Breaking News

Bahasa Tetun Digunakan Bersama Timor Leste dengan Warga Malaka dan Belu di NTT, Ini Manfaat buat TNI

Meskipun Timor Leste sudah lepas dari NKRI merdeka dan menjadi negara sendiri, namun budaya antara Timor Leste dengan sebagian masyarakat di Timor Bar

Editor: Alfred Dama
Kompas.com
PLBN Perbatasan Timor Leste 

Di penghujung tahun 1974, pemerintah Indonesia telah memperkirakan jika konflik di Timor Leste (saat itu bernama Timor Portugis) makin buruk, ABRI akan masuk ke wilayah itu bersama Amerika Serikat (AS) dengan alasan kemanusiaan.

Hal itu disampaikan oleh Pensiunan TNI Letjen Kiki Syahnakri lewat bukunya "Timor Timur The Untold Story" bab 1: Awal Persentuhan dengan Masalah Timor Timur.

TNI kemudian memerintahkan Komando Daerah Militer (Kodam) Udayana untuk membuat analisis daerah operasi (ADO).

Kiki menyebutkan ADO secara umum adalah gambaran daerah operasi apabila dilakukan operasi militer.

"Tim kami bertugas antara lain mendata kondisi-kondisi di lapangan, misalnya pelabuhan. Jika perlu pendaratan dari laut, bagaimana kondisi pelabuhan, fasilitas bongkar muat, jenis dan ukuran kapal apa saja yang bisa merapat.

"Selain itu, dasilitas pergudangan pun harus didata, misalnya gudang beras, gudang bahan bakar, dan fasilitas logistik lainnya, termasuk amunisi. Selanjutnya, pendataan tempat-tempat yang layak untuk dibangun tenda-tenda darurat bagi penampungan sementara pasukan setelah debarkasi dari kapal," tulis Kiki pada bukunya di halaman 11.

Kiki memerlukan bantuan bertanya kepada warga lokal saat itu mengenai nama tempat-tempat dan wilayah dan pos secundalinha (pos-pos terdepan di perbatasan).

Saat itulah Kiki memutuskan untuk belajar bahasa Tetun, karena sebagai Perwira muda, ia tidak ingin melakukan kesalahan dalam tugas pertamanya yang juga merupakan tugas rahasia itu.

"Sebelumnya saya memang telah berpikir, jika pertempuran atau operasi militer kelah benar-benar pecah, maka bahasa Tetun, bahasa masyarakat di daerah operasi, tentu sangat perlu dikuasai untuk berkomunikasi," tulis Kiki di halaman 22.

Kiki belajar secara otodidak dengan berbincang dengan masyarakat ketika mengunjungi pos-pos secundalinha.

Tidak disangka, inisiatif Kiki membuahkan hasil.

Saat itu konflik antara UDT (Uniao Democratica de Timorense) dan Fretilin memuncak di Timor Portugis.

Akibatnya, arus pengungsi menyeruak dari berbagai arah Timor Portugis, mencapai puluhan ribu orang melintasi perbatasan setiap harinya, terutama di Motaain.

Kiki yang sudah ditugaskan sebagai komandan koramil saat itu bertanggung jawab aktif mengatur dan mengawasi para pengungsi yang melintasi perbatasan.

"Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan adalah pemeriksaan para pengungsi, apakah mereka membawa senjata tajam atau senjata api.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved