Berita Maumere Terkini
Sherly Irawati, Sulap Limbah Perca Tenun Ikat Menjadi Karya Seni Bernilai Jual Tinggi, INi Kisahnya
perempuan yang pernah menjadi juara dua pada lomba kerajinan tangan NTT kreatif yang dilaksanakan oleh Disparekraf Provinsi NTT 2015 tersebu
Penulis: Aris Ninu | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu
POS-KUPANG.COM | MAUMERE-Di negara-negara maju, pembentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif. Usaha ekonomi kreatif pun tidak pernah lekang oleh waktu. Mulai dari hobi dan bakat bisa memunculkan kreasi yang bernilai serta mempunyai nilai jual yang tinggi.
Sherly Irawati, salah satu pelaku usaha ekonomi kreatif di Kabupaten Sikka yang memanfaatkan limbah konfeksi perca tenun ikat dalam usahanya.
Sejak tahun 2014 lalu, ia menemukan ide dan mulai mengembangkan berbagai karya seni aksesoris dan souvernir dari limbah atau kain perca tenun ikat Sikka.
Sherly, begitulah ia dikenal. Wanita dengan segudang prestasi dan pengalaman telah menjadi berkat bagi masyarakat Kabupaten Sikka.
Kepekaannya terhadap sumber daya yang belum dimanfaatkan dengan baik seperti limbah konfeksi perca tenun ikat memberikan dampak yang besar tidak hanya untuk dirinya saja melainkan bagi para penjahit dan masyarakat.
"Dulu saya melihat sumber daya yang belum dimanfaatkan adalah perca-perca tenun ikat dari penjahit. Lalu saya berpikir bagaimana caranya untuk memanfaatkan perca-perca tenun ikat itu. Saya sangat suka membuat kerajinan tangan dan mempunyai bakat dalam hal itu. Saya kemudian mencoba membuat aksesoris dan souvenir dari limbah konfeksi perca tenun ikat. Hasilnya pun sangat bagus dan saya mendapat respon yang baik dari masyarakat," ungkapnya kepada POS-KUPANG.COM di Maumere, Kamis (12/11/2020) pagi.
Sherly juga menambahkan, dirinya pernah melakukan riset dengan cara mengikuti lomba kerajinan souvenir berbahan perca tingkat provinsi untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap hasil karya seninya.
Dengan bangga ia mengatakan bahwa pembeli pada waktu itu sangat menyukai souvenir buatannya. Sampel-sampel souvenir yang ia bawa pun laku terjual.
Hingga saat ini Sherly bersama tujuh orang karyawannya dengan telaten masih memproduksi aksesoris dan souvenir mulai dari anting, kalung, gelang, tas, sepatu serta masih banyak lagi. Ada dua cara pemasaran yang diterapkan olehnya yaitu pemasaran langsung dengan cara pembeli bisa datang ke Mini Gallery dan Home Industri Kerajinan Souvenir JB Ethnic miliknya yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Kabor, Kecamatan Alok, Sikka dan pemasaran digital atau online dengan cara pembeli bisa memesan melalui shopee, instagram dan facebook. Harga aksesoris dan souvenir berkisar Rp.6.000 hingga ratusan ribu rupiah.
"Sekarang perca-perca tenun ikat sulit dicari. Kalau dulu banyak dan diberikan secara gratis oleh penjahit. Tapi sekarang jarang saya temukan perca-perca tenun itu, kalaupun ada saya harus mengeluarkan uang saya untuk mendapatkan perca tenun itu. Mungkin karena penjahit sudah tahu bagaimana memanfaatkan perca kain tenun ikat atau perca-perca tenun ikat itu sudah dibeli oleh pelaku kerajinan aksesoris dan souvenir lainnya." tutur pemilik toko aksesoris dan souvenir Jaya Baru itu.
Sherly pernah menjadi stakeholder dalam program pemberdayaan masyarakat membuat kerajinan tangan yang memanfaatkan limbah konfeksi perca tenun ikat. Ia merasa sangat senang karena masyarakat sudah mulai jeli dan peka terhadap sumber daya yang sudah ada di Kabupaten Sikka ini. Mantan ketua DPC Katalia Sikka ini juga mengatakan bahwa hasil kerajinan tangan pantas bernilai jual tinggi.
Hal ini dikarenakan proses peroduksinya menggunakan mesin tapi secara manual, dikerjakan oleh tangan tanpa bantuan mesin seperti di pabrik. Selain memproduksi aksesoris dan souvenir, ia juga membuka Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) seperti pelatihan tata rias, kerajinan souvenir, pelatihan hantaran pengantin, seserahan orang sakit, dan seserahan ulang tahun.
Perempuan yang pernah menjadi juara dua pada lomba kerajinan tangan NTT kreatif yang dilaksanakan oleh Disparekraf Provinsi NTT 2015 tersebut juga berharap agar kerajinan souvenir ini bisa berkembang dan lebih diminati banyak orang tidak hanya masyarakat Sikka sendiri melainkan masyarakat luar kota, provinsi, bahkan luar negara.
"Intinya kita harus ulet, teliti, jeli, konsisten, dan terus belajar sehingga kita bisa mencapai suatu kesuksesan versi kita sendiri," tutupnya.(ris)
