Dibujuk Dengan Utang Gila-Gilaan, Negara Ini Senang Dibantu China, Namun Baru Sadar Setelah Dikadali

China memberikan utangan dalam jumlah tak masuk akal, hingga kemudian membuat negara pengutang mustahil untuk membayarnya.

Editor: Frans Krowin
Anantara Dhigu
Resor Anantara Dhigu di Maladewa merupakan salah satu tempat favorit untuk tempat berlibur keluarga Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud. 

Dibujuk Dengan Utang Gila-Gilaan, Negara Ini Senang Dibantu China, Namun Baru Sadar Setelah Dikadali

POS-KUPANG.COM - Bukan rahasia lagi jika China gemar memberikan utangan kepada negara manapun yang membutuhkan.

China pun tak menampik jika disebutkan bahwa kebijakan pemerintahnya itu lebih menyasar negara-negara kecil.

Bahkan dengan berbagai bujuk dan rayuan, hingga negara-negara besar pun nekad berutang dan menerima investasi dari China.

Dengan trik memberikan gelontoran utang dan investasi ke nagara manapun yang berniat membangun infrastruktur negara.

Namun di balik itu semua, China juga menggunakan diplomasi perangkap utang yang dipercaya akan menjerat suatu negara masuk ke dalam utang China.

China memberikan utangan dalam jumlah tak masuk akal, hingga kemudian membuat negara pengutang mustahil untuk membayarnya.

Kemudian setelah itu, China akan mengambil alih proyek tersebut dengan menyewanya untuk jangka waktu sangat lama.

Sudah banyak negara kecil yang masuk ke dalamnya seperti Djibouti, Sri Lanka hingga Maladewa.

Namun, baru-baru ini menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (17/10/20), ada sebuah negara yang mendadak putuskan hubungan dengan China setelah menerima utang dalam jumlah besar.

Negara tersebut adalah Maladewa, negara kepulauan di Samudera Hindia ini, memutus Free Trade Agrement (FTA) dengan China, untuk membuka peluang dengan negara lain.

Club Med Finolhu Villas di Maladewa, Minggu (16/7/2017).
Club Med Finolhu Villas di Maladewa, Minggu (16/7/2017). ((KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA))

Menteri Ekonomi Maladewa Fayyaz Ismail mengatakan bahwa negara tersebut akan membatalkan FTA dengan China.

Tujuannya untuk melindungi hubungan perdagangan dengan India dan negara lain.

Pada 2017, FTA dengan China disahkan oleh Majelis Nasional Maladewa.

Kesepakatan ini kontroversial pada saat mantan Presiden Maladewa menandatangani kontrak dengan Presiden China Xi Jinping untuk melakukan perjalanan ke negara pulau itu.

Menteri Fayyaz Ismail mengatakan bahwa FTA dengan China tidak boleh ditandatangani untuk waktu yang lama.

Dia mengkritik China karena kerugian ekonomi dan menyebabkan Maladewa berhutang karena kesepakatan yang tidak adil itu.

"FTA dengan China tidak dapat diterima. Akan lebih baik jika Maladewa tidak menandatanganinya," katanya.

"Perjanjian ini mengizinkan barang-barang China untuk diimpor ke Maladewa tanpa dikenakan pajak," jelasnya.

"Sedangkan barang dari negara lain yang masuk ke Maladewa dikenakan pajak yang tinggi. Ini tidak adil dan dapat mempengaruhi hubungan kami dengan negara lain," papar Ismail di televisi nasional.

"Hubungan yang sangat kami bangun akan hancur jika kesepakatan perdagangan dengan China terus berlanjut," tambahnya.

"Kami akan tersesat bolak-balik. Singapura, Dubai dan India akan berpaling dari kami," kata Ismail lagi.

Pemerintah Maladewa percaya bahwa sektor perikanan menyumbang sebagian besar ekspor negara, tetapi tidak mendapat keuntungan dari FTA dengan China.

Kesepakatan perdagangan dengan China menghasilkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan.

Sementara itu, Maladewa kini berhubungan dengan India yang sedang berselisih dengan China, semakin membaik.

Pada 20 September, India menandatangani cek senilai 250 juta dollar AS kepada Maladewa agar negara kepulauan tersebut dapat memulihkan ekonominya yang terkena dampak serius epidemi Covid-19.

Menteri Luar Negeri Maladewa Abdulla Shahid mengatakan bahwa ini adalah bantuan keuangan terbesar yang didukung oleh mitra negara pulau itu selama pandemi.

Selain itu, Maladewa juga berhutang kepada China sekitar 1,1 hingga 1,4 miliar dollar AS (Rp16-20 Triliun).

Ini adalah hutang besar bagi negara kepulauan Samudra Hindia. 

Setelah Maladewa Kini China Incar Timor Leste 

Meskipun kecil dan miskin namun letak Timor Leste yang berhadapan langsung dengan Australia dan Selandia Baru tetap menjadi incaran China untuk menghadirkan pangkalan militernya di bumi Lorosae itu

Kepentingan China adalah bisa menjadi pijakan dan posisi tawar bila negeri Tirai Bambu itu harus berperang dengan negara-negara Eropa an Amerika Serikat

Sementara kehadiran pangkalan milurer China di Timor Leste bakal membuat Australia ketar-ketir sebab, letaknya sangat dekat yang memungkinkan mobilsari militer China akan lebih muda bila harus menyerbu ke daratan Australia

Rencana awal China adalah menempatkan Radar pantai di wilayah negara itu, namun rencana itu mendapat penolakan dari Timor Leste.

Bukan tidak mungkin, tekanan ekonomi yang diberikan China akal memaksa para elit negara itu menyetujui kehadiran militer China di wilayah itu

China mungkin telah melakukan banyak hal di Timor Leste, seperti membantunya dalam pembangunan negara.

Hingga memberikan bantuan untuk memperkuat militer Timor Leste.

Namun, dalam sebuah laporan yang cukup kontroversial, China sempat memberikan tawaran yang cukup keterlaluan pada Timor Leste.

Menukil The Sydney Morning Herald , tahun 2011 silam, China pernah tawarkan untuk membangun pangkalan mata-mata di Timor Leste.

Ilustrasi kapal selam nuklir China
Ilustrasi kapal selam nuklir China (Daily Star)

Hal itu diungkapkan secara rahasia oleh Amerika setelah dokumen tersebut bocor.

Proposal China tersebut menawarkan pengoperasian Radar pengintai ke pantai Timor Leste, untuk dibangun pada tahun 2007.

Tetapi tawaran ini dipandang sangat mencurigakan bagi pejabat Timor Leste, sehingga mereka berkonsultasi pada Australia dan Amerika, kemudian menolaknya.

Tindakan China ini dianggap semena-mena karena, karena inisiatif ini digambarkan sebagai ancaman strategis, terungkap pertama kali setelah bocor di WikiLeaks.

Sementara itu, meski mencoba membangun basis mata-mata di Timor Leste, China berkilah dan menyebut Timor Leste tidak penting secara strategis.

Kedutaan besar AS di Dili melaporkan ke Washington pada bulan Februari 2008 bahwa Wakil Perdana Menteri Jose Guterres telah memanggil duta besar AS saat itu Hans Klemm untuk menasihati China.

Firma-firma pertahanan telah mendekati pemerintah Timor Leste dengan tawaran untuk membangun Radar untuk memantau pelayaran di Selat Wetar yang strategis.

Meskipun Timor Leste sangat ingin mendapatkan bantuan untuk memberantas penangkapan ikan ilegal di perairannya,

Guterres curiga dengan tawaran China untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas Radar secara gratis.

Ilustrasi Timor Leste
Ilustrasi Timor Leste (Grid.ID)

"Satu-satunya kecurigaannya adalah fasilitas itu diawaki oleh teknisi China," kata Guterres kepada kedutaan AS.

Dia khawatir Radar dapat digunakan untuk tujuan selain yang disebut-sebut oleh China.

Mereka malah bisa digunakan untuk memperluas perimeter intelijen berbasis Radar China jauh ke Asia Tenggara.

Selat Wetar memisahkan pantai timur laut Timor Leste dari Pulau Pulua Wetar Indonesia dan dilaporkan digunakan oleh kapal Angkatan Laut AS termasuk kapal selam nuklir yang bergerak di antara samudra Pasifik dan Hindia.

Sumber intelijen pertahanan Australia mengatakan kepada The Age bahwa para pejabat Australia mengetahui proposal China.

Meraka tau hal itu hanyalah bagian lain dari aktivitas intelijen China yang berkembang di Asia dan sekitarnya.

Kabel kedutaan AS yang bocor lainnya berisi referensi untuk memperluas aktivitas intelijen China di Asia Tenggara.

Termasuk kekhawatiran intelijen Filipina bahwa proposal China untuk mendirikan konsulat baru di Filipina dimaksudkan untuk memberikan perlindungan.

Melakukan SIGINT (sinyal intelijen)dan aktivitas pengumpulan lainnya yang menargetkan Kegiatan militer AS dan Taiwan'.

Diplomat AS di Dili melaporkan bahwa Jose Ramos-Horta , Guterres dan Menteri Pertahanan saat itu Julio Pinto berulang kali menegaskan bahwa preferensi kuat Timor Leste.

Adalah bekerja sama dengan mitra demokratisnya Australia, Portugal, AS dan Jepang tentang masalah pertahanan dan keamanan

(*)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari. Grid.ID dengan judul: Mentang-mentang Timor Leste Hanya Negara Lemah, China Hampir Kadali Timor Leste dengan Tawaran 'Keterlaluan' Ini, Padahal Sempat Sok-sokan Sebut Timor Leste Tak Penting https://intisari.grid.id/amp/032394617/mentang-mentang-timor-leste-hanya-negara-lemah-china-hampir-kadali-timor-leste-dengan-tawaran-keterlaluan-ini-padahal-sempat-sok-sokan-sebut-timor-leste-tak-pen?page=all

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved