Kisah Pengusung Jenazah Covid-19, Berani Manantang Maut Meski Upah Tak Dibayar
Niatku ingin menyaksikan langsung para pengusung jenazah berjibaku mengurus jenazah dari rumah sakit hingga ke liang lahat.
Hari semakin gelap, aku pun memutuskan untuk pulang. Keberanian petugas pengusung jenazah membuat aku merasa bangga. Aku hanya berpikir, disaat ribuan nyawa manusia melayang akibat covid-19, apa yang terjadi jika tak ada di antara kita menolak menjadi relawan pengusung jenazah covid-19? Aku yakin, mereka bekerja demi kemanusiaan. Demi kita semua.
Kami Manusia, Butuh Hidup
Aksi kemanusiaan petugas pengusung membuat aku segera menelepon seorang petugas yang kebetulan aku kenal. Kepadaku, ia pun menceritakan suka duka selama ia menjalani aksi kemanusiaan itu.
Ia menceritakan jika sejak bertugas sebagai pengusung jenazah, bukan saja keluarga, tetangga rumahpun menjauhinya. Merasa tersisihkan dari lingkungan keluarga itu pun ia rasakan hingga di tempat kerjanya.
"Orang takut dekati kami, mungkin takut terpapar. Tapi saya tetap konsisten untuk kerja karena kami berdiri disini demi kemanusiaan," ungkapnya.
Bekerja dengan bayang-bayang kematian di depan mata tak menyurutkan semangat pria ini. Ia pun mengaku, tiga rekannya ikut terpapar selama menjalankan misi kemanusiaan itu. Dua diantaranya kini sudah dinyatakan sembuh, sementara satunya hingga kini masih menjalani isolasi.
Mirisnya, ia mengaku upah mereka sejak Januari hingga Maret 2021, belum dibayar. Selama bekerja, ia mengaku dibayar Rp 525.000 untuk satu jenazah covid-19 yang diusung.
"Kami ada 30 orang dan dibagi tiga tim. Satu tim 10 orang," ujarnya kepada wartawan, Selasa (16/3/2021).
Ia merincikan, sejak Januari ia bersama 29 rekannya mengusung 25 jenazah, Februari 19 jenazah dan Maret ada 5 jenazah. Sayangnya, upah yang dijanjikan tak kunjung dibayar.
Mereka pun sudah menanyakan ke dinas kesehatan soal nasib mereka. Namun, hanya janji dan janji yang diterima.
"Kami juga manusia, butuh makan minum. Kami sudah bertaruh nyawa. istri anak jadi taruhan. Kami di sini karena kemanusiaan, tapi kami juga butuh hidup," keluhnya.
Ia berharap, pemerintah Kota Kupang tak menutup mata akan nasib mereka.
Keterbatasan Anggaran
Terpisah, Sekertaris Dinas Kesehatan Kota Kupang, Rudi Priono yang juga Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kota Kupang mengaku upah petugas jenazah belum dibayar.
Hal itu, menurut dia, karena dinkes masih mengusulkan ke pemkot (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) lewat mekanisme pengajuan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB).