Opini

Kemiskinan di NTT dan Gereja yang Terlibat 

Hingga kini total penduduk miskin di NTT menjadi 1.173.530 jiwa. Peningkatan angka kemiskinan ini terjadi di tengah pandemi COVID-19.

Editor: Agustinus Sape
Facebook/Milin Kowa
Milin Kowa 

Kemiskinan di NTT dan Gereja yang Terlibat 

Oleh: Milin Kowa
Mahasiswa Pascasarjana STFK Ledalero

POS KUPANG (22/2/2021) memberitakan jumlah warga miskin di NTT kembali meningkat. Secara jumlah dari periode Maret sampai September bertambah 19,77 ribu jiwa. Hingga kini total penduduk miskin di NTT menjadi 1.173.530 jiwa. Peningkatan angka kemiskinan ini terjadi di tengah pandemi COVID-19. Alhasil, NTT kembali menjadi provinsi termiskin ketiga setelah Papua Barat di Indonesia.

Rakyat Tersalib

Berbicara tentang kemiskinan di NTT bukanlah suatu hal yang baru lagi. Kemiskinan telah menjadi panorama yang menghiasi konteks kehidupan masyarakat. Akan tetapi, hal ini bukanlah sebuah ungkapan fatalisme yang melihat kemiskinan masyarakat NTT sebagai sesuatu yang ditakdirkan.

Kemiskinan masyarakat NTT hendak membuka mata setiap pribadi dan juga lembaga agama dan pemerintah untuk melihat bahwa kemiskinan ini merupakan sebuah fakta yang mesti ditindaklanjuti.

Penderitaan masyarakat NTT sebagai akibat dari kemiskinan hendak menggambarkan bahwa mereka adalah rakyat tersalib. Sebagai rakyat tersalib mereka juga turut merasakan penderitaan dan penyaliban Kristus di Salib.

Teolog Ignacio Elaccuria dalam istilah teologis yang dipakainya untuk memahami tragedi orang miskin dan tertindas, memandang orang miskin sebagai rakyat yang tersalib. Rakyat tersalib digambarkannya dengan situasi penderitaan dan penyaliban Yesus dari Nazareth.

Berbicara tentang Salib erat kaitannya dengan penderitaan dan keselamatan. Di atas Salib ada Kristus yang menderita dan yang membawa keselamatan kepada seluruh umat manusia.

Dalam situasi ini, setiap orang juga dipanggil untuk menjadi manusia baru bersama yang miskin melalui perjuangan menurunkan mereka dari salib (Hartono Budi: 2003, 51).

Masyarakat miskin di NTT juga merupakan rakyat yang tersalib. Orang-orang NTT tersalib di tengah pandemi COVID-19 dan juga realitas ketidakadilan sosial. Masyarakat NTT tidak bisa mengelak kenyataan miris ini. Mereka tersalib dan mesti menanggung penderitaan ini.Di atas salib penderitaannya, mereka juga mengharapkan adanya pembebasan.

Pandemi COVID-19 memang telah menciptakan situasi yang rumit bagi kehidupan masyarakat global, apalagi NTT. Adalah benar, bahwa peningkatan jumlah orang miskin NTT karena pandemi global.

Misalnya, ada sekitar 8 ribu pekerja di wilayah NTT yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan akibat dampak corona yang berkepanjangan (Tempo.com/20/04/020).

Akan tetapi fakta ini bukanlah satu-satunya penyebab. Ia hanyalah salah satu penyebab terkini yang muncul di permukaan.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved