Dieksploitasi Ibunya, Nadia Riwu Kaho Mesti Mendapat Dampingan Psikologis
Dieksploitasi Ibunya, Nadia Riwu Kaho, Runner Up 2 Miss Indonesia 2020 Mesti Mendapat Dampingan Psikologis.
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POS-KUPANG. COM - Tenga Araminta Nadia Riwu Kaho perlu mendapat dampingan psikologis dalam proses hukum kasus dugaan penipuan yang dilakukan oleh ibunya.
Pasalnya, sejak usia anak, Nadia diduga telah dieksploitasi ibunya begitupun dalam kasus penipuan yang dilakukan ibunya saat ini.
Hal ini diungkapkan Direktris LBH APIK NTT, Ansy D Rihi Dara, SH dan Koordinator Divisi Perubahan Hukum, Dany Manu, S.Th kepada Pos Kupang, Selasa (30/3/2021) sore.
Ansy melihat tindakan eksploitasi terhadap nadia dilakukan ibunya tanpa disadari oleh Nadia yang saata itu masih berusia anak, SMU melalui bisnis kue. Hal ini terlihat dari semasa sekolah, masih usia anak namun Nadia sudah gencar membuat dan menjual produk kue dan makanan itu melalui medsos dan mengantar produk itu.
Baca juga: Nadia Riwu Kaho Runner Jadi Korban Eksploitasi, Perempuan Ini Membelanya
Baca juga: Rekeningnya Digunakan Transaksi, Nadia Riwu Kaho Bantah Terlibat Dalam Dugaan Penipuan
Dan hal itu dilakukan nadia untuk membantu ekonomi keluarga. Bahkan saat Nadia menyandang predikat Runer up 2 miss Indonesia, ibunya juga mengeksploitasi dirinya melalui akun medsos nadia.
Jikapun Nadia terlibat, Ansy berharap penyidik bisa melihat kasus ini secara komprehensif sebab Nadia adalah seorang korban.
“Kalau dulu dia anak korban, hari ini dia juga korban dari sebuah sistem ekonomi keluarga yang bisa menjerumuskan dia untuk mungkin saja dipandang, diduga dia terlibat didalam penipuan. Saya kira kita jangan lihat unsur kesertaannya disitu seperti apa tapi dibalik peristiwa ini posisi Nadia ini kan sangat rentan dia kan posisi sebagai anak yang memiliki relasi kuasa yang tidak setara dengan orangtua,” kata Ansy.
Mungkin saja keterlibatan Nadia karena ingin bertanggungjawab atas persoalan ekonomi keluarganya namun apakah Nadia tahu dan paham tentang konsekuensi yang akan diterimanya jika melakukan tindakan seperti itu.
Karena Ansy tidak yakin Nadia melakukan penipuan karena Nadia adalah sosok yang memiliki karakter yang baik. Ansy berharap semua pihak termasuk media massa dan elektronik tidak serta merta menghakimi Nadia sebagai pelaku penipuan.
“Jangan memanfaatkan popularitas Nadia yang ditonjolkan padahal perbuatan itu bukan perbuatan Nadia semata atau Nadia itu hanya turut terlibat misalnya. Sering, saat sudah diumbar di media, kita lebih cepat menjudge seseorang. Harus dilihat lebih jeli dengan melihat aspek keadilan bagi Nadia. Kejadian ini tidak mudah dijalani Nadia karena dia baru dari usai anak ke dewasa dan hal ini menjadi rentan bagi Nadia, dia butuh banyak kekuatan untuk bisa melanjutkan hidup,” kata Ansy.
Ansy berharap Nadia bisa melewati proses hukum ini dengan baik dan tidak putus asa. “Mari hadapi tantangan dengan lebih dekat pada Tuhan. Nadia tetap berpegang pada percaya diri, berpegang pada nasihat yang menguatkan diri,” support Ansy.
Kasus Nadia memberI pelajaran AGAR orangtua tidak bisa membebankan persoalan ekonomi keluarga kepada anak-anak.
“Ingat dalam pemenuhun ekonomi jangan mengeksploitasi anak. Ada batasan- batasa.n Kalaupun anak mau membantu bersama-sama dengan orangtua, kita harus proporsional yakni memperhatikan hak anak-anak yang turut bekerja itu seperti apa. Karena dia (anak) juga harus diberikan waktu cukup untuk bisa mendapatkan haknya, untuk istirahat untuk melakukan hoby kemudian juga untuk mendapatkan nama baik,” kata Ansy.
Dany mengaku beberapa tahun lalu sering mendapat messangger dari Nadia yang yang masih usia anak-anak. DI mEssangger itu Nadia menawarkan kue dan makanan yang dijualnya. Dan Dany menjadi pelanggannya.
pada Messangger Nadia juga ‘curhat’ bahwa tujuannya menjual kue untuk membayar uang sekolah dan membayar hutang ibunya.