Karakter Badai yang Merusak, Tahun 1929
BADAI seroja yang menerjang NTT pada tanggal 4-5 April 2021 lalu membuat banyak orang trauma
POS-KUPANG.COM - BADAI seroja yang menerjang NTT pada tanggal 4-5 April 2021 lalu membuat banyak orang trauma. Banyak yang mengatakan hantaman badai tersebut baru pertama kali terjadi. Namun ternyata, badai serupa pernah terjadi di Pulau Timor ini 82 tahun yang lalu.
Kota Kupang dan seluruh wilayah di Pulau Timor ini pernah dilanda badai yang sangat merusak. Badai yang terjadi pada tahun 1939 itu punya karakter yang sama. Kota Kupang dan daerah lain di Pulau Timor serta pulau-pulau kecil di sekitarnya porak-poranda diterpanya.
Dalam buku Ekologi dan Masyarakat-Kajian dan Refleksi Atoin Meto di Timor Barat pada halaman 63, sebagaimana ditulis Dr. Hendrik Ataupah (almarhum), ilmuwan dari Universitas Nusa Cendana ( Undana) Kupang, meyebutkan bahwa Pulau Timor merupakan tempat pembentukan Willy Willies yang bersifat destruktif.
Baca juga: Promo BreadTalk Selasa 20 April 2021, Aneka Lapis Slice Mulai Rp 12 ribu Pas Untuk Takjil Buka Puasa
Baca juga: Amerika Ketahuan Buntuti Kapal China di Laut China Selatan Reaksi China Bikin Syok AS Siap Dihantam?
Willy Wallies, sejenis badai yang bertiup ke arah Laut Timor menuju Australia Utara dan ke Lautan Hindia.
Mendiang Ataupah menyebut hanya sekali-kali terjadi angin topan yang merusak daratan seperti yang terjadi di akhir April tahun 1939 itu. Badai itu menimbulkan bencana alam di seluruh daratan Timor (Ormeling 1955).
Menurut Ataupah, menjelang permulaan musim hujan biasa terjadi pusaran angin setempat yang menerbangkan atap rumah dan menumbangkan pohon.
Sedangkan di Laut Timor dapat disaksikan seakan-akan angin mengangkat laut ke atas sehingga tampak dari daratan seperti cendawan besar.
Baca juga: Manusia yang Dirindukan Surga
Baca juga: Amanda Manopo: Masak Sahur
Dalam bahasa orang Meto (penduduk Timor), tulis Ataupah, pusaran air itu dinamakan musi (isapan keras). Musi dianggap sebagai isapan air laut ke udara oleh Ius Neno (dewa langit) untuk diturunkan lagi menjadi hujan.
Tokoh Masyarakat Timor, Ferdi Tanoni ketika ditemui di Kupang, Minggu (18/4) menyebutkan bahwa Dr. Hendrik Ataupah merupakan tokoh adat, tokoh masyarakat, antropolog dan ilmuwan dari Undana Kupang yang punya kajian-kajian yang luar biasa.
Doktor Hendrik Ataupah kata Ketua Yayasan Peduli Timor Barat ini, Dr. Ataupah sebagai observer dan pemerhati lingkungan yang sangat andal.
Ferdi Tanoni yang memimpin untuk memerjuangkan hak-hak masyarakat atas tumpahnya minyak pada Kilang Montara di Laut Timor menyebut, selama beberapa pekan ini ia mencari sumber-sumber tentang Badai Seroja yang menimpa daerah ini.
Ia kemudian mendapatkan referensi ini dari salah seorang sahabatnya melalui buku hasil karya mendiang Ataupah ini.
Pada tanggal 4-5 April 2021, terjadi Badai Seroja yang memorakporandakan ribuan rumah penduduk, menghancurkan infrastruktur serta membunuh ratusan jiwa penduduk di sejumlah wilayah di NTT. Di Lembata, Adonara, dan Alor adalah kabupaten yang banyak korban meninggal.
Ferdi mengatakan, Badai Seroja, entah apalagi nama badai ini ke depan, perlu dikaji lagi ilmuwan di NTT atau di Indonesia.
"Kita kembalikan kepada lembaga perguruan tinggi di NTT, seperti Undana Kupang dan universitas lainnya untuk mulai mengkaji kemudian memberi saran kepada pemerintah dalam mengambil langkah-langkah antisipasi," tambah Ferdi. (paul burin)