Paus Fransiskus Memimpin Perayaan Rabu Abu di Basilika St. Petrus Vatikan

Paus Fransiskus memimpin 1,3 miliar umat Katolik Roma memasuki masa Prapaskah pada Rabu Abu, 17 Februari 20201

Editor: Agustinus Sape
Reuters
Paus Fransiskus saat memimpin perayaan Rabu Abu, menandai dimulainya masa Prapaskah bagi umat Katolik, di Basilika Santo Petrus, Rabu (17/2/2021). 

Paus Fransiskus Memimpin Perayaan Rabu Abu untuk Mengurangi Covid-19 di Basilika St. Petrus Vatikan

POS-KUPANG.COM, VATICAN CITY - Paus Fransiskus memimpin 1,3 miliar umat Katolik Roma memasuki masa Prapaskah pada Rabu Abu, 17 Februari 20201, saat mereka mengurangi ritual berusia berabad-abad untuk membantu membendung penyebaran virus corona.

Fransiskus, yang biasanya menandai dimulainya masa puasa dengan prosesi luar ruangan antara dua gereja kuno di Roma, malah merayakan Misa untuk sekitar 120 orang di Basilika Santo Petrus.

Selama Prapaskah, yang berakhir dengan Paskah, umat Kristiani dipanggil untuk berpuasa, melakukan lebih banyak perbuatan baik, bersedekah, dekat dengan yang membutuhkan dan menderita, dan menyerahkan sesuatu, seperti permen.

Bulan lalu Vatikan mengeluarkan pedoman Rabu Abu di era COVID-19.

Mereka mengatakan bahwa para imam harus memercikkan abu di kepala daripada mengoleskannya di dahi, memakai topeng dan melafalkan tradisi "Ingatlah bahwa Anda adalah debu dan Anda akan kembali" sekali di depan semua orang, bukan untuk setiap jemaat.

Paus sendiri, bagaimanapun, tidak sepenuhnya menerapkan aturan baru, dengan murah hati menumpahkan abu di mahkota kepala beberapa kardinal dan menepuknya.

Percikan abu telah menjadi kebiasaan di beberapa bagian Eropa dan Amerika Latin, sementara menggosok dahi adalah hal yang umum di Amerika Serikat.

Dalam khotbahnya, Paus mengatakan Prapaskah harus menjadi kesempatan untuk meninggalkan "keamanan palsu uang dan kemudahan .. mengejar hal-hal yang ada di sini hari ini dan pergi besok," dan kembali kepada Tuhan.

Ketika pedoman yang diubah itu diumumkan, beberapa umat Katolik mengeluh, mengatakan menyimpan abu di dahi sepanjang hari adalah cara untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda adalah orang Kristen.

Yang lain menganggap enteng perubahan itu. "Saya memiliki cukup uban. Ini (percikan abu) tidak membantu," tweet seorang wanita.

(Pelaporan Oleh Philip Pullella; penyuntingan oleh John Stonestreet/Reuters)

Sumber: https://au.finance.yahoo.com/

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved