Persib Bandung
Sang Kapten Tim Maung Persib Bandung Bicara Soal Degrasi dan Format Liga 1 2021, Ini Kata Supardi
Sang Kapten Tim Maung Persib Bandung Bicara Soal DEgrasi dan Format Liga 1, Ini Kata Supardi
Sang Kapten Tim Maung Persib Bandung Bicara Soal DEgrasi dan Format Liga 1, Ini Kata Supardi
POS KUPANG.COM--Kapten Persib Bandung, Supardi Nasir, memiliki penilaian tersendiri tentang format yang cocok untuk diterapkan di Liga 1 2021.
Menurut pemain asal Bangka Belitung itu, Liga 1 lebih cocok menggunakan sistem dua wilayah, yakni wilayah barat dan timur.

"Soal format kompetisi, menurut saya idealnya dengan letak geografis kita sekarang seperti Indonesia lebih cocok ke dua wilayah. Dengan itu sedikit menghemat administrasi tentunya. Tidak memberatkan tim. Maksudnya wilayah barat dengan wilayah timur," ujar Supardi Nasir kepada Tribun Jabar belum lama ini.
Supardi menambahkan, klub dapat menghemat pengeluaran untuk perjalanan karena jarak yang akan ditempuh tidak terlalu jauh.
Selain itu, keterbatasan akses perjalanan dari satu kota ke kota lainnya akan membuat klub kesulitan ketika akan bertanding.
"Jarak tempuh juga tidak terlalu jauh. Itu pendapat yang menurut saya ideal," kata Supardi.
Dia pun kurang setuju jika sistem seperti Piala Menpora 2021 diterapkan di Liga 1 nanti.
Menurutnya, sistem itu lebih cocok untuk turnamen.
"Mungkin nanti di dua terbaik atau empat atau satu terbaik setiap grup diadukan lagi untuk jadi juara. Tapi yang penting bagi saya kalau pendapat saya idealnya memang dua wilayah. Sepeti itu pendapat saya," ujar Supardi Nasir.

Sistem dua wilayah ini sebenarnya bukan hal asing di sepak bola Indonesia. Sistem ini sempat diterapkan pada musim 1994 sampai 2002.
Setelah sempat berganti menjadi format menjadi sistem kompetisi pada musim 2003 dan 2004, dua wilayah kembali diterapkan pada 2005 hingga 2007.
Memasuki era profesional pada tahun 2008, sistem kompetisi penuh kembali diterapkan. Sampai akhirnya pada musim 2014, dua wilayah kembali diberlakukan dan kala itu Persib Bandung menjadi juara.

Memasuki era Liga 1 di tahun 2017, PSSI akhirnya mengembalikan sistem kompetisi penuh hingga musim 2020 sebelum terhenti karena Covid-19.
Tolak Liga Tanpa Degradasi
Supardi juga berpendapat sial wacana penghapusan sistem degradasi di Liga 1 2021, yang menjadi isu panas dan terus bergulir dalam beberapa waktu terakhir.
Banyak pihak yang tidak setuju karena mengurangi kualitas kompetisi.
Baca juga: Perlu Banyak Persiapan, Kapten Persib Bandung Berharap PSSI Segera Kantongi Izin Liga 1
Namun, di sisi lain, banyak pihak yang mendukung mengingat kondisi klub yang tak bisa melakukan persiapan maksimal lantaran kondisi pandemi Covid-19.
Pemain sekaligus kapten Persib Bandung, Supardi Nasir, termasuk pihak yang menolak apabila kompetisi tidak ada degradasi.
Supardi menilai, jika tidak ada degradasi, persaingan hanya akan terjadi di jalur juara.
Hal ini tentu akan mengurangi ketatnya Liga 1 2021.
"Ini pendapat pribadi, ya. Saya tidak setuju kalau tidak ada degradasi karena itu bagian dari kompetisi harus ada yang terdegradasi. Yang namanya kompetisi harus seperti itu," ujar Supardi kepada Tribun Jabar belum lama ini.

Dia menyadari klub saat ini sedang kesulitan karena pandemi Covid-19.
Klub pun harus mengatur keuangan secara tepat agar tak kolaps di tengah jalan.
Namun, bagi dia, kompetisi harus tetap ada sistem degradasi bagaimanapun kondisi klub.
"Apa pun kondisi kita sekarang rasanya tidak elok kalau melihat kompetisi tanpa degradasi. Ini hanya pendapat pribadi. Saya lebih setuju kalau ada degradasi," ucapnya.
Komentar Umuh Muchtar
Mantan manajer Persib Bandung yang kini menjabat sebagai komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar, menilai wacana penghapusan degradasi di Liga 1 2021 merupakan kesalahan.
Sebab, kata dia, setiap kompetisi yang levelnya sudah nasional seharusnya menerapkan sistem degradasi, termasuk kompetisi Liga 1 nanti.

"Secara pribadi saya, ya, bukan atas nama Persib, karena di mana pun dari tahun mulai berdirinya, PSSI dan event-event apa pun, kecuali turnamen turnamen biasa, karena ini kan nasional, untuk ke internasional, menurut saya kalau nanti sampai tidak ada degradasi, rasanya ini salah," ujar Umuh di kediamannya belum lama ini.
Umuh berharap, PSSI bisa memikirkan ulang wacana itu dan tetap menetapkan kompetisi di musim ini menerapkan degradasi.
"Mudah-mudahan ini nanti dirembukkan kembali bersama Exco kan kalau pimpinan juga menunggu laporan Exco-nya kan, bukan Pak Iwan (Ketum) yang menentukan. Dirembuk dulu, nanti ini coba klub klub mau bagaimana, gitu kan suaranya," katanya.

Umuh menambahkan, klub-klub yang benar-benar serius menjalani Liga 1 dan profesional pasti tidak akan mau bermain dalam sebuah kompetisi tanpa degradasi.
"Sekarang buat apa? Supaya ada kemajuan kan. Sekarang karena ada pandemi, bagi saya tidak ada masalah dengan adanya pandemi. Kan penonton juga tidak boleh ada, seperti kemarin Piala Menpora kan sudah bagus lah, tertib, tidak ada masalah," katanya.
Dia pun menegaskan wacana Liga 1 tanpa degradasi harus dikaji ulang. Sebab banyak hal yang tidak sesuai dengan aturan dibentuknya sebuah kompetisi yakni persaingan sehat.

"Tapi silakan saja orang-orang pintar dikaji, dikaji lagi. Exco-nya semua harus kompak, ini siapa yang pertama mencetuskan dan siapa yang punya ide, ada kepentingan apa, tidak boleh lah ya."
"Semua harus fair, semua yang jadi pengurus itu harus fair, lillahita'ala demi kemajuan sepak bola Indonesia."
"Pemerintah sudah mendukung, sudah bagus, jadi jangan dirusak lagi aturan," katanya.
"Sekarang liga semoga segera berjalan, aturan mah silahkan mau tanpa penonton atau apapun juga pasti ikut, situasi ini kan harus hati hati seperti Piala Menpora kemarin, tidak ada penonton kan tidak masalah, tapi ada gairah, ada harapan para pemain, ada gairah dari Bobotoh, penonton, semua kan ada hiburan bisa nonton di TV, di rumah masing masing kan lebih jelas nonton di rumah," ujarnya.
Robert Alberts Menolak
Sebelumnya, pelatih Persib Bandung Robert Alberts memberikan pandangannya mengenai penghapusan degradasi di Liga 1 2021.
Wacana itu berkembang setelah sejumlah klub mengirimkan surat kepada PSSI untuk menghapuskan degradasi pada musim ini.
Rencananya, keputusan soal ada atau tidaknya degradasi akan ditentukan pada saat Kongres Tahunan PSSI, 21 Mei.
Robert tidak setuju apabila degradasi dihapuskan di Liga 1.

Menurut pelatih asal Belanda itu, kompetisi tanpa degradasi bisa menghilangkan intergritas dan sikap sportif.
"Di Liga mana pun di dunia ini dan di situasi normal apa pun pasti mengikuti FIFA, begitu juga dengan PSSI yang berada di bawah FIFA, maka harus ada degradasi. Jika tidak, akan muncul sistem yang berbeda dan bisa menghilangkan integritas juga sikap sportif," ujar Robert, dikutip dari laman resmi klub.
Mantan pelatih PSM Makassar ini pun mendukung sikap manajemen yang secara tegas menolak penghapusan degradasi di Liga 1.

"Saya mendukung penuh kebijakan manajemen Persib bahwa Liga di mana pun itu harus ada yang namanya degradasi, tapi poin utamanya adalah hingga saat ini, kami pun masih belum tahu kepastian penyelenggaraan Liga dan bagaimana formatnya," katanya.
Pendapat Bobotoh
Salah satu pihak yang juga menolak kompetisi tanpa degradasi adalah Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber).
Menurut Ketua Umum Bomber, Asep Abdul, Liga 1 harus tetap menerapkan sistem degradasi.
"Kalau Liga tanpa degradasi, kurang gereget atuh. Kalaupun itu alasannya gimana ke depannya (finansial) kompetisi, harus ada degradasi biar gereget, jadi bisa bersaing. Tensinya kurang bagus kalau tanpa degradasi," ujar Asep saat dihubungi awak media, Senin (10/5/2021).

Asep menambahkan, persaingan untuk bisa lolos degradasi pada saat Liga 1 berjalan akan sama ketatnya dengan tim yang memperebutkan gelar juara.
Karena itu, dia menilai tak ada alasan bagi PSSI untuk menghapus degradasi.

"Jadi sebagai suporter tentunya kami berharap kompetisi ada degradasi biar gereget dan ada persaingan yang ketat," katanya.
Persib Bandung secara tegas menolak wacana yang dikemukakan PSSI untuk menghapus sistem degradasi di Liga 1 2021.
Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Teddy Tjahjono, mengungkapkan, dihapusnya degradasi akan mencederai prinsip dasar sebuah kompetisi.
"Kami sangat menolak kompetisi liga 1 tanpa degradasi. Prinsip dasar dari kompetisi, yaitu sporting merit and integrity, harus dijalankan. Statuta FIFA dan AFC mengatur dengan sangat jelas mengenai sporting merit & integrity," ujar Teddy kepada Tribun Jabar melalui WhatsApp, Jumat (7/5/2021).
Salah satu alasan dihapusnya degradasi pada musim ini adalah kondisi klub yang sedang compang-camping karena efek pandemi Covid-19.

Bahkan dikatakan anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi, kepada Bolasport, banyak klub yang mengirim surat agar Liga 1 tanpa degradasi.
Dari 18 klub Liga 1, 13 di antaranya meminta PSSI menghapuskan degradasi.
Empat klub meminta tetap ada degradasi sementara dua lainnya memilih abstain.
Terkait hal ini, Teddy enggan berkomentar.

Dia menegaskan, Persib tetap teguh dengan pendiriannya untuk mengikuti prinsip dasar sebuah kompetisi.
"Saya tidak ingin berkomentar mengenai klub lain. Tapi PSSI/LIB harus menegakan prinsip dasar kompetisi, yaitu sporting merit and integrity. Sporting merit and integrity diatur jelas kok di FIFA/AFC," katanya.
Soal format kompetisi, menurut saya idealnya dengan letak geografis kita sekarang seperti Indonesia lebih cocok ke dua wilayah. Dengan itu sedikit menghemat administrasi tentunya. Tidak memberatkan tim. Maksudnya wilayah barat dengan wilayah timur," ujar Supardi Nasir kepada Tribun Jabar belum lama ini.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul BERITA TERPOPULER Persib Bandung: Sang Kapten Bicara soal Format Liga 1 dan Wacana tanpa Degradasi, https://jabar.tribunnews.com/2021/05/18/berita-terpopuler-persib-bandung-sang-kapten-bicara-soal-format-liga-1-dan-wacana-tanpa-degradasi?page=all
Penulis: Ferdyan Adhy Nugraha
Editor: Hermawan Aksan