Renungan Natal

Renungan Harian Katolik, 26 Desember 2020, Pesta St. Stefanus - Martir Pertama: Natal & Kematian

Hari ini kita memperingati pesta St. Stefanus, yang menjadi martir pertama. Ia mati dilempari batu dengan tuduhan dan kesaksian palsu.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Desember 2020, Pesta St. Stefanus - Martir Pertama: Natal & Kematian (Matius 10:17-22)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Barusan kemarin kita merayakan natal penuh sukacita. Bukan hanya karena seperti peristiwa kelahiran pada umumnya selalu menggembirakan, membuat hati penuh sukacita. Tapi terlebih karena yang dirayakan adalah kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat kita.

Hari ini kita memperingati pesta St. Stefanus, yang menjadi martir pertama. Kisahnya sungguh tragis. Ia mati dilempari batu dengan tuduhan dan kesaksian palsu.

Dua hal yang paradoks. Bertentangan  bertolak belakang satu sama lain. Yang satu memulai kehidupan dan memberi hidup. Yang lain justru mengalami berakhirnya hidup. Yang satu disambut dan dirayakan. Yang lain diratapi dan diperingati.

Apakah ada hubungan antara keduanya sehingga kita harus merayakan dan memperingati hanya dalam waktu selang sehari?

Teringat sebuah tulisan menarik: "Kelahiran Yesus membawa Allah kepada dunia. Kematian Yesus membawa manusia kepada Allah". Memang dengan kelahiran-Nya, Yesus menghadirkan dan menampakkan Allah yang sekian dekat malah menyatu dengan kita manusia. Dan dengan kematian-Nya di salib, Yesus mengangkat dan membawa kita kepada Allah, ke dalam kemuliaan-Nya.

Peristiwa natal yang dirayakan kemarin, membawa Allah kepada dunia, juga ke dalam hati dan hidup kita. Oleh natal, kita mengalami Allah datang dan menjadi manusia. Ia menjadi Imanuel, Allah beserta kita. Allah menjadi begitu dekat dengan kita. Ia dapat dijangkau kapan pun dan di mana pun.

Peristiwa kematian Stefanus yang diperingati hari ini, justru mengingatkan kita bahwa kematian akan membawa kita kepada Allah, kalau kematian itu dijalani sebagai bagian dari kesetiaan kita mengikuti Yesus. Kalau kita menjalani jalan salib dan kematian bersama Yesus, maka kita akan dibawa kepada kemuliaan Allah.

Natal menghadirkan Yesus, Allah yang menjadi manusia. Oleh natal, kita menerima Yesus, Allah yang mau berjalan bersama kita dalam peziarahan hidup kita. Penerimaan itu tak terbatas kemarin, dalam sukacita dan kegembiraan. Tidak hanya di saat kita senang dan sukses. Tapi Ia harus diterima dan tetap bersama Dia di saat-saat sulit. Saat gagal, sengsara dan derita. Di kala kita dipersulit dan menghadapi banyak tantangan dan penolakan.

Kepada para murid-Nya, Yesus berpesan: "Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Mat 10:18.22). Pesan ini memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa Yesus tak lahir membawa sukacita dan keberhasilan. Ia juga menghadirkan derita dan sengsara bahkan kematian demi keselamatan.

Stefanus menunjukkan contoh yang sangat jelas. Ia bersaksi tentang Yesus. Ia bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi dan mempertahankan imannya akan Yesus. Lantaran mereka tak mampu menghadapinya, mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah". Maka ia diadili oleh Mahkamah Agama dan dihukum dengan dirajam. Menurut yang ditulis dalam Kisah para Rasul, di saat itu "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit; ia melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah" (Kis 6:8-15).

KITA?
Natal, peristiwa kelahiran telah selesai. Yesus sudah lahir dan ada di antara kita. Hari-hari hidup kita akan terisi juga dengan berbagai persoalan, beban dan tantangan sulit. Tapi semua yang kita jalani dan hadapi dalam perjalanan hidup itu akan mengarahkan kita kepada kematian yang membuat kita "menatap ke langit, melihat kemuliaan Allah, dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah", kalau kita tetap bersama Yesus.

Kalau kemarin kita dengan hati penuh sukacita berucap satu sama lain, "Selamat merayakan natal". Maka hari ini, bersama Stefanus, kita mengucapkan, "Selamat menghidupi natal".*

Simak juga video berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved