Berita Timor Leste

Faktanya Timor Leste Adalah Negara Kaya dengan Cadangan Minyak Full, Tapi Jatuh Miskin, Kenapa?

Faktanya Timor Leste Adalah Negara Kaya dengan Cadangan Minyak Full, Tapi Jatuh Miskin, Kenapa?

Editor: maria anitoda
Intisari
Faktanya Timor Leste Adalah Negara Kaya dengan Cadangan Minyak Full, Tapi Jatuh Miskin, Kenapa? 

POS-KUPANG.COM --  Faktanya Timor Leste Adalah Negara Kaya dengan Cadangan Minyak Full, Tapi Jatuh Miskin, Kenapa?

Setelah 21 tahun lepas dari Indonesia, nyatanya Timor Leste justru semakin miskin meskipun memiliki minyak dan gas yang melimpah.

Baca juga: Skakmat Sosok Ini Soal Covid 19, Jokowi Sebut Kalau Komentar Mudah Praktik Sulit Sindir Siapa?

Baca juga: Dibalik Kecantikannya Puput Nastiti Devi Bongkar Rahasianya Saat Menikah dengan Ahok: Ngapain Nolak?

Baca juga: Beda Sama Jokowi, Gibran Ogah Ungkap Program 100 Hari, Ternyata Ini 2 Alasan Cerdas Anak Jokowi Apa?

Baca juga: Waspada! 8 Shio Ini Bermulut Manis dan Berhati Busuk, Sekali Kamu Salah Hidupmu Tak Akan Tenang

Akhirnya terjawab sudah penyebab Timor Leste semakin miskin setelah keluar dari Indonesia.

Padahal jika dipikir-pikir, Timor Leste adalah salah satu negara yang limpah dengan minyak dan gas bumi.

Namun sayangnya belimpah minyak dan gas bumi nyatanya tak bisa membuat Timor Leste hidup sejahtera.

Bahkan mengutip dari lembaga penelitian Timor Leste La'p Hamutuk, warga negara tersebut menyebut menyesal memiliki minyak dan gas tapi tetap saja miskin.

Di sebagian negara memiliki kekayaan minyak dan gas bumi melimpah adalah sebuah anugerah.

Hal ini lantaran minyak di negara miskin, lebih sering tidak menguntungkan sebagian besar rakyatnya sendiri.

Uang yang dihasilkan hanya akan diembat beberapa orang, dan mengarah pada kebijakan yang salah atau tidak berkelanjutan.

Industri inyak dapat merusak lingkungan, dan seringkali berakhir pada pelanggaran HAM, dan ini terjadi pada banyak cara.

Pejabat publik dan perusahaan, dan dapat menyebabkan penipuan atau penyuapan.

Dari Shah Iran, Sani Abacha Nigeria hingga Saddam Hussein Irak, para diktator telah mengambil alih kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan besar minyak.

Baca juga: Skakmat Sosok Ini Soal Covid 19, Jokowi Sebut Kalau Komentar Mudah Praktik Sulit Sindir Siapa?

Baca juga: Dibalik Kecantikannya Puput Nastiti Devi Bongkar Rahasianya Saat Menikah dengan Ahok: Ngapain Nolak?

Baca juga: Daus Mini Keterlaluan, Selain Tak Nafkahi Anak Sendiri juga Mem-block WA Ibunda Ichal, Lho Ada Apa?

Mereka menggunakannya untuk keuntungan pribadi, untuk mempertahankan kendali, dan untuk mendanai represi.

Tetapi bahkan di negara-negara kaya dan demokratis, korupsi tersebar luas di industri minyak.

Minyak sangat berharga sehingga pemerintah berperang untuk mendapatkannya.

Menurut lembaga itu salah satu alasan utama Australia mendukung invasi Indonesia ke Timor Leste adalah untuk mendapatkan akses ke minyak Laut Timor.

Dan di Timur Tengah, keinginan Eropa akan minyak menjadi motivasi utama bagi penjajahan Inggris dan Prancis setelah Perang Dunia I.

Baru-baru ini, salah satu alasan utama invasi pimpinan Amerika Serikat ke Irak setahun yang lalu adalah keinginan Amerika untuk lebih mengontrol pasokan minyak global.

Sementara di Timor Leste, mereka tidak memiliki tradisi keterlibatan publik yang konstruktif dalam pembuatan kebijakan.

Bagi kebanyakan orang, seluruh hubungan mereka dengan pemerintah sebelum 1999 mengalami perlawanan.

Pejabat pemerintah cenderung protektif terhadap informasi dan enggan mempercayai masyarakat sipil.

Misalnya, rancangan undang-undang jarang ditampilkan kepada publik sampai disetujui oleh Dewan Menteri.

Dan ketika pejabat terlibat dengan masyarakat sipil, sosialisasi sering kali menggantikan konsultasi.

Di mana pemerintah memberi tahu orang-orang apa yang akan dilakukan daripada menanyakan apa yang diinginkan atau dibutuhkan masyarakat.

Pola ini dibuat oleh Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan akan sulit untuk dihilangkan.

Kemudian pada pemerintahan Timor Leste yang baru, hanya ada sedikit undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Parahnya baik warga negara maupun pegawai negeri tidak mengetahui hal itu.

Baca juga: Skakmat Sosok Ini Soal Covid 19, Jokowi Sebut Kalau Komentar Mudah Praktik Sulit Sindir Siapa?

Baca juga: Dibalik Kecantikannya Puput Nastiti Devi Bongkar Rahasianya Saat Menikah dengan Ahok: Ngapain Nolak?

Baca juga: Daus Mini Keterlaluan, Selain Tak Nafkahi Anak Sendiri juga Mem-block WA Ibunda Ichal, Lho Ada Apa?

Baca juga: Setelah Bebas Murni, Vanessa Angel Dikabarkan Hamil Lagi, Padahal Baru Melahirkan 14 Juli 2020, Lho?

Lembaga itu kurang memiliki pemahaman yang kuat tentang apa yang dapat diterima dan apa yang tidak.

Tanpa pegawai negeri yang profesional dan berpengalaman, kemungkinan korupsi atau penerapan hukum yang tidak konsisten akan meluas.

Perlu waktu untuk membangun tradisi kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas.

BACA JUGA BERITA LAINNYA:

Timor Leste kini sudah resmi menjadi negara merdeka. Sudah 21 Tahun, sejak jejak pendapat akhir Agustus 2019 lalu

Hasil jejak pendapat yang dihitung di Australia secara tertutup itu adalah  76 persen warga Timor Leste memilih menolak otonomi khusus yang ditawarkan pemerintah  Indonesia

Pemerintah Indonesia mulai meninggalkan Timor Leste pada Oktober 1999 disusuk masuknya pasukan Australia dibawa kendali PBB yang disebut INTERFET

30 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah bagi negara tetangga Indonesia yang berbatasan langsung ini.

Tepat 21 tahun lalu, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.

Meski telah menjadi provinsi ke-27 kala itu, gejplak yang terjadi selama 25 tahun di kawasan tersebut membuat mereka ingin menjadi negara merdeka.

Referendum pun dilaksanakan dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakhiri konflik berdarah di sana.

Meski telah mejadi negara merdeka dan terlepas dari Indonesia, Timor Leste baru mendapatkan pengakuan dunia 3 tahun kemudian.

Atau tepatnya pada tahun 2002, selepas referendum diadakan di wilayah yang dulunya bernama Timor Timur tersebut.

Tentara wanita di parade militer merayakan peringatan ke-17 pasukan pertahanan Timor Leste, Dili 2 Februari 2018 (oneroadtolondon.com)
Ternyata meski telah menjadi sebuah negara sendiri selama 21 tahun, fakta menarik terungkap akhir-akhir ini.

Banyak isu mengenai warga negara Timor Leste memilih untuk bergabung dengan Indonesia kembali bila diberi kesempatan kedua.

Hal tersebut pun menggemparkan banyak pihak lantaran getolnya warga Timor Leste pada akhir abad ke 20 lalu yang menginginkan kemerdekaan sebagai sebuah negara.

Baca juga: Skakmat Sosok Ini Soal Covid 19, Jokowi Sebut Kalau Komentar Mudah Praktik Sulit Sindir Siapa?

Baca juga: Dibalik Kecantikannya Puput Nastiti Devi Bongkar Rahasianya Saat Menikah dengan Ahok: Ngapain Nolak?

Baca juga: Walau Disumpahi, 3 Shio Ini Selalu Beruntung Setiap Waktu, Apakah Kamu Termasuk? Cek Yuk

Baca juga: Daus Mini Keterlaluan, Selain Tak Nafkahi Anak Sendiri juga Mem-block WA Ibunda Ichal, Lho Ada Apa?

Baca juga: Setelah Bebas Murni, Vanessa Angel Dikabarkan Hamil Lagi, Padahal Baru Melahirkan 14 Juli 2020, Lho?

Namun ternyata fakta yang diungkap oleh bank dunia ini menjadi bukti kuat alasan banyak warga Timor Leste ingin kembali ke pelukan Ibu Pertiwi.

Mengutip dari Kompas.com yang melansir dari laporan United National Development Programme ( UNDP ), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.

Hal itu sangat jomplang dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Laman Heritage bahkan menyebutkan skor kebebasan ekonomi Timor Leste adalah 45,9.

Skor tersebut menjadikan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia tersebut menduduki peringkat 171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di Timor Leste diungkap sebagai sebabnya, lantaran lemah meski ada peningkatan sejak tahun 2009.

Tak hanya itu saja, perekonomian negara tersebut hanya bergantung pada pengeluaran pemerintah.

Sedang dana masuknya hanya diperoleh dari Dana Perminyakan saja.

Dengan kata lain seperti apa yang diungkap dari laporan resmi Bank Dunia tahun 2020, menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Timor Leste paling lambat dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Oleh sebab itu, negara dengan nama resmi Republica Democratica de Timor Leste masuk dalam daftar negara paling miskin di dunia.

Angka PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dollar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.

Capaian itu masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dollar AS atau sekitar Rp 60 juta.

Sejumlah sektor ekonomi Timor Leste sebenarnya masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.

Sudah 20 Tahun Merdeka Timor Leste Tak Sanggup Obati Penyakit Warganya Sampai Minta Bantuan Indonesia (via sosok grid.internatinal.la-croix.com)
Timor Leste sendiri masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak.

Pada tahun 2019 lalu, produksi minyak Timor Leste mencapai 38 juta barel setara minyak (BOE) yang banyak dikerjasamakan dengan Australia.

Sementara itu, mengutip data Timor Leste Economic Report yang dirilis Bank Dunia pada April 2020, ekonomi Timor Leste bakal semakin terpuruk di 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) dan kondisi politik yang belum stabil.

Pemerintah Timor Leste sudah mencairkan dana sebesar 250 juta dari Petroleum Fund di mana 60 persennya digunakan untuk penanganan Covid-19.

Hambatan lain untuk kebebasan ekonominya adalah korupsi yang merajalela dan tidak efektifnya peradilan, sehingga melemahkan integritas pemerintah. (*)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id 

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved