Pura-Pura Gabung Tentara Indonesia, Perempuan Timor Leste Ini Belot, Tuding Hal Tak Mengenakkan Ini

Perempuan Timor Leste Ini Membelot Tuding Militer Indonesia Suntik Mandul Generasi Bumi Lorosae

Editor: Bebet I Hidayat
Capture Youtube via Tribun Jambi
30 Prajurti ABRI Berangkat Cuma 9 Orang yang Selamat, Begini Sengitnya Pertempuran di Timor Timur 

Yang dimulai kurang dari 24 jam setelah kunjungan kenegaraan resmi ke Jakarta oleh Presiden AS saat itu Gerald Ford dan sekretaris negaranya, Henry Kissinger.

"Saya menganggap diri saya salah satu yang beruntung. Ada ratusan ribu orang Timor Leste yang tidak dapat berbicara tentang apa yang mereka alami selama 24 tahun terakhir," kata Galhos dalam pidatonya di Yonago, Jepang.

Mengutip Japan Times, dua adik laki-laki Galhos tidak seberuntung itu. Mereka berdua dibunuh saat masih anak-anak oleh tentara Indonesia.

"Alasan saudara laki-laki saya terbunuh adalah karena mereka menangis karena kelaparan," katanya Galhps.

Sementara itu, saat Galhos masih seorang siswa sekolah dasar berusia 10 tahun, suatu hari tentara muncul di sekolah dan menuntut agar semua siswa perempuan berbaris di luar gedung sekolah.

Mereka kemudian disuntik dengan Depo Provera untuk menyebabkan kemandulan.

Para prajurit tidak berhenti sampai di sini.

"Mereka datang ke setiap rumah, setiap sekolah. Mereka mengantre semua wanita - bahkan wanita yang sudah menikah - dan mereka menyuruh kami memberikan tubuh kami ke Indonesia," kata Galhos.

Nina Pinto, salah satu anak Timor Leste yang diculik antara tahun 1975-199 selama invasi oleh Indonesia
Nina Pinto, salah satu anak Timor Leste yang diculik antara tahun 1975-199 selama invasi oleh Indonesia (Tangkapan layar Youtube Aljazeera)

Pada awal 1980-an, pemerintah Indonesia meluncurkan program "keluarga berencana" di Timor Lorosae.

Seperti yang diamati oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Uskup Carlos Belo, "Dengan begitu banyak yang tewas, kami tidak memiliki masalah populasi di sini."

Pada tahun 1994, Uskup Belo melaporkan bahwa perempuan desa menjadi sasaran "program sterilisasi sistematis" di klinik desa yang berada di bawah pengawasan pos militer.

Pengalaman Galhos membawanya untuk mulai bekerja dengan perlawanan pada tahun 1989, ketika dia berusia 17 tahun.

Pada tahun 1991, ia menjadi anggota resmi gerakan kemerdekaan klandestin, dan sejak saat itu ia mendorong wanita lain untuk bergabung.

Pada November 1991, dia membantu mengorganisir demonstrasi damai untuk memprotes pembunuhan seorang pemuda Timor oleh Tentara Indonesia.

Setelah demonstran berbaris ke pemakaman di Dili, ibu kota Timor Leste, pasukan Indonesia tiba-tiba melepaskan tembakan, menewaskan sedikitnya 271 orang.

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved