Merugi Rp 120 Juta Karena ASF, Peternak Babi di Lembor Sulit Biayai Anak Kuliah

Akibat merugi Rp 120 juta karena ASF, peternak babi di Lembor sulit biayai anak kuliah

Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
Merugi Rp 120 Juta Karena ASF, Peternak Babi di Lembor Sulit Biayai Anak Kuliah
POS-KUPANG.COM/Gecio Viana
Ternak babi yang sakit diduga terserang ASF di Kecamatan Lembor, Kabupaten Mabar

Akibat merugi Rp 120 juta karena ASF, peternak babi di Lembor sulit biayai anak kuliah

POS-KUPANG.COM | LABUAN BAJO - Angka kasus ternak babi yang terserang Virus African Swine Fever ( ASF) atau demam babi Afrika di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), mencapai 746 kematian, Kamis (18/2/2021).

Akibat ASF, sejumlah peternak di Kabupaten Manggarai Barat merugi hingga ratusan juta rupiah.

Termasuk Simon Sampul (58), warga Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, Kabupaten Mabar.

Penemuan Mayat di Sumba Timur - Mayat itu Teridentifikasi Bernama Mujizat Sofia Dolarosa

Simon mengaku merugi hingga Rp 120 juta karena sebanyak 38 ekor babi yang dipeliharanya mati terserang ASF.

Akibatnya, selain sulit memenuhi kebutuhan hidup, Simon juga sulit membiayai anaknya yang saat ini tengah mengeyam pendidikan di perguruan tinggi.

OJK Luncurkan Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia (RP2I) 2020-2025

"Anak-anak kuliah tidak bisa sudah, babi di kandang habis sudah," keluhnya saat dihubungi POS-KUPANG.COM per telepon.

Simon menjelaskan ihwal kematian puluhan ternaknya sakit dan mati secara bersamaan sejak Desember 2020 hingga Januari 2021 lalu.

Awalnya, ia dan sejumlah rekan sesama peternak yang memasarkan babi hingga ke Kabupaten Ngada mengalami kendala karena larangan menjual babi antar daerah karena ASF yang tengah merebak pada awal 2020 di berbagai pulau di Provinsi NTT.

"Saya juga biasa beli babi dan jual di pasar di Bajawa (Kabupaten Ngada), ternyata ada ASF yang ada di Pulau Timor dan gubernur larang jual babi dari daerah ke daerah lain. Jadi ternak saya ada 35 ekor ditolak, waktu itu babi saya segar dan sehat," jelasnya.

Selanjutnya, ternak babi yang dibeli menggunakan dana pinjaman bank tersebut dipasarkan di area Kabupaten Mabar, namun pada Desember 2020 hingga awal tahun 2021, puluhan ekor babi miliknya mati karena terserang ASF.

"Yang mati 38 ekor babi, mati semua. Saya beli Rp 3 juta sampai Rp 4 juta lebih pakai uang kredit untuk dijual lagi, ada juga yang saya pelihara. Babi yang mati saya kubur," katanya.

Simon yang kembali beternak beberapa ekor babi dan bekerja serabutan ini mengaku, saat ini ia sangat sulit secara ekonomi, terlebih ia pun harus membayar kredit bank untuk usaha ternak yang telah 'hancur' itu.

"Karena kami ada kredit BRI sampai sekarang macet. Anak-anak kuliah tidak bisa sudah, babi di kandang habis sudah," katanya.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved