Paus Fransiskus Kecam Ledakan Bom yang Tewaskan 85 Pelajar di Sekolah Afganistan
Berbagai pemimpin dunia mengecam aksi pemboman yang menewaskan 85 pelajar dan melukai ratusan lainnya di sebuah sekolah Afganistan, Sabtu 8 Mei 2021
Paus Fransiskus Kecam Ledakan Bom yang Tewaskan 85 Pelajar di Sekolah Afganistan
POS-KUPANG.COM, KABUL - Berbagai pemimpin dunia mengecam aksi pemboman yang menewaskan 85 pelajar dan melukai ratusan lainnya di sebuah sekolah Afganistan, Sabtu 8 Mei 2021. Paus Fransiskus pun ikut mengecam kebrutalan tersebut.
Denmark Hedayat, kepala media untuk Wakil Presiden Kedua Afghanistan, mengatakan kepada CNN pada Senin 10 Mei 2021 bahwa korban tewas dalam serangan bom yang menargetkan siswi sekolah di Kabul pada Sabtu 8 Mei 2021 mencapai 85 orang.
“147 orang lainnya terluka dalam serangan di lingkungan Dasht-e-Barchi,” kata Hedayat.
Sebuah bom mobil diledakkan di depan sekolah Sayed Al-Shuhada, dan dua bom lagi meledak ketika para siswa bergegas keluar karena panik. Daerah itu adalah rumah bagi komunitas besar Syiah dari etnis minoritas Hazara, yang telah menjadi sasaran di masa lalu oleh ISIS, sebuah kelompok militan Sunni.
Belum ada klaim resmi dari pihak yang bertanggung jawab. Taliban membantah berada di balik serangan Sabtu 8 Mei 2021 malam itu.
Para pejabat mengatakan sebagian besar dari mereka yang tewas adalah siswi. Beberapa keluarga masih mencari anak-anak mereka di rumah sakit pada Minggu 9 Mei 2021.
"Ledakan pertama sangat kuat dan terjadi begitu dekat dengan anak-anak itu sehingga beberapa dari mereka tidak dapat ditemukan," kata seorang pejabat Afghanistan, yang tidak mau disebutkan namanya, kepada Reuters.
Pada Minggu 9 Mei 2021, warga sipil dan polisi mengumpulkan buku dan tas sekolah yang berserakan di jalan berlumuran darah. Kondisi jalan sibuk dengan pembeli menjelang perayaan Idul Fitri.
Seorang saksi mengatakan kepada Reuters bahwa semua kecuali tujuh atau delapan korban adalah siswi yang akan pulang setelah menyelesaikan studi mereka.
Keluarga para korban menyalahkan pemerintah dan kekuatan Barat karena gagal mengakhiri kekerasan dan perang yang sedang berlangsung. Otoritas Afganistan masih mengumpulkan jenazah dari kamar mayat, saat penguburan pertama dilakukan di barat kota.
Beberapa keluarga masih mencari kerabat yang hilang pada Minggu 10 Mei 2021. Mereka berkumpul di luar rumah sakit untuk membaca nama yang ditempel di dinding, dan memeriksa kamar mayat.
"Sepanjang malam kami membawa mayat anak perempuan dan anak laki-laki ke kuburan dan berdoa untuk semua orang yang terluka dalam serangan itu," kata Mohammed Reza Ali, yang telah membantu keluarga para korban di rumah sakit swasta.
"Mengapa tidak membunuh kita semua untuk mengakhiri perang ini?" kecamnya.
Serang masa depan Afganistan