Opini Pos Kupang
Donald Trump dan Perilaku Politik Kita
Di tengah perjuangan bangsa Indonesia dan dunia internasional yang sedang berjibaku memerangi pandemi Covid-19

Oleh Krisantus M. Kwen, Dosen Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka
POS-KUPANG.COM - Di tengah perjuangan bangsa Indonesia dan dunia internasional yang sedang berjibaku memerangi pandemi Covid-19, datang berita yang mengejutkan jagad mondial. Amerika Serikat (AS) diguncang kerusuhan massa.
Pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol di Washington DC (06/01/2021) pada saat Konggres Amerika Serikat sedang bersidang untuk mengesahkan hasil pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Joe Biden (Kompas online 8/1/2021).
Hari-hari ini AS berada di bawah tekanan dan kecaman internasional karena negara yang dijuluki maskot demokrasi tersebut justru tidak dapat menahan serangan pada demokrasinya sendiri. Pemicu kerusuhan tersebut dibiangi oleh presidennya sendiri si gaek Donald Trump.
Baca juga: 40 Suster Fransiskan Nita-Sikka Sembuh Usai Isolasi 14 Hari
Demikian Twitter mantan presiden Amerika, Barack Obama dalam akunnya @BarackObama yang diunggah 7 Januari 2021. Bahwa Kerusuhan Negara pengusung demokrasi terbesar dunia ini dipicu oleh seorang presiden yang terus berbohong tentang hasil pemilihan umum (www.pikiran rakyat 7/1/2021).
Perilaku Aktor Politik
Kerusuhan massa pendukung presiden Donald Trump di Capitol Hill membuktikan bahwa tradisi demokrasi yang berusia ratusan tahun pun bisa dilecehkan oleh kekuasaan yang korup.
Fenomena Donald Trump di akhir masa jabatan yang kontroversi tersebut setidaknya memberikan tiga pelajaran berharga kepada kita. Pertama, substansi kebenaran demokrasi adalah perilaku kekuasaan.
Baca juga: Kapolri Baru Tegas Saja Tidak Cukup
Kemajuan teknologi informatika dengan maskot media daring tidak dapat menghentikan penyelewengan kebenaran. Salah satu keunggulan media digital adalah dapat memberikan akses yang cepat kepada pengguna media dan memengaruhi pembentukan opini publik.
Potensi dan peluang ini serempak bisa menjadi kelemahan dan ancaman bagi demokrasi jika dimanfaatkan secara salah oleh kaum oportunis media massa.
Mereka menyalagunakan media online untuk kepentingan tertentu.