Pesan Puasa 2021 Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr dan Tata Cara Penerimaan Abu
Berikut adalah salinan pesan Puasa 2021 Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr, yang beredar di berbagai grup WhatsApp.
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Pesan Puasa 2021 Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr dan Tata Cara Penerimaan Abu
POS-KUPANG.COM - Umat Katolik sedunia segera memasuki masa Prapaskah atau masa puasa yang akan berlangsung selama 40 hari.
Masa puasa ini akan diawali dengan penerimaan abu oleh setiap umat Katolik pada hari Rabu Abu, 17 Februari 2021.
Dengan melaksanakan puasa, umat menyiapkan diri untuk mengambil bagian dalam hidup baru, yaknis Paskah Kristus, di mana Dia rela menderita sengsara, wafat dan bangkit demi menebus dosa manusia.
Berikut adalah salinan pesan Puasa 2021 Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Pr, yang beredar di berbagai grup WhatsApp.
Di akhir pesan ini, kami juga menyediakan video tata cara penerimaan abu pada hari Rabu Abu, 17 Februari 2021.

Saudara-saudari terkasih,
Masa puasa tahun 2021 masih berada dalam terpaan pandemi Covid-19. Keprihatinan hidup menyelimuti perjalanan kita sebagai makhluk tercipta.
Perjuangan bersama untuk mengatasi wabah ini berpacu dalam pelbagai kebijakan publik di seluruh dunia.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia bersama-sama berupaya untuk menemukan jalan keluar yang efektif dalam kerjasama internasional.
Pertanda baik dan buruk masih berjalan bersama, sehingga pergerakan sosial mengalami pembatasan dan perlambatan.
Pada tahun 2020, Sri Paus Fransiskus mengeluarkan dua pernyataan, yaitu Ensiklik Fratelli Tutti dan Surat Apostolik Patris Corde.
Kedua pernyataan ini membeberkan situasi dunia dewasa ini dengan gamblang, tetapi dengan penuh pengharapan dalam semangat “persaudaraan dan persahabatan sosial” menuju pulihnya kesejahteraan bersama.
Kedua anjuran ini membuka kembali wawasan hidup iman Kristiani dalam menghadapi tantangan dan kesulitan jaman sekarang ini.
Keduanya merujuk pada teladan hidup St. Fransiskus dari Assisi dan St. Yosep, yaitu keberanian kreatif dalam menghayati perutusan hidup sebagai orang beriman dalam bingkai kehendak Allah di tengah perjalanan peradaban manusia yang terombang-ambing oleh kesombongannya sendiri.
Sri Paus Fransiskus meminta umat beriman Katolik, agar menemukan kembali jalan perjumpaan yang bermartabat dan bersahabat dalam bingkai pertobatan gaya hidup pribadi dan bersama demi kebaikan bersesama yang mulia dan manusiawi.
Masa puasa selalu menjadi kesempatan istimewa untuk membarui hidup iman. Inilah masa berbalik kembali kepada Allah dan sesama sebagai bagian utuh dari panggilan untuk menghayati anugerah anak-anak Allah yang diterima dalam Permandian Kudus.
Kita ingin mengenakan kembali rahmat pengudus yang dianugerahkan Kristus dalam kekuatan Roh Kudus.
Maknanya adalah bahwasanya sukacita Injil hadir kembali dalam kepenuhan, sehingga kita mampu berjalan sebagai anak-anak terang di tengah kegelapan dunia.
Kita mendapat anugerah khusus untuk berjumpa kembali makna penebusan Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya demi kebaikan banyak orang, kata-Nya: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu, sama seperti Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mt. 20: 27-28).
Di tengah masa sulit dewasa ini, umat beriman menemukan kekuatan dan daya untuk menggerakkan kembali peradaban kasih. Dengan demikian kita mampu berbagi peran dalam upaya bersama untuk mendorong dialog yang konstruktif demi kemaslahatan bersama.
Berbarengan dengan pertarungan politik dan ekonomi yang meresahkan dewasa ini, masa puasa dapat menjadi kesempatan untuk mengadakan perubahan gaya hidup demi keseimbangan lingkungan hidup bersama.
Dengan berharap pada bantuan Salib Yesus Kristus, umat beriman Kristiani mampu membangun diri yang gemar mengabdi dan bersahabat dengan semua orang.
Dalam bingkai perubahan gaya hidup demikian, kita dengan gembira menghayati perutusan sukacita Injil untuk mendulang kebersamaan yang saling membantu dan berkorban menuju pulihnya keseimbangan hidup yang saling menguntungkan dalam persaudaraan dan persahabatan sosial.
Rasul Petrus berkata: “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1Ptr. 4:7-8).
Saudara-saudari terkasih,
Dalam merayakan Tahun St. Yosep, selama masa puasa ini, kita berjumpa dengan unsur-unsur kebapaan St. Yosep yang mendorong kematangan hidup iman, yaitu peradaban kasih dalam kerendahan hati.
Teladan St. Yosep yang berani dan kreatif dalam situasi yang sulit boleh memberikan semangat baru yang berbuah dalam hidup iman dan karya kita.
Dengan demikian kita tidak takut menghadapi keadaan yang sulit, seperti menghadapi corona virus, tetapi dengan tenang mengupayakan kehadiran yang membawa perubahan positif demi kebaikan bersama.
St. Yosep yang patuh pada kehendak Allah memberikan teladan bagi kita untuk menekuni perjalanan hidup dalam kesabaran dan keberanian yang kreatif menurut bingkai perutusan yang menyelamatkan.
Ketaatan dan ketekunan St. Yosep sebagai kepala keluarga yang berkarya kiranya mendorong kita untuk menghangatkan kembali lingkungan hidup yang semakin bebas dari kungkungan ketakutan dan kesedihan.
Seperti St. Yosep, kita berupaya dengan rendah hati untuk menghadirkan kerukunan hidup dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat, karena kerendahan hati adalah sisi lain dari mata uang cinta kasih.
Selama masa puasa, kita membangun kembali martabat Kristiani dalam doa, askese dan amal kasih demi mekarnya lingkungan hidup bersaudara dan bersahabat.
Kita berjumpa lagi dengan kasih Allah dan menyuburkan kasih terhadap sesama, khususnya mereka yang berkekurangan rohani jasmani.
Jagalah lingkungan yang bersih dan sehat dengan mematuhi protokol kesehatan sepenuhnya.
Marilah kita menjalani masa puasa dengan gembira dan penuh syukur menuju perayaan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus di hari Paskah, karena “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya” (1Ptr. 3: 21-22).
Selamat menghayati masa puasa dengan rendah hati dalam kasih Allah!
Kupang, 10 Pebruari 2021
Salam Hormat dan Berkat,
Mgr. Petrus Turang
Uskup Agung Kupang
TATA CARA PENERIMAAN ABU PADA RABU ABU DI JAMAN PANDEMI
Jelang Paskah, Vatikan Ubah Tata Cara Pemberian Abu pada Hari Rabu Abu
Pekan ini umat Katolik se-dunia mengawali masa Prapaskah dengan ritus Rabu Abu pada hari Rabu, 17 Februari 2021
Dalam ritus ini umat diajak untuk memulai pertobatan dengan mengingat kembali hakikat manusia yang berasal dari debu akan kembali menjadi debu.
Ritus ini disimbolkan dengan penerimaan abu dari pastor kepada umat.
Biasanya abu dioleskan di dahi dalam bentuk tanda salib. Namun karena masa pandemi Covid-19 masih berlangsung, ada perubahan tata cara penerimaan abu yang dilakukan Gereja.
Di masa pandemi Covid-19 ini Tahta Suci Vatikan mengeluarkan tata cara penerimaan abu yang lain dari biasanya.
Berikut tata caranya:
Setelah homili, pastor akan mengucapkan doa untuk memberkati abu yang akan diberikan kepada umat.
Pastor memerciki abu dengan air suci tanpa mengucapkan apapun.
Pastor lalu mengucapkan pesan ini: "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" atau "Ingatlah bahwa engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu".
Salah satu dari dua pesan ini hanya sekali diucapkan pastor kepada umat yang hadir di dalam misa.
Pastor membersihkan tangannya dan kembali memakai masker lalu mulai menerimakan abu kepada umat.
Pada masa ini abu tidak akan dioleskan di dahi melainkan ditaburkan di kepala umat.
Umat menunduk atau berlutut di hadapan pastor dan menerima penaburan abu pada kepalanya. Hal ini untuk meminimalisir kontak fisik pastor dan umat.
Pastor juga tidak mengucapkan kalimat apapun saat penerimaan abu karena pesan pertobatan telah disampaikan secara umum sebelum penerimaan abu.
Umat yang tidak menghadiri misa Rabu Abu di gereja dipersilakan tetap menghadiri misa secara online dan tidak perlu mengikuti penerimaan abu secara langsung dari pastor.
Paroki mempersiapkan penerimaan abu secara khusus melalui anggota keluarga yang mengambilnya dari gereja paroki untuk kemudian menerimakan kepada anggota keluarganya.
Ritus Rabu Abu adalah penanda dimulainya Masa Prapaskah dalam tradisi Gereja Katolik.
Lewat upacara abu, umat diingatkan untuk bertobat dan menyesali dosa-dosanya.
PANTANG DAN PUASA
Masa Prapaskah tahun ini dimulai pada Hari Rabu Abu 17 Februari 2021 hingga Sabtu 3 April 2021.
Mengacu pada Kitab Hukum Kanonik, semua orang beriman Kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi.
Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat, dan karya amal kasih.
Menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang.
Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam Masa Prapaskah Umat Katolik diwajibkan:
- Berpantang dan berpuasa pada Hari Rabu Abu 17 Februari dan Jumat Agung 2 April 2021
- Pada Hari Jumat lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
- Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke-60.
- Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur 18 tahun.
- Puasa artinya makan kenyang satu kali sehari.
- Yang diwajibkan berpantang adalah semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas.
- Pantang yang dimaksud di sini adalah tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri.
Misalnya, pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
Namun, sebaiknya hal yang dipantangkan adalah hal-hal yang disukai.
Dalam rangka mewujudkan pertobatan ekologis, kita diajak untuk ambil bagian dalam gerakan pantang plastik dan styrofoam.
Umat diperbolehkan jika ingin berpuasa selama 40 hari sampai Jumat Agung.
Berikut video tata cara penerimaan abu pada hari Rabu 17 Februari 2021: