Australia Bakal Babak Belur Dihajar China, Negeri Kanguru Terima Getah Gegarap Hal ini
Pemerintah Australia yang menolak klaim China di Laut China Selatan juga kerap menuduh China sebagai pihak yang harus bertanggung jawab dalam kasus pe
Sejak hal itu mulai diterapkan, ide dari para cendekiawan untuk meredamkan ketegangan mengakar pada satu tema umum: lebih banyak diplomasi.
Namun diplomasi seperti apa yang harus dilaksanakan kedua negara saat kedua belah pihak tidak saling berbicara?
Serta siapa yang seharusnya mulai untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada negara satunya?
Banyak diplomat mulai merujuk kepada Jepang, Korea Selatan dan negara Asean sebagai model diplomasi yang baik dengan China.
Jepang termasuk sedikit negara yang sukses menghadapi diplomasi dengan China, tidak melupakan China sebagai mitra dagang penting, dan tetap bisa mengkritik atas kekacauan yang disebabkan China.
Hal ini dilihat dari keputusan Perdana Menteri Jepang yang telah menjabat sejak September, Yoshihide Suga, yang bisa mempertahankan persekutuan dengan Washington tapi juga sepakat ikut dalam Belt and Road Initiative China.
"Tokyo selama ini ragu untuk bergabung dengan pihak Barat untuk melawan pelanggaran HAM yang dilaksanakan China, termasuk anti-demokrasi di Hong Kong, serta posisinya terhadap Taiwan juga tidak jelas," ujar profesor hubungan internasional Universitas Tokyo Kawashima Shin.
Bulan lalu, diplomat Jepang mengatakan kepada South China Morning Post jika administrasi Suga masih mengajukan strategi itu dengan membuat keputusan untuk "berhati-hati" menyambung hubungan antara China dan AS.
"China adalah mitra dagang kunci, pasar besar bagi produk Jepang dan kehadiran militer tetangga yang kuat," ujar diplomat tersebut.
Baca Juga: Ogah Ikut Campur Konflik Amerika dan China, Indonesia yang Jadi Militer Terkuat di ASEAN Berani Tolak Kunjungan Pesawat Mata-mata, 'Kami Tidak Mau Ditipu Lagi'
"Sementara AS merupakan sekutu keamanan tradisional dan mitra ekonomi. Jepang perlu tegas dalam perbuatannya tapi juga mempertimbangkan hubungan dengan kedua negara, karena satu langkah mendekat ke satu negara bisa jadi dianggap langkah menjauh dari negara yang lain.
Menerapkan strategi itu, telepon pertama Suga dengan Presiden China Xi Jinping setelah ditunjuk menjadi Perdana Menteri fokus hanya kolaborasi dua negara melawan Covid-19.
Dalam pembicaraan telepon itu, kedua negara mengkonfirmasi jika mereka akan melanjutkan bekerja membuka kembali perbatasan, dan tidak ada dari mereka membahas tuduhan AS jika China bertanggung jawab atas pandemi global.
Selanjutnya, dalam perjalanannya ke Laut China Selatan , Suga menegaskan posisi Jepang "dengan kuat melawan aksi apapun yang mempercepat ketegangan di Laut China Selatan" tanpa secara langsung menyebut China.
Kemudian dalam Konferensi China: Amerika Serikat yang diorganisir oleh South China Morning Post Selasa kemarin, mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd meminta Australia menerapkan cara yang dilaksanakan Jepang, "menaruh megafon" dan mengikuti aturan buku diplomasi raksasa Asia Timur.