Papua Bergolak Lagi, Prada Agus Kurniawan Gugur Terkena Tembakan Senjata Musuh, Lho Kok Bisa?

"Tadi dari Titigi sudah dievakuasi menuju Sugapa dan dari Sugapa sudah dievakuasi menggunakan heli menuju Timika," kata dia.

Editor: Frans Krowin
Kolase via Wartakotalive
30 Menit Menegangkan, Bentrok TNI - KKB Papua Kembali Terjadi Kontak Senjata, 3 Tentara Kena Tembak 

Papua Bergolak Lagi, Prada Agus Kurniawan Gugur Terkena Tembakan Senjata Musuh, Lho Kok Bisa?

POS-KUPANG.COM, PAPUA - Salah satu prajurit TNI, gugur dalam kontak senjata dengan kelompok bersenjata di Papua.

Dalam insiden baku tembak tersebut, Prada Agus Kurniawan dari Batalyon 400, gugur dalam insiden baku tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, Minggu (10/1/2021) siang

Kontak senjata tersebut, terjadi di Distrik Titigi, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Prajurit TNI Prada Agus Kurniawan, diketahui bertugas di Pos Titigi, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

"Tadi kontak tembak antara Batalyon 400 dengan KKB di Titigi yang mengakibatkan satu anggota bernama Prada Agus Kurniawan meninggal dunia," ujar Komandan Korem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan, dikutip dari Kompas.com, Minggu malam.

Kontak senjata terjadi sekitar pukul 11.40 WIT dan belum diketahui penyebabnya.

Iwan memastikan saat ini jenazah Prada Agus Kurniawan berhasil dievakuasi ke Mimika menggunakan helikopter TNI AU.

"Tadi dari Titigi sudah dievakuasi menuju Sugapa dan dari Sugapa sudah dievakuasi menggunakan heli menuju Timika," kata dia.

Saat ini anggota Batalyon 400 tengah melakukan pengejaran terhadap KKB yang melakukan penembakan.

"Yang jelas anggota yang jadi korban secepatnya dievakuasi mengingat waktu sudah siang, kemudian yang kedua anggota siaga termasuk melakukan pengejaran. Seperti diketahui medannya di sana cukup sulit, banyak tebing-tebing," kata Iwan.

Konflik di Papua Layaknya Konflik Palestina di Indonesia

Provinsi Papua Barat pada 1 Desember 2021 lalu menyatakan merdeka dari Indonesia.

Benny Wenda langsung mendapuk dirinya sebagai Presiden Papua Barat.

Sebenarnya apa yang mendasari konflik di Papua Barat?

Rupanya, ada fakta mengerikan jika konflik tersebut mendapat suntikan dana dari negara-negara Barat.

Mengutip Asia Pacific Report, para pegiat di webinar global yang diselenggarakan oleh TAPOL meminta kepada negara Barat untuk berhenti mendanai pelatihan militer.

Negara Barat yang dimaksud adalah Australia, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat dan sekutu mereka.

Sementara itu, dana diterima oleh pasukan keamanan Indonesia.

Artinya para pasukan yang dikirim ke Papua mendapat suntikan dana dari negara Barat.

Rosa Moiwend, anggota Penolakan Perang Internasional, mengatakan warga Papua Barat hanya ingin hidup damai tanpa ada tekanan dari militer.

Pasukan keamanan Indonesia disebut-sebut "membunuh warga Papua Barat yang tidak bersalah."

"Jika pemerintahanmu berada di balik skenario ini, kurasa hal utama yang harus kalian lakukan adalah pergi berbicara dengan pemerintah Anda, anggota Parlemen lalu tanyakan mengenai uang pajak Anda," ujar Moiwend.

"Ke mana perginya uang pajak? Apakah itu digunakan untuk membiayai perang atau digunakan untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik?

Kondisi yang disebutkan sedikit mirip dengan berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah.

Pelanggaran HAM juga disebutkan terjadi di Aceh, Timor Leste dan Papua Barat.

Salah satunya adalah laporan operasi militer di wilayah Nduga yang dikabarkan oleh Kapolda Papua jika hal itu tidak benar.

Namun, Yones Douw, kepala departemen hukum dan kedamaian di Gereja KIMI mengatakan kekerasan tidak pernah berhenti sejak Indonesia menjadi negara yang memiliki Papua Barat.

"Kekerasan tidak berubah sejak 1961 ke 1969, 1969 ke 2020, dan 2020, saat otonomi khusus dideklarasikan di sini di Papua Barat, sampai sekarang kekerasan terus terjadi," ujar Douw.

Douw, aktivis HAM, mengatakan jika ketika pemerintah pusat mengenalkan otonomi khusus, Jakarta mengatakan jika Papua Barat akan mandiri 90%.

Namun ia mengklaim yang terjadi adalah lebih banyak kekerasan.

Ia juga mengatakan bahayanya bagi warga Papua Barat, bisa dicap sebagai agen separatis kapan saja.

"Kenapa kekerasan meningkat seperti ini, jawabannya karena jika Anda pastor yang berbicara mengenai penderitaannya, ia akan disebut separatis, siapapun yang membahas HAM akan disebut separatis, siapapun yang bicara mengenai kesejahteraan warga Papua akan disebut separatis," jelasnya.

Ia menjelaskan hukum Indonesia yang memperbolehkan kebebasan berekspresi tidak berlaku di Papua Barat.

Bahkan jurnalis, aktivis HAM dan beberapa pemimpin gereja tidak dapat bekerja tanpa rasa takut.

"Di sini anak-anak remaja bisa ditembak kapan saja."

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Kontak Senjata TNI dan KKB di Intan Jaya Papua, Prada Agus Kurniawan Gugur Kena Tembakan, https://sumsel.tribunnews.com/2021/01/10/kontak-senjata-tni-dan-kkb-di-intan-jaya-papua-prada-agus-kurniawan-gugur-kena-tembakan

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved