Salam Pos Kupang
Mencermati Soal Anak Gizi Buruk
MUNGKIN sebutan fantastis terlalu heboh terkait data 796 Anak di Kota Kupang mengalami gizi buruk

POS-KUPANG.COM - MUNGKIN sebutan fantastis terlalu heboh terkait data 796 Anak di Kota Kupang mengalami gizi buruk. Hal mungkin paling pas, sebutan mengejutkan. Bisa dibayangkan, seperti apa kondisi anak-anak itu dan sejak kapan itu terjadi.
Sangat-sangat tidak mungkin kalau kondisi itu tiba-tiba muncul sejak Pancemi Covid-19. Ini berarti, kondisi anak gizi buruk itu sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Hanya mungkin saja, data itu baru terkuang ke permukaan. Kondidi seperti itu memunculkan sejumlah pertanyaan penting. Diantaranya, Mengapa masih terjadi gizi buruk di Kota Kupang? Siapa sebenarnya yang bertanggungjawab soal gizi buruk?
• Membangun Kota Pasca Pandemi Covid-19
Mungkinkah terjadi proses pembiaran sehingga tiba-tiba terkesan meledak seperti sekarang. Agar kita tidak saling mempersalahkan satu dengan lainnya, maka perlu melihat soal ini dari berbagai perspektif.
Intinya, soal gizi buruk sebenarnya merupakan akibat bukan sebab. Anak menjadi kurang gizi karena tidak ada asupan makanan bergizi. Itulah yang terjadi. Mengapa anak tidak bisa makan makanan bergizi karena orangtua tidak mampu membeli makanan bergizi.
• Koramil dan Polsek Reo Gelar Operasi Yustisi, Warga Tidak Pakai Masker Diberi Sanksi Push Up
Mengapa tidak mampu membeli karena orangtua tidak memiliki pendapatan yang cukup memadai untuk menghidupi keluarga.
Tentu kita belum membahas dengan detil soal data gizi buruk tersebut. Apakah gizi buruk itu satu orang dalam satu rumah tangga atau dalam satu rumah ada dua atau lebih anak kekurangan gizi. Kalau hal ini yang terjadi maka bahasannya panjang.
Kondisi idealnya, masyarakat tentu jangan pernah menuding bahwa gizi buruk terjadi hanya karena faktor tunggal. Sebenarnya, masalah itu terjadi karena berbagai sebab.
Masyarakat yang tidak punya penghasilan tetap misalnya, tentu sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk keluarganya. Maka lengkaplah sudah, terjadinya satu masalah sebenarnya disebabkan oleh berbagai sebab.
Anehnya lagi, masyarakat kita cenderung mempersalahkan kalau gizi buruk menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan. Itu sebenarnya, tidak benar. Dinas Kesehatan hanya dinas teknis yang berupaya menyelesaikan masalah kesehatan.
Soal orang gizi buruk tentu harus dilihat juga bagaimana tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Jadi persoalan yang perlu diselesaikan adalah masalah ekonomi keluarga. Itu saja tentu. Kalau seseorang kurang gizi maka tinggal diberi makanan bergizi maka selesai persoalannya.
Hanya saja, makanan bergizi itu didatangkan dari mana bagi masyarakat miskin di pedesaan atau buruh-buruh kasar di pelabuhan hingga ke para pemulung.
Jadi mengatasi persoalan ini, pemerintah dan dewan harus mencarikan solusinya. Jalannya seperti apa, kurangi saja proyek-proyek pengadaan dan diganti dengan proyek padat karya yang dapat menyentuh langsung kehidupan masyarakat miskin di desa-desa.
Sangat ironis, Kota Kupang terang benderang dengan lampu hias di sudut-sudut kota sementara masyarakatnya kelaparan. Kemudian, apakah selama ini pejabat di Kota Kupang sudah benar-benar turun ke masyarakat paling sederhana untuk menanyakan tentang persoalan hidup mereka sehari-hari.