Renungan Akhir Tahun

Renungan Akhir Tahun 2020 Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang

Dalam hitungan jam saja kita akan meninggalkan tahun 2020 dan beralih ke tahun baru 2021. Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang membuat catatan ini.

Editor: Agustinus Sape
POS KUPANG.COM/ELLA UZU RAZI
Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr 

Catatan Pinggir

Renungan Akhir Tahun 2020

Persekutuan gerejani

GEREJA berada dalam krisis multidimensional. Gereja harus memandang krisis sekarang ini dalam terang Injil tidak seperti mengadakan autopsi pada jasad orang mati. Cara pandang terhadap krisis harus berdasarkan pengharapan dan terang Injil. Memang krisis sangatlah mengganggu, bilamana persekutuan gerejani telah melupakan untuk melihat dan menghayatinya dalam semangat terang Injil.

Gereja bekerjasama demi melayani Injil, khususnya mewartakan Injil kepada mereka yang sangat berkekurangan dalam perjalanan hidup. Kita tidak dapat melihat wajah Allah, tetapi kita dapat berjumpa dengan sesama, utamanya mereka yang berkekurangan. Oleh karena itu, karya cinta kasih menjadi bagian utuh dalam pelayanan pastoral, yaitu demi memajukan perkembangan manusia seutuhnya bagi semua orang.

Refleksi atas krisis yang terjadi dalam Gereja mengingatkan kita untuk tidak menilai Gereja secara berlebihan terkait dengan krisis yang diakibatkan oleh skandal masa lalu dan sekarang. Nyatanya, semuanya terjadi akibat kelemahan kepemimpinan yang membawa dampak perbedaan pandangan dan cara berpikir, keributan, bahkan pemberontakan. Universalitas dari perutusan gerejani menjadi lemah, karena kurangnya kerjasama dalam melakukan pelayanan pastoral bersama, khususnya dalam masa krisis.

Setiap krisis dengan benar menuntut suatu pembaruan. Jika kita sesungguhnya menginginkan pembaruan, kita harus berani terbuka sepenuhnya. Kita perlu berhenti melihat reformasi dari Gereja sebagai merajut kembali pakaian yang lama. Reformasi atau pembaruan dalam Gereja di masa krisis mengisyaratkan semangat bersaudara menurut kaidah Injili, yaitu semangat berkorban demi kebaikan bersama.

Selama krisis akibat pandemi Covid-19, Gereja menyatukan diri dengan seluruh upaya masyarakat dunia untuk menemukan jalan keluar bersama menuju lingkungan hidup yang sehat. Gereja sebagai persekutuan umat beriman perlu berpartisipasi sebagai warga masyarakat dunia demi keutuhan lingkungan hidup yang sehat.

Gereja Keuskupan Agung Kupang juga prihatin atas keadaan krisis sekarang ini. Para Pastor dan Pemimpin Umat setempat tetap menjalankan pelayanan pastoral dalam kewaspadaan, yaitu patuh pada protokol kesehatan, agar kesehatan hidup terjaga dan berada dalam keseimbangan. Kita semua berupaya untuk bahu membahu dan saling menopang demi kebaikan yang membawa kegembiraan bagi banyak orang. Terima kash atas segala pelayanan dan pengorbanan, biarpun kita masih berada dalam pembatasan dan perlambatan. Emmanuel, Allah beserta kita, menguatkan dan menyuburkan semangat Injil dalam karya pastoral kita bersama!

Masyarakat dunia

Masyarakat dunia memang berada dalam krisis yang bercorak multidimensional utamanya dalam kaitan dengan wabah corona virus. Masing-masing bangsa dan negara mencari jalan efektif untuk meringankan terpaan corona virus Covid-19. Krisis sekarang ini berdampak pada setiap orang dan segala sesuatu, tanpa kecuali. Sesungguhnya, krisis selalu sudah hadir di mana-mana dalam setiap masa sejarah, khususnya dalam hubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, teknologi, ekologi dan agama. Bahayanya adalah bahwasanya bangsa atau negara hanya berpikir tentang keamanan diri sendiri, seperti nasionalisme sempit, sehingga penanganan bersama tidak menjadi tekad bersama sedunia.

Pada umumnya, krisis mempunyai dampak positif, karena krisis juga menjadi suatu kesempatan untuk mendorong terciptanya gaya hidup baru. Sejatinya, berbarengan dengan krisis, muncul juga konflik yang selalu menciptakan perselisihan dan kompetisi, yaitu atau menciptakan orang-orang lain dalam lingkungan kawan untuk dicintai  atau lingkungan musuh untuk diperangi, termasuk upaya-upaya untuk memerangi wabah Covid-19. Perbedaan pandangan selalu hadir di kala masyarakat dunia terjebak dalam krisis kehidupan.

Kerjasama dan kesepakatan sosial ekonomi politik mengalami pembatasan dan perlambatan, sehingga umat manusia harus menghadapi kedaruratan dengan waspada. Masyarakat dunia dewasa ini sangat memerlukan solidaritas global demi kebaikan bersama, khususnya bangsa dan negara yang sedang berkembang. Kepemimpinan masyarakat dunia perlu mengedepankan kerjasama yang baik dan benar demi memastikan ketahanan kesehatan masyarakat dunia. Program kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas ketimbang pembiayaan persenjataan yang mungkin menyulut kekerasan, diskriminasi dan juga korupsi.

Kerjasama solidaritas global perlu menjadi program prioritas masyarakat dunia, agar ketahanan hidup bersama dapat berkembang kembali dalam keadilan dan perdamaian. Dalam upaya untuk menemukan cara pengobatan yang berdampak universal, para pemimpin masyarakat dunia harus terbuka satu sama lain secara jujur demi menggerakkan keahlian medis menuju hasil-hasil yang berdampak kebaikan bersama secara global.

Masyarakat Indonesia

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved