Berita Kupang Hari Ini

Banyak Orang Selamat dalam Peperangan karena Ia Membungkuk dan Bila Perlu Tiarap

Banyak Orang Selamat dalam Peperangan karena Ia Membungkuk dan Bila Perlu Tiarap

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Pdt Dr Mesakh Dethan tengah diapit oleh Pdt. Mesakh Pinis, M.Th (kiri berbaju merah) dan Pdt.Dina Dethan Penpada, M.Th (kanan) dan para penatua, diaken dan pengajar GMIT Teunmes Oekaka, Klasis Amabi Oefeto, Minggu, 18 Oktober 2020. 

Banyak Orang Selamat dalam Peperangan karena Ia Membungkuk dan Bila Perlu Tiarap

POS-KUPANG.COM - "Banyak orang selamat dari peperangan, karena mereka membungkuk atau merendahkan dirinya: peluru terbang melewati orang yang membungkuk, atau bahkan bila perlu ia tiarap, dan bukan membuat dirinya seolah jagoan, berjalan membusung dada menyambut peluru musuhnya.:

Kita belajar dari Yakob yang "tiarap tujuh kali" (ia sujud sampai ke tanah tujuh kali) hingga ia ke dekat kakaknya Esau. Seringkali tidak sedikit orang yang sudah melakukan kesalahan, tetapi justru bersikap tinggi hati dan arogan.

Dan bertingkah aneh-aneh dan membuat konflik makin besar. Andil perdamaian Yakob dan Esau dalam Kisah Kejadian 33:1-20, memang juga bergantung pada sikap Yakob yang mau mengakui kesalahannya dan bersikap merendahkan dirinya.

Baca juga: Rakyat Timor Leste kini Nyesal Pisah dari NKRI,Kekayaan Akan Habis:Kami Tidak Memiliki Apa-apa Lagi

Dan itulah juga yang membuat Esau berlari menyongsong adiknya", demikian cuplikan kesimpulan pemikiran dari Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, Dosen Pasca Sarjana Teologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dalam khotbahnya pada Kebaktian Minggu Bulan Keluarga dan Penutupan Kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen dan mahasiswa IAKN di GMIT Teunmes, Oekaka, Klasis Amabi Oefete Timur, yang dilayani oleh Pdt. Mesakh Pinis, M.Th, Minggu, tanggal 18Oktober 2020.

Pdt. Dr Mesakh Dethan mengawali khotbahnya dengan mengutip pemikiran dari Martin Luther Jr. yang mengatakan "kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan; hanya cahaya yang bisa melakukan itu. Benci tidak bisa mengusir kebencian; hanya cinta yang bisa melakukannya", demikian kata-kata bijak dari Martin Luther Jr.

Baca juga: BREAKING NEWS : Seorang ASN di TTU Diduga Setubuhi Anak di Bawah Umur Hingga Positif Hamil

Kata-kata bijak ini terbukti dalam kisah dua orang saudara kembar yang berseteru yakni Esau dan Yakob. Kebencian dan kemarahan Esau tidak nampak dalam kisah ini (Kejadian 33:1-20), Esau justru berlari menyongsong Yakob, memeluk dan merangkulnya.

"Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka (Kej. 33:4)".

Esau sepertinya telah melupakan semua perbuatan curang Yakob adiknya. Yakob telah merampas hak kesulungannya dengan cara menipu ayahnya.

Bahkan sewaktu dalam proses lahir pun Yakob telah berupaya menjegalnya. (Kej. 25:24-26 24 Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya.

25 Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau.

26 Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir).

Memperbaiki hubungan yang rusak seringkali bukanlah perkara yang mudah. Ada banyak faktor yang seringkali membuat kita sulit berdamai dengan orang atau rela untuk memaafkan orang yang berlaku jahat pada kita.

Mungkin karena kita gengsi dan ego kita yang tinggi. Kalau kita ditanya mana yang lebih sulit memaafkan orang atau meminta maaf pada orang, kedua-duanya kadang sulit untuk dijawab. Karena faktor ego itu

Dari pihak yang Yakob sendiri, sebagai pemicu konflik, ia merasa berhutang pada kakaknya ketika ia belum berdamai.

Dalam pasal 32, bagaimana kita melihat pergumulan Yakob, antara takut dan keragu-raguan untuk pergi bertemu dan meminta maaf pada Esau. Ia takut kakaknya masih memarahi dirinya dan membunuhnya.

Sehingga kita lihat dalam cerita ini Yakob berusaha atur strategi untuk bertemu kakaknya. Tetapi ia juga berdoa kepada Tuhan Allah untuk menolongnya dalam pergumulan itu.

1 Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu.

2 Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali.

3 Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.

Yakob berjalan di depan mereka semua (lih. Kej 33:3). Jika mereka harus terbunuh, ia akan terbunuh terlebih dahulu. Nampak disini Yakob menyusun strategi menjaga keselamatan orang-orang yang dikasihinya, tetapi akhirnya dia lebih percaya akan kuasa dan perlindungan yang dijanjikan Tuhan Allah. Makanya ia sendiri berjalan di depan mereka semua.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah perseteruan dari Yakob dan Esau ini: pertama, Yakob sadar akan kesalahannya.

"Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu" (Kej. 33:3).

Hal ini mengindikasikan beberapa hal antara lain:

a. Ia bertanggungjawab dengan perbuatannya, ia tidak mau lempar tanggungjawab pada orang lain.

b. Ia sadar bahwa ia sudah salah makanya ia merendahkan diri dengan sujud sampai tujuh kali.
Yakob yang telah kaya raya, justru mau tunduk dan berlaku sebagai seorang hamba yang sujud pada tuannya. Ia menganggap kakaknya adalah raja.

Menurut Meredith G. Klinesikap Yakob ini sebuah bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada tuannya atau rajanya. (lihat Meredith G. Kline dalam New Bible Commentary, Third Edition, Guthrie, dkk, Inter Varsity Press, Leicester-England, 1970, hlm., 114)

c. Yakob berdoa kepada Allah untuk minta pertolongan (Kej. 32: 9-12).

Banyak orang yang sudah salah tapi justru bersikap tinggi hati dan arogan. Itu membuat konflik tambah besar dalam sebuah persoalan.
Tapi kita lihat sikap Yakob ini justru membuat Esau yang memiliki dendam dan telah datang dengan dikawal oleh 400 pasukan justru melunak, dan berlari menyonsong adiknya.

Ia memaafkan Yakob adiknya. Sikap Esau ini membuat Yakob mengakui seperti melihat cahaya wajah Allah dalam diri Esau.

Hal kedua yang bisa renungkan adalah bahwa "Esau menampilkan wajah Allah". Esau yang dikhianati Yakob dalam cerita ini berubah total. Ia tidak menampilkan kemarahannya, tetapi justru menunjukkan sikap-sikap yang membuat perdamaian tercipta dan pengampunan terwujud:
a) Ia berlari menyosong adiknya (ayat 4)
Esau berlari mendapatkan Yakob, bukan dengan amarah, melainkan dengan kasih.

Dan, sebagai orang yang sepenuh hati berdamai dengannya, ia menerima Yakub dengan segala kasih sayang yang bisa dibayangkan. Didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia.

b) Dari sikapnya Esau ini Yakob melihat wajah Allah pada diri Esau dan bukan wajah Iblis yang penuh amarah dan dendam kesumat(ayat 10 )
"jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku" (Kejadian 33:10).

Lebih jauh menurut pakar Perjanjian Baru tamatan Universitas Heidelberg Jerman ini persaudaraan tidak bisa putus karena masalah dan dendam dan ini yang ditunjukkan dalam kisah Esau dan Yakob tersebut.

Ada pepatah orang Rote: Persaudaraan seumpama air terjun yang mengalir, dimana orang dengan kemarahannya tidak bisa memotong putus aliran air itu sekalipun dengan parang yang tajam.

Kita melihat ketika dendam mencair dan masalah terselesaikan yang ada hanyalah percakapan keakraban antar saudara, tidak ada lagi makian, dan ungkit mengungkit kesalahan. Mereka saling berlomba untuk menunjukkan keramahan dan kebaikan.

Percakapan Yakob dan Esau pada waktu bertemu berisikan keramahtamahan:
c) Tentang keluarga (ay. 5-7)
d) Tentang persembahan yang telah dikirim (ay.8-11)
e) Tentang kelanjutan perjalanan mereka (ay. 12-15).
Dr. Mesakh Dethan meyimpulkan bahwa sikap rendah hati dan berserah diri akan sangat berhasil dalam menghilangkan amarah.

Banyak orang selamat dari peperangan karena mereka dengan rela merendahkan diri: peluru terbang melewati orang yang membungkuk dan ini ditunjukan oleh Yakob.Bukan pada orang yang dengan sombongnya berlari menyongsong peluru.

Menurut Mesakh Dethan, mantan wartawan Pos Kupang Pencetus rubrik bahasa Kupang "Tapaleuk" ini "Kesediaan mengampuni orang lain justru membuat kita menampilkan wajah Allah yang penuh kasih dan ini ditunjukan oleh Esau. Jangan pelihara dendam karena dendam adalah penyakit yang merusak diri dan kepribadian kita".

Alber Einstein pernah berkata: , Orang lemah membalas dendam. Orang kuat memaafkan. Orang cerdas melupakan kesalahan".Marilah kita saling mengampuni karena kita telah diampuni Tuhan Allah dalam diri Yesus. Amin. Demikian Mesakh Dethan menutup khotbahnya. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved