Ahli Epidemiologi, Yendris Krisno Ungkap Alat GeNose Sebagai Pelengkap
Alat ( GeNose) ini buatan UGM Jogja dan sudah mendapat izin edar dari Kemenkes RI
Penulis: Ray Rebon | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG-- GeNose adalah sebuah alat tes diagnostik alternatif komplemeter Covid-19 melalui hembusan nafas. Alat ( GeNose) ini buatan UGM Jogja dan sudah mendapat izin edar dari Kemenkes RI.
Demikian disampaikan ahli epidemiologi dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Dr. Yendris Krisno Syamruth, S.K.M, M.Kes kepada POS-KUPANG.COM, Rabu (28/4/2021).
"Perbedaan mendasar nya genose dengan hembusan nafas sesaat, PCR melalui usapan tenggorokan dan hidung sedangkan antigen hanya melalui usap lubang hidung," jelasnya
Artinya bahwa, tes Swab dan PcR harus diutamakan dan sesuai dengan syarat dari WHO.
Baca juga: Nekat Bobol Rumah Asrama Polisi di Labuan Bajo, Pria Asal Sumba Barat Diancam 7 Tahun Penjara
Baca juga: BREAKING NEWS: Pria Asal Sumba Barat Nekat Bobol Rumah Asrama Polisi di Labuan Bajo
Sebagai alat tes alternatif jika dipandang dari sisi waktu dan akurasinya serta biaya memang cenderung lebih baik, meskipun demikian tidak dapat menggantikan PCR dan swab antigen.
Dia menguraikan bahwa penggunaan ketiga alat tersebut untuk mendeteksi seseorang pelaku perjalanan menderita C19 dan apabila dapat diterapkan ke banyak komunitas sebagai langkah test tentu akan mencegah peningkatan kasus.
Para ahli dan peneliti UGM mengklaim akurasinya mencapai 97%. Dan akurasinya diklaim 90% s/d 97 %, tetapi klaim sensitivitas 92%, spesifitas 95%.
Sejauh ini evaluasi terhadap alat GeNose bagi pelaku perjalanan udara belum ada.
Baca juga: Pilih Promo Hemat Buka Puasa KFC Hari Ini 28 April 2021, 3 Nasi 5 Ayam Goreng Renyah Rp 68 Ribuan
Baca juga: Di Belu-NTT, Kasus Meninggal Akibat Covid-19 Sebanyak 13 Orang
Yang baru ada pada pelaku perjalan darat. dalam hal ini kereta api, dan karena berbiaya murah maka partisipasi masyarakat lumayan baik. Dan sejauh ini akurasinya dibandingkan dengan PCR tes juga swab antigen tidak jauh berbeda.
"Karya anak bangsa yang patut diapresiasi," ungkap dia
Selain itu, kata dia ada hal yang harus diperhatikan bagi calon penumpang.
Dia menambahkan, Tes GeNose ini dilakukan sesaat sebelum keberangkatan dan bagi penumpang dianjurkan untuk menghindari makan dan minum yang beraroma pedas 30 menit sampai dengan sejam sebelum pengetesan, serta menghindari merokok dan minum alkohol agar hasil tesnya lebih akurat.
GeNose juga mendeteksi VoC (volatile organic compounds) yang dihembuskan keluar dari kerongkongan.
"Awalnya GeNose diberlakukan di transportasi kereta di Jawa, namun per 31 Maret 2021 sudah diberlakukan pada penumpang pesawat udara," ujarnya
Dia menyampaikan bahwa sifat dari alat GeNose ini bukan utama, karena yang wajib adalah PCr dan Swab antigen.
Jadi, kata dia, jika tidak diterapkan dengan baik, tidak ada konsekuensinya dan dalam surat edaran memang jelas bahwa PCR dan antigen menjadi wajib sementara GenoSe hanya opsional dan pelengkap.
Sehingga, pada prinsipnya GeNose sebagai alternatif pendamping.
"Boleh saja dilakukan asal bukan meniadakan yang sudah ada yaitu PCR dan antigen," tegasnya
Jika dilihat dari perspektif ilmiah sebaiknya penerapan GeNose perlu lagi diikuti dengan kajian-kajian ilmiah lanjut yang hasilnya dipublish di jurnal-jurnal ilmiah dan dapat meyakinkan lebih banyak publik dan juga global serta dapat menjadi pembanding penggunaan PCR dan swab antigen yang sudah dipakai selama ini.
Menurut dia, jika tidak berhati-hati dalam mempergunakan alat ini, maka dapat saja area tempat tes menjadi media penularan baik untuk petugas maupun penumpang lainnya, jika penerapannya minim prokes, tidak berhati-hati, dan tergesa-gesa.
"Menurut informasi pihak angkasa pura akan berencana menerapkan secara perlahan lahan dengan sasaran 10 s/d 15 persen dari total penumpang per pesawat," tandasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon)