Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Jumat 15 Januari 2021: AWAL & AKAR KONFLIK
Khalayak ramai pun terpukau akan pengajaran dan kotbah-Nya. Ia dikagumi dan dicari. Massa berbondong-bondong datang kepada-Nya.
Renungan Harian Katolik, Jumat 15 Januari 2021: AWAL & AKAR KONFLIK (Markus 2:1-12)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Pada halaman-halaman awal injilnya, Markus menggambarkan kesuksesan dan kejayaan Yesus. Pada saat dibaptis di sungai Yordan, Allah Bapa sendiri menyapa Yesus sebagai "Anak yang Kukasihi".
Ketika dicobai oleh Iblis di padang gurun, Ia dapat mengatasinya dan binatang-binatang liar bisa jinak bersama-Nya. Malaikat-malaikat pun melayani Dia.
Lalu saat berjalan menyusur danau Galilea, hanya dengan mengucapkan sapaan, "Mari ikutlah Aku", dua pasang bersaudara langsung mengambil keputusan besar menjadi murid-Nya.
Kejayaan-Nya kian memuncak, saat Ia mengusir roh jahat, menyembuhkan orang yang sakit.
Khalayak ramai pun terpukau akan pengajaran dan kotbah-Nya. Ia dikagumi dan dicari. Massa berbondong-bondong datang kepada-Nya.
Namun gambaran berikutnya justru mulai berubah. Kehadiran Yesus mulai diusik, dicurigai, dipersoalkan. Suasana konflik mulai ditampilkan. Tak tanggung-tanggung. Para penguasa, yakni ahli Taurat memberi cap yang kejam kepada-Nya. "Ia menghujat Allah" (Mrk 2:7). Ini terbaca dalam kisah Markus tentang "Orang Lumpuh disembuhkan".
Seorang lumpuh digotong oleh beberapa orang. Lantaran kesulitan masuk rumah di mana Yesus berada, karena dipenuhi sesak oleh orang banyak, mereka membongkar atap dan menurunkan si lumpuh dengan tilamnya di hadapan Yesus. Melihat keteguhan iman mereka, berkatalah Yesus kepada si lumpuh: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mrk 2:5).
Perubahan suasana yang demikian mencolok ini memang sengaja ditampilkan Markus untuk memperlihatkan bahwa awal dari konflik berlatar belakang persoalan "kuasa", "wewenang", dan "hak". Ketidaksukaan, kebencian, konflik tidak bersumberkan peristiwa berupa pengajaran, mukjizat, karya penyembuhan in se; melainkan ucapan, pengajaran, keputusan, tindakan menyangkut "kuasa, kuasa, hak".
Siapa sih yang mempunyai kuasa? Apakah engkau punya wewenang? Dan, kalau dikaji, apa yang menjadi sebab awal ini rupanya sekaligus menjadi akar dari konflik.
Hal ini terbaca sangat jelas dari kisah Markus ini. Beberapa ahli Taurat berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"
Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? ... Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" (Mrk 2:6-10). Jelas terlihat bahwa hati yang ditumbuhi pikiran tentang kuasa kiranya menjadi awal sekaligus akar dari konflik.
Namun Markus pun langsung menunjukkan bagaimana sikap Yesus berhadapan dan menyelesaikan konflik yang berkenaan dengan kuasa, wewenang, hak yang dialami-Nya. Selaku manusia yang dinyatakan "Anak Allah" oleh suara penegasan Bapa dari surga (lih. Mrk 1:11), Yesus bersikap tegas.
Kepada para ahli Taurat, Ia berkata: "Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" (Mrk 2:9-10).
Dengan sikap tegas-Nya, Yesus memperlihatkan kepada para lawan bahwa Ia seorang "juru selamat" dan bukan penghujat Allah. Karena Allah itu, dengan kuasa-Nya berinisiatif dan bertindak untuk menyelamatkan.
Fokus Allah itu adalah keselamatan manusia dan keselamatan yang paling prinsipial adalah pengampunan, pembebasan dari dosa.
Maka dengan berkata: "Dosamu sudah diampuni", Yesus berkata tanpa tedeng aling-alingan bahwa Ia memang seorang Anak Allah yang diutus untuk mengkonkretkan rencana keselamatan Bapa-Nya.
Konflik mewarnai dunia hidup kita. Di rumah, komunitas, kantor, sekolah, perusahaan, marga, persekutuan, pertemanan, dsb. Cukup sering yang dianggap sepele dan berputar itu-itu saja yang dibumbui dengan kata-kata ketus, perang status di medsos.
Tak jarang muncul yang sedang-sedang yang melibatkan emosi, bentakan, menjauh dari rumah. Tapi terkadang timbul yang dahsyat ibarat bencana yang memporak-porandakan semuanya atau menghabisi yang dianggap seteru.
Tampaknya Markus sengaja memberi pesan yang gampang dicerna. Kita sadari bahwa hati yang "ditumbuhi" oleh ilalang pikiran ingin berkuasa, hanya mau berkuasa sendiri, terganggu kekuasaan, orang lain tak berkuasa, kenapa dia yang berkuasa, pasti akan memunculkan konflik.
Tapi kalau hati "dihiasi" oleh pikiran akan keselamatan, pembebasan, kebaikan, kemajuan sebagai inti dari rencana Allah untuk dunia ini, maka hidup bersama akan terhindar, berada jauh dari jangkauan konflik. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/pater-steph-tupeng-witin-svd.jpg)