Cerita Rakyat NTT
Cerita Rakyat NTT : Kanis dan Kawus Kakak Beradi Jadi Batu Karena Lakukan Hal Ini
Cerita Rakyat NTT : Kanis dan Kawus Kakak Beradi Jadi Batu Karena Melakukan Hal Ini di Kabupaten Ngada.

POSKUPANGWIKI.COM - Cerita Rakyat NTT : Kanis dan Kawus Kakak Beradi Jadi Batu Karena Melakukan Hal Ini di Kabupaten Ngada.
Diceritakan pada zaman dahulu kala, hiduplah dua orang kakak beradik dengan seorang nenek yang sudah tua renta di sutau desa yang terpencil dan sangat jauh dari hiruk pikuk keramaian.
Kedua anak in masih memayah dan ibu, namun karena kesibukan ayah dan ibu mereka, kedua anaknya dititipkan pada orangtua mereka yatu di nenek.
Pada suatu ketika yaitu pada siang hari keduanya merasa sangat lapar dan ingin makan, dan mereka menangis pada nenek mereka dan mengatakan, "Nenek kami sudah lapar, berilah kami makan."
Akan tetapi apa yang diminta oleh kedua anak ini tidak diberi oleh neneknya yang berkata, "Jangan minta makan pada nenek, kan kamu berdua sudah tahu bahwa nenek sudah tua Bagaimana nenek bisa memperoleh bahan makanan yang dapat nenek berikan pada kelian berdua. Jika memang kamu lapar, nenek anjurkan silahkan kalian berdua pergi ke padang mengikuti orang tua kalian didisana karena sekarang mereka sedang panen di ladang."
Baca juga: Cerita Rakyat NTT : Pohon Emas Pauan Bahar dari Kabupaten Sikka
Baca juga: Cerita Rakyat Salkupei dari Alor, Puteri Cantik Hilang, Tangei Barei Marah dan Keringkan Air Laut
Baca juga: Cerita Rakyat NTT Raja Udang dan Sisir Perak Si Gadis dari TTU
Baca juga: Cerita Rakyat NTT : Nenek Belana, Si Kanibal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan
Setelah mendengar perkataan neneknya, kedua kaka beradik ini duduk di dapur pada tungku induk sambil bersenandung dengan mengucapkan kata, "Embo-embo kewus, embo-embo kani zange ulangga waru, mbewong telo piko."
Artinya, "Kewus dan Kani cucu, nasi dari belalang lauk pauknya telur burung puyuh."
Lagu dengan ata-kata itu, diulang terus menerus namun neneknya tidak mendengar dan tak menghiraukannya.
Begitu neneknya menengadah ke atas melihat ke lngit, kakak beradik ini terangkat ke atas angkasa.
Karena paniknya, nenek memanggil agar mereka kembali dan turun ke bumi.
Akan tetapi usaha nenek tidak berhasil dan bahkan mereka makin melambung ke angkasa.
Kala mereka berdua terangkat ke angkasa, batu induk tungku yang diduduki oleh keduanyapun ikut terangkat ke atas dan tiba-tiba batu tungu itupun berubah menjadi seorang perempuan tua.
Karena tidak tertahan lagi perasaan lapar, kakak beradik ini, tanpa malu-malu keduanya meminta makan pada perempuan tua tersebut.

Perempuan tua penjelmaan dari batu tungku ini melayani permintaan kakak beradik dengan memberi keduanya makan hingga kenyang.
Setelah mereka berdua selesai makan, perempuan tua tersebut menganjurkan apabila nanti kaka beradik tersebut akan makan kembali, sebaiknya saat santap makanan harus dilakukana di bumi bukan di atas angkasan.
Kakak beradik ini tidak menghiraukan anjuran dari perempuan tua penjelmaan batu tungku itu.
Sebagai akibat mereka mengabaikan apa yang diajurkan maka batu tungku penjemaan perempuan tua beserta kaka beradik ini jatuh ke bumi dan hancur beratakan.
Kemudian mereka menjelma menjadi batu.
Penjelmaan dari batu ini hingga kini diberi nama Watu Leda.
Sampai sekarang orang-orang atau masyarakat sekitar, apabila mengadakan pesta paras batu atau musim tanam atau Weri Ngadhu, harus menadakan pacara terdahulu di tempat dimana batu tersebut pernah jatuh dan berada hingga kini.
Lingkungan tersebut hingga kini masih tertata secara baik dan terpelihara dengan batu-batunya yang licin.
Demikian sekilas cerita rakyat tentang Kanis dan Kawus. (*)
Dilansir pos-kupang.com dari buku Himpunan Cerita Rakyat NTT Seri I yang dibuat oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Arkelogi Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi NTT, Tahun 2004.