Virus Babi Afrika Sudah Merebak di Semua Kecamatan di Kabupaten Lembata
Pihaknya sudah berencana melakukan penyemprotan disinfektan secara massal untuk mencegah penularan virus lebih luas.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Virus Babi Afrika Sudah Merebak di Semua Kecamatan di Lembata
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Virus babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sudah merebak di sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Lembata.
Hal ini dipastikan oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata Kanisius Tuaq saat dihubungi Pos Kupang, Kamis (18/2/2021).
Menurut Kanis Tuaq hanya tersisa beberapa desa saja yang belum diserang virus babi Afrika. Namun, dia memastikan kalau wabah ini sudah merebak di semua kecamatan yang ada di Lembata.
Dia menjelaskan Dinas Peternakan Kabupaten Lembata sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 150 juta lebih untuk pengendalian virus babi Afrika dari APBD Kabupaten Lembata. Selain itu, Dinas Peternakan Provinsi NTT juga sudah memberikan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) dan cairan disinfektan.
Pihaknya sudah berencana melakukan penyemprotan disinfektan secara massal untuk mencegah penularan virus lebih luas.
Kanis menandaskan, Dinas Peternakan Kabupaten Lembata juga sudah mengajukan bantuan kepada pemerintah pusat melalui Balai Besar Veteriner Denpasar (BBvet) untuk pencegahan dan pengendalian virus ASF di Kabupaten Lembata.
Untuk diketahui, kata Kanis, lokasi pekuburan massal bangkai babi di Lamahora juga sudah tutup pada 12 Februari 2021 kemarin setelah selama empat minggu dibuka untuk kubur massal bangkai babi. Sebab itu, Kanis berharap para peternak bisa melakukan penguburan babi secara mandiri dan tidak membuang bangkai babi di sembarang tempat.
Dari data yang diterima dari Dinas Peternakan Kabupaten Lembata per 17 Februari 2021 total sudah 7722 ekor babi yang mati.
Rinciannya, Kecamatan Nubatukan sebanyak 1387 ekor, Kecamatan Ile Ape sebanyak 762 ekor, Kecamatan Ile Ape Timur sebanyak 93 ekor, Kecamatan Lebatukan sebanyak 1171 ekor, Kecamatan Atadei 1048, Kecamatan Nagawutung 460 ekor, Kecamatan Wulandoni sebanyak 531 ekor, Kecamatan Omesuri 1384 dan Kecamatan Buyasuri sebanyak 886 ekor.
Alexander Paulus Taum, warga Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, sudah kehilangan 13 ekor babi sejak wabah ini menyerang awal tahun 2021.
"Sekarang kandang sudah kosong. Tidak ada yang tersisa," kata Alexander, Kamis (18/2/2021).
Dia merincikan 13 ekor babi yang mati itu terdiri dari 2 induk babi berukuran besar dan sisanya itu babi berukuran sedang dan kecil. Mirisnya, sejumlah babinya itu sudah siap untuk dijual.
Alexander mengalami kerugian hampir Rp 30 juta lebih. Empat ekor babi kecil miliknya dipatok harga sejuta rupiah dan kisaran harga untuk babi berukuran sedang lainnya bisa mencapai Rp 3 juta lebih per ekor.
"Babi terakhir itu kami inisiatif sendiri potong karena sudah ada gejala sakit, sudah malas makan," ungkapnya.
Alexander menganggap usaha peternakan babi merupakan. Selain bernilai ekonomis, beternak babi di Lembata juga bernilai budaya untuk urusan-urusan adat.