Petani Mengaku Produksi Ubi Nuabosi Ende Menurun Minta Bentuk Bumdes

Sejumlah petani ubi nuabosi, Kabupaten Ende, mengaku, produksi ubi nuabosii kian menurun

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
Ubi Nuabosi di Pasar Mbongawani, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (9/8/2020). 

POS-KUPANG.COM | ENDE - Sejumlah petani ubi nuabosi, Kabupaten Ende, mengaku, produksi ubi nuabosii kian menurun.

Padahal, ubi nuabosi, merupakan jenis singkong yang sangat terkenal karena memiliki cita rasa yang khas dan berbau wangi, berbeda dengan jenis singkong lainnya.

Selain itu Ubi Nuabosi menjadi ikon kuliner masyarakat kabupaten Ende. Ubi ini hanya ada di hamparan Ndetundora kecamatan Ende.

Baca juga: Update Covid-19 NTT : 17 Kasus Positif Covid-19 Baru Transmisi Lokal di Tiga Daerah

Saat ini, petani Nuabosi juga banyak mengkonversi lahan mereka ke tanaman perkebunan lain karena akses pasar dan stabilitas harga di pasaran yang tidak menentu.

Yosafat Da, Jumat (25/12/2020) salah satu petani mengaku, produksi ubi Nuabosi dari tahun ke tahun semakin menurun.

Menurut Yosafat produksi Ubi Nuabosi menurun disebabkan oleh stabilitas harga dan sistem ijon yang banyak dilakukan oleh para pembeli.

Baca juga: Update Covid-19 NTT : Kota Kupang Penyumbang Hampir Separuh Kasus Positif Covid-19 NTT

Selain itu, lanjutnya, usia produksi yang lama hingga 11 sampai dengan 13 bulan membuat petani mengalihfungsikan lahan untuk tanaman perkebunan lain seperti menanam cengkeh dan lain-lain.

Yosafat berharap pemerintah baik desa maupun pemerintah kabupaten dapat membentuk Badan Usaha di desa yang fokus mengurus kelompok tani Ubi Nuabosi.

Dia katakan, kehadiran Bumdes dapat mengatur dan menata sistim tanam maupun dustribusi dan pemasarannya agar terkendali dan petani tidak dirugikan.

" banyak yang beli sistim ijon. Ubi baru 6 bulam mereka (pedagang) sudah kasih uang. Padahal belum tau hasilnya berapa. Kasian para petani." ungkapnya.

Petani lainnya, Falentinus juga mengeluh jika selama ini, kualitas ubi nuabosi tidak terjaga oleh para pedagang. Hal ini menurutnya disebabkan oleh kontrol dan sistim penjualan yang masih tradisional.

"Kita dengar ada komplain dari pembeli di pasar kalau ubi Nuabosi dicampur dengan ubi lain. Ini kan merugikan kami petani. Jadi kalau ada pihak desa yang mengatur pemasaran maka kami yakin kualitas dan harga pasti lebih baik. "Ungkap Falen

Minta Bentuk Bumdes

Kepala desa Ndetundora II Ardian Renga mengaku jika persoalan yang dihadapi petani ubi Nuabosi belum ditangani dengan baik oleh pemerintah.

Menurutnya, untuk menjaga keberlangsungan produksi maka pemerintah desa Ndetundora akan mengintervensi baik kelompok tani, permodalan maupun sistim pemasaran.

"Ini ada dalam visi misi saya saat mau jadi kepala desa. Saya ini baru 10 bulan menjabat. Nah untuk Bumdes tahun ini kita bentuk. Pendampingan kelompok dan distribusi serta permodalan untuk pemgembangan ubi nuabosi akan kita intervensi melalui dana desa." jelasnya.

Konsep Badan Usaha Milik Desa Ndetundora II selain membentuk unit usaha pengolahan ubi Nuabosi kata Kades Ardian juga pengembangan lahan tanam, pemberdayaan perempuan pengelolah kuliner ubi Nuabosi serta mengatur alur distribusi pemasaran.

"Jadi tidak ada lagi yang ijon. Petani butuh uang, ambil di Bumdes. Apa lagi sekarang dana desa fokus pada pemulihan ekonomi dan optimalisasi Bumdes. Ini yang kita minta masyarakat dukung. Sebagai kepala desa tentu saya punya komitmen dan semua sudah terekam dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengegah Desa. Jadi tinggal teknisnya ya kita minta pada saar asistensi di daerah jangan ditolak. " pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved