya cukup untuk makan.

"Petani tidak lagi sendiri-sendiri. Korporasi petani yang akan menjaga setiap anggota mendapat laba yang sama. Bilamana merugi, risikonya dibagi ke seluruh pemegang saham, sehingga kerugian tidak terasa," imbuh Dedi.

Dedi Nursyamsi mengutip arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo seperti diinstruksikan Presiden RI Joko Widodo bahwa pertanian Indonesia ke depan harus berbasis korporasi selaku korporasi petani yang dikelola dengan manajemen profesional. (*)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved