Opini
Membangun Harapan, Menyuarakan Optimisme; Catatan Pekerja Media dari Pinggiran Indonesia
Berbagai tantangan ini membuat banyak media gulung tikar dan media yang masih bertahan terpaksa mengurangi karyawan.
Membangun Harapan, Menyuarakan Optimisme
(Catatan Pekerja Media dari Pinggiran Indonesia)
Oleh Steph Tupeng Witin
Penulis, Jurnalis, Perintis Oring Literasi Lembata
POS-KUPANG.COM - Judul tulisan sederhana ini penulis pinjam dari kata-kata Presiden Jokowi saat memotivasi para pekerja media di hari pers nasional beberapa waktu lalu. Suara dari Istana Negara ini bagai air segar yang menyirami jiwa para pekerja media yang dikurung berbagai tantangan di abad milenial ini.
Pandemi covid-19 menjadi kulminasi dari berbagai tantangan yang dihadapi media selain disrupsi digital yang menciptakan ekosistem media yang tidak seimbang, persaingan tidak sehat antara platform digital global dan media arus utama, eksistensi media sosial yang merebut perhatian pembaca media massa (tradisional) dan sebagainya.
Berbagai tantangan ini membuat banyak media gulung tikar dan media yang masih bertahan terpaksa mengurangi karyawan.
Presiden Jokowi mengajak segenap pekerja media melihat cahaya di ujung terowongan gelap pandemi dan sederet tantangan global media ini.
Cahaya di ujung terowongan gelap itu adalah harapan bahwa media arus utama tetap dipercaya menjadi referensi kebenaran informasi publik. Di tengah desakan bagi media untuk terus bertransformasi diri, Presiden Jokowi dan publik kritis tidak kehilangan harapannya bahwa media arus utama tetap menjadi basis pencerdasan kesadaran.
Harapan itu diperkuat oleh jajak pendapat Litbang Kompas pada 2-4 Februari 2021 yang menegaskan bahwa media arus utama masih menjadi acuan (Kompas 08/02/2021). Fakta rasional ini, sekali lagi, membangun harapan pekerja media agar berbenah diri dan membangun sinergi lintas batas dalam kolaborasi kreatif untuk menjaga kepercayaan publik demi membangun harapan.
Mungkinkah ada keajaiban yang melahirkan rasa getar di hati pekerja media yang tengah dikurung pandemi ini? Karl Gustav Jung dalam karyanya Modern Man in Search of Soul menulis dengan sangat indah, “The least of things with a meaning is worth more in life than greatest of thing without it.” Di balik fragmen-fragmen kecil kisah pergulatan hidup, selalu hadir keajaiban, terkadang sangat kecil, kita seolah tak mampu menangkapnya, mungkin tidak banyak, tetapi jika ada secercah, itu sudah sangat cukup.
Menurut Ignas Kleden, masa (pandemi) sekarang bukanlah kampung halaman yang sesungguhnya karena setiap orang diharuskan untuk melakukan exodus kembali, ke luar untuk mencari tempat di suatu masa depan (tanpa pandemi).
Kekuatan utama adalah harapan yang akan membuat manusia jatuh cinta pada keberhasilan, aktif menggerakkan energi menuju perubahan dan menginsafkan manusia agar tidak merasa cukup dengan apa yang diketahuinya (Jacob Oetama: 2001).
Suarakan Optimisme
Opini
Membangun Harapan
Menyuarakan Optimisme
Catatan Pekerja Media
Pinggiran Indonesia
Steph Tupeng Witin
Opini Pos Kupang
Penulis
Jurnalis
Perintis Oring Literasi Lembata
Hari Pers Nasional
Presiden Jokowi
Istana Negara
https://kupang.tribunnews.com
POS-KUPANG.COM
Opini Ismail Sulaiman: Bersama BRIN Menenun Pengetahuan Lokal |
![]() |
---|
Opini Peter Tan: Politik Identitas dan Populisme Islam di Indonesia |
![]() |
---|
Opini Maksimus Ramses Lalongkoe: Mencari Kontestan Kontes Gagasan |
![]() |
---|
Opini Reinard L Meo: Peristiwa Abu Dhabi dan Dialog dari Hati ke Hati |
![]() |
---|
Opini Thomas Dohu: Pemilih Pemilu Serentak 2024 |
![]() |
---|